APAKAH KITA HARUS SELALU DI JALAN?

743 22 0
                                    

Seseorang harus terus bergerak agar tidak gila. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Menetap hanya sebentar. Lalu berpindah lagi. Atau sebuah rumah dan tempat, hanyalah pemberhentian sementara dari perjalanan ke perjalanan lainnya.

Banyak dari kita mengalami hal itu. Saat lingkungan sekitar membuat jenuh dan apa yang kita harapkan tak ada di sekitar kita. Atau saat kegelisahan, kebosanan, dan perasaan sepi kian menumpuk. Atau kita telah berada ada titik tak lagi memiliki arah tujuan hidup yang pasti. Meninggalkan lingkungan tempat kita sehari-hari akhirnya menjadi kebutuhan. Bagaikan terapi,yang jika kita tidak melakukannya, kita mungkin akan hancur lebih cepat.

Hanya saja, perjalanan demi perjalanan semakin melelahkan dan tanpa akhir. Perjalanan dan pengembaraan menjadi lingkaran yang tanpa putus dan bagaikan pelarian yang juga akhirnya gagal membuat kita tenang. Pada akhirnya, kita harus pergi lagi. Entah ke mana. Asal kita tidak berdiam terlalu lama di sebuah tempat dan akhirnya gila di dalamnya.

Masalahnya, apakah kita akan selalu terus berada di jalanan untuk sekedar menenangkan diri atau mencari sesuatu yang bagaikan hilang dan entah ada di mana itu? Terus berpindah tanpa henti. Dari satu kota ke kota lainnya. Satu gunung ke gunung lainnya. Satu padang ke padang lainnya. Berumahkan jalanan atau tempat tinggal yang tak pernah bisa bertahan lama.

Saat perjalanan menjadi semacam terapi atau pelarian. Menetap akan menjadi saat-saat sangat menyakitkan. Jika menjadi nomaden bisa sedikit menghibur diri atau sejenak melupakan hal-hal yang tak pernah tuntas di kepala. Maka, orang-orang yang tak tahu lagi harus melakukan apa saat menetap, akan lebih memilih kembali berjadi.

Saat menetap bukan lagi tujuan, tak lagi menenangkan, dan sebuah rumah ternyata jauh lebih menyakitkan. Mungkin, lebih baik tak pernah memiliki rumah sama sekali.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang