NIETZSCHE: AKU PERKENALKAN UNTUKMU

478 26 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa filsuf sekaligus psikolog terbesar yang paling aku kagumi? Nietzsche

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa filsuf sekaligus psikolog terbesar yang paling aku kagumi? Nietzsche. Jawabku tegas tanpa keraguan sama sekali.

Pengaruhnya untukku nyaris tak terbantahkan dan sulit untuk diukur. Bagiku, ia-lah yang terbesar di antara yang terbesar. Darinyalah, psikologi keseharianku lahir.

Dalam Pendahuluan Genealogi Moral, ia langsung menukik tajam, layaknya psikolog yang memandangi kita dengan ketajaman yang luar biasa. "Kita, orang-orang yang paham, tidak memahami diri kita sendiri. Dan logikanya, bagaimana mungkin kita bisa berharap menemukan sesuatu yang tak pernah kita cari?"

Lalu, ia kembali menulis, "Kenyataan pahitnya adalah bahwa kita terpaksa masih menjadi orang asing bagi diri kita sendiri, kita tidak mengerti tentang subtansi diri kita sendiri, kita pasti salah tentang diri kita sendiri; pepatan yang berbunyi "Setiap manusia berada paling jauh dari dirinya sendiri," akan bertahan selamanya untuk kita. Bagi diri kita sendiri, kita bukanlah "orang-orang yang paham"'...

Kenyataan bahwa kita tidak mengerti diri kita sendiri, sudah ditemukan Nietzsche sejak lama. Bahkan oleh para pendahulunya yang lebih lembut.

Di dalam buku yang tengah aku baca, buku lain dari Nietzsche, The Gay Science, aku mendapati kenyataan yang menohok, "Penderitaan kita yang personal dan paling dalam tidaklah dapat dipahami dan disentuh oleh hampir semua orang; di sinilah kita tersembunyi dari orang dekat kita, bahkan jika kita makan dari periuk yang sama sekalipun. Namun setiap kali orang melihat kita menderita, mereka hanya menafsirkan penderitaan kita secara dangkal."

Betapa tajamnya ia memahami perasaan terdalam manusia? Bahkan sejak abad yang lalu. Sebuah kedalaman yang sungguh layak untuk direnungi dan diperhatikan.

Dalam Senjakala Berhala, ia menulis semacam ini mengenai perempuan, "Perempuan dianggap dalam--kenapa? Karena orang tidak akan menemukan dasar pada mereka. Perempuan bahkan tidak dangkal."

Di buku otobiografinya, Ecce Homo, ia menulis mengenai dirinya sendiri, yang bisa mewakili diri kita. "Aku dikuasai oleh ketidaksabaran terhadap diriku sendiri; aku menyadari itulah saat yang tepat untuk memikirkan kembali diriku sendiri."

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang