Banyak orang tak lagi bisa membedakan antara siang dan malam hari. Tidur dan membuka mata tak lagi sama di saat-saat yang lalu. Sewaktu kota masih belum terlalu sibuk menatap orang-orang saat tubuh harusnya tertidur.
Saat lampu-lampu melahap kegelapan malam dan orang-orang terlalu sibuk dengan pekerjaan hariannya. Segala yang dahulu dimulai oleh pagi. Kini diawali dengan malam.
Kecemasan akan hari esok. Keinginan-keinginan yang membanjiri isi kepala. Obsesi akan kebahagiaan dan kehidupan yang berjalan dalam tumpukan benda-benda. Membuat orang-orang membuka matanya untuk terus belajar dan bekerja. Terus berjaga sepanjang malam, menjadikan tubuh sebagai budak harian untuk hasrat yang tak kunjung berhenti.
Kota kini selalu tak pernah sepi dari hiruk pikuk. Selalu ada seseorang yang berjalan sempoyongan sehabis meneguk beberapa botol minuman keras dari klub malam atau tempat dia menghabisi kejenuhan dirinya sendiri. Seseorang yang lain menikmati perkelahiannya dengan seseorang lainnya, yang berkelahi untuk membuktikan dirinya sendiri. Sedangkan mereka yang bercinta tiap malam, mencoba melepas ketakutannya dengan harapan bahwa setiap hari yang dihabiskan dengan kekasih akan selalu abadi. Walau kenyataannya tak selalu seperti itu.
Beberapa orang mungkin terlihat keluar-masuk pertokoan atau keberadaan mall besar yang membuat manusia malam hari berkerumun menjadi satu. Menikmati harinya dari pekerjaan kantor yang melelahkan atau sedikit melepaskan diri dari tugas sekolah yang tiada akhir atau dosen yang tak menyenangkan sama sekali. Beberapa orang tergeletak di cafe-cafe dan merenungi hari di mana dia putus dengan pasangannya. Sedangkan sisa manusia yang lain bercanda dengan teman-temannya, seolah berbahagia dalam segala kemudahan kota. Hanya saja, setelah ia pulang ke rumahnya dan kembali menuju kamar. Dia harus sibuk menatap kesepiannya sendiri. Sampai mata menutup dan melupakan sejenak apa yang kosong di dalam hati. Kekosongan yang tak bisa ditutupi oleh siapa pun.
Kota masih saja berputar dan kegelapan penuh tak juga kunjung datang saat waktu menunjukkan angka 12. Seakan-akan, matahari tak pernah tenggelam dan umat manusia harus bergulat dengan insomnia dan perasaan cemas.
Di pagi hari, setelah malam membuat manusia modern berjuang untuk segala urusannya. Tubuh yang lelah menjadikan pagi sebagai malam hari dan malam hari sebagai pagi yang baru.
Orang-orang hidup pada akhirnya menjauhi sinar matahari dan pagi hari yang sebenarnya, menjadi langka untuk bisa dinikmati bagi sebagian manusia masa kini. Antara siang hari dan waktu malam. Manusia kini tak lagi mempedulikannya. Hanya saja, malam hari sering diganti dengan lampu kamar yang padam. Dan siang hari adalah lampu-lampu yang menyala.
Seperti itulah kota menjadi dan berubah. Kelak, mungkin tak ada lagi siang hari yang bisa dirasakan. Dan umat manusia harus terus mengembara dalam malam yang tiada ujung. Malam tanpa titik henti. Kecuali kematian yang merenggut hidup dari kota yang lebih dulu merenggut segala yang hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...