HIDUP ITU TAK HANYA NGECHAT

396 21 3
                                    

Bagi orang-orang yang sibuk, atau tengah tenggelam dengan dunianya sendiri. Membalas pesan orang lain menjadi kian berat dan sulit. Bahkan, adakalanya, bisa berhari-hari tidak peduli dengan gadget, isi pesan, dan segala yang ada di aplikasi sosial.

Tak ada banyak waktu lagi untuk itu. Sekarang hidup lebih banyak di jalan, mengejar deadline, melakukan perundingan, mengurusi dokumen, bertemu klien, pusing dengan tugas dan laporan yang menumpuk, berpergian keluar kota untuk bisnis, memikirkan kinerja bawahan, tidak tidur demi merintis usaha, atau bisa pergi entah ke mana. Hanya orang paling dekatlah yang tahu dan masih bisa terhubung.

Bahkan orang paling malas pun, yang menganggap tidur jauh lebih penting dari pada manusia. Akan lebih menyukai meneruskan tidurnya dari pada membalas pesan yang baginya tak begitu penting.

Saat kebutuhan kian bertambah, tanggung jawab kian banyak, dan harus mencari penghidupan sendiri. Maka, membalas pesan dan telepon akan menjadi kian sulit. Biasanya hanya dibatasi untuk orang penting dan terdekat saja. Atau bagi mereka yang memang terikat dengan pekerjaan.

Hidup itu tidak hanya sekedar ngechat atau membalas pesan setiap harinya. Terlebih, membalas lebih dari lima orang setiap harinya nyaris tanpa putus adalah tidak mungkin. Bahkan, hanya untuk bisa membalas dan saling mengirim pesan ke satu orang saja pun sudah mulai kesulitan.

Adakalanya, kenalan, gebetan, atau mereka yang menyukai dan ingin diperhatikan. Ingin selalu dibalas pesannya dengan cepat dan segera. Dalam sehari, pesan yang masuk harus dibalas selalu dan kalau bisa segera. Bagi sebagian besar orang yang sibuk sudah tak lagi bisa melakukan itu. Karena ada hal penting lainnya, yang banyak, yang harus diselesaikan lebih dulu.

Jika seseorang tak mengerti kesibukan orang yang tengah disukainya, atau diajaknya berkomunikasi. Maka, keinginan untuk terus dibalas segera bisa sangat mengganggu dan tak nyaman. Bahkan seandainya sudah diberi pengertian masih saja seperti itu. Rasanya bisa sangat jengkel dan tak karuan.

Ada orang yang menghindari dichat dan membalas lama karena memang tak suka, tak tertarik, dan ingin menghindar. Tapi ada juga yang sangat sibuk, sakit, atau harus serius mengurusi diri sendiri.

Waktu-waktu untuk bisa saling mengirim pesan kian terbatas. Atau hanya bisa terjadi saat malam saja. Dan itu pun mulai kian jarang dan sedikit.

Karena memang, hidup tak lagi seperti dulu. Saat masih remaja. Galau abadi. Jatuh cinta sampai tak bisa tidur. Bergentayangan di beranda medsos orang yang disukai sampai pagi. Merasa depresi dan butuh pendamping selalu. Ingin ada yang terus bertukar pesan dan memberi perhatian. Juga, sudah tak lagi dalam fase terlalu mencari perhatian.

Fokus sudah berbeda. Frekuensi chat pun mulai menurun.

Dulu, saat masih remaja atau muda, hidup dipenuhi dengan saling bertukar pesan dengan kenalan nyata atau maya. Sangat aktif di grup. Mencari lingkungan yang cocok dan ingin eksis.

Juga, melirik sana dan sini untuk mencari pasangan. Jadi tak heran, jika mengirim pesan ke banyaknya orang, masih lancar dan terasa mudah. Tapi, saat sudah mulai beranjak menjadi lebih dewasa dan sudah selesai masa pendidikannya. Kesibukan akan datang dengan cepatnya asal tidak pengangguran.

Saling mengirim pesan pun kian jarang. Teman-teman kian sedikit dan terfokus. Hidup kini disibukkan untuk mengurus apa-apa yang bisa mendukung karir, uang, dan memikat mertua.

Jadi, hidup tak selalu sekedar ngechat. Bagi mereka yang mengagumi orang yang sibuk. Maka, ia harus siap agak diabaikan. Atau sudah mengerti kondisi semacam itu. Asal, sesekali orang yang dicintai nongol di layar handphone miliknya. Itu sudah membuatnya bahagia dan tenang.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang