Satu dokter spesialis dan tenaga medis lainnya yang berdedikasi, ahli, dan memang layak dan diakui kemampuannya oleh tidak hanya rekan-rekannya tapi semua mata yang waras. Dalam masa wabah besar yang berlarut-larut, yang mana sejak awal negara dan masyarakatnya tidak siap mengatasinya. Juga kalangan dunia kesehatan sendiri tidak siap dan gagap menghadapinya. Keberadaan orang-orang yang semacam itu, satu nyawa tenaga medis, sebanding dengan ribuan atau jutaan manusia yang sehari-hari hidup hanya sebagai parasit masyarakat dan negara.Kehilangan satu tenaga kesehatan yang begitu hebat dan handal di tengah krisis Korona sama saja kehilangan pasukan utama di medan pertempuran jangka panjang.
Jika para tenaga medis, terlebih para dokter satu persatu meninggal karena menangani pasien yang sejak awal susah diatur dan rewel. Di sebuah negara bernama Indonesia, yang tak siap dengan apa pun, yang menyepelekan apa pun, yang masyarakatnya bertipe tak sadar diri dan egois. Itu sama saja bencana besar yang disepakati bersama.
Jika tenaga medis semakin terdesak karena keterbatasan alat medis, terbatasnya para ahli dari ribuan tenaga medis yang ada, mulai kelelahan menangani pasien di tengah kemungkinan semakin banyak pasien yang ada, dan tidak ada bantuan serius yang datang dari pemerintah dan masyarakat. Maka, mereka yang sudah berjuang dan bersiap mati mengatasi para pasien itu, yang banyak dari pasiennya tidaklah berguna, harus mulai berpikir mengenai aturan memilih atau memilah-milah pasien saat kelak kondisi wabah Korona semakin parah dan tak terkendali.
Dalam masa wabah Korona yang masih kecil dan tak terlalu banyak pasien yang ditangani. Yang jumlahnya masih ratusan atau ribuan. Banyak tenaga medis yang kelelahan ekstrem dan berjatuhan. Apa jadinya, jika pasien Korona menembus angka ratusan ribu atau mendekati satu juta? Apakah tenaga medis Indonesia akan siap dengan banyaknya pasien yang datang bersamaan semacam itu? Saat hanya ratusan pasien saja, tenaga medis kita kalang kabut karena tak banyak ahli di kalangan mereka dan lambatnya pergerakan bantuan alat-alat medis yang memadai.
Memilah pasien yang dianggap lebih penting akan menjadi kebijakan serius di tengah wabah yang ganas dan mematikan. Karena nyawa satu dokter atau satu tenaga medis jauh lebih sangat berharga dari pada nyawa seorang pasien yang nyaris tak lebih dari pada hanya sekedar konsumen aktif saat dia masih sehat.
Pasien yang paling berharga, yang harus diselamatkan adalah pasien yang kelak jika sembuh akan membantu mengembalikan perekonomian Indonesia ke jalur yang normal dengan cepat. Juga, pasien yang bisa memproduksi bahan dan alat-alat yang membantu saat krisis besar terjadi. Ditambah para pasien yang memiliki andil besar dalam menggerakkan kestabilan keamanan negara dan kesehatan fisik sampai jiwa masyarakat banyak.
Jika krisis besar terjadi sehingga membuat banyak bahan pangan impor susah diakses. Para petani, nelayan, dan siapa pun yang mampu membuat bahan pangan yang akan membantu mengisi ulang kelangkaan bahan pangan di masa krisis. Adalah jenis manusia yang harus pertama kali diselamatkan dari pada jenis manusia lainnya yang tak bisa membantu banyak kecuali hanya sekedar hidup dan menghabiskan jatah bahan makan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...