Sangat tak menyenangkan untuk menulis hal yang berbahagia saat dunia nyata dalam keadaan yang tak semacam itu. Juga, sangat tak menyenangkan berpura-pura senang dan tersenyum menenangkan saat hati bergejolak dan bersedih.
Setiap hari, di depan pekerjaan, terlebih saat tengah bersama klien, menipu kesedihan kita sendiri bagaikan kisah harian yang wajib dan harus disukai dengan benar. Putus cinta, kondisi sakit, kejiwaan sedang terhimpit, atau lelah yang menumpuk. Harus ditipu berkali-kali agar klien yang kita tangani merasa nyaman dan memberikan ulasan yang positif.
Dalam dunia pekerjaan atau tuntutan akan dunia sosial yang begitu intens dan ketat. Maka, kita harus pandai menipu kesedihan kita sendiri. Kadang, nyaris setiap hari.
Para klien tak akan peduli dengan masalah yang kita hadapi. Saat kamu keguguran. Saat keluargamu sakit. Saat menstruasi. Saat mengalami stress, depresi, dan banyak tekanan hidup. Klien hanya ingin kita yang terlihat menyenangkan. Dan kita harus memberikan hal semacam itu nyaris setiap harinya. Walau perasaan sedang tak baik. Kita harus tersenyum ramah dan menyenangkan.
Bagaimana rasanya hidup dalam dunia seperti itu? Terlihat bahagia di ruang kerja, tampak menyenangkan, begitu aktif, penuh dengan kharisma, dan bagaikan sosok panutan pekerja keras yang ramah. Tapi di dalam diri, terdapat perasaan rapuh dan sakit yang tak terungkapkan.
Untuk bisa mempertahankan pekerjaan kita yang bagus. Kita memang harus pandai untuk mengelabui orang-orang dan diri kita sendiri. Kadang, bahkan orang tua dan kekasih (pasangan) sendiri.
Kalau tidak, segalanya akan menjadi jauh lebih kacau.
Itulah alasan di balik banyak perempuan yang berkarir dan mencoba meraih posisi tinggi. Terlihat begitu tegar, sedikit angkuh, sangat terlampau mandiri, begitu keras, dan mencerminkan kepribadian yang tak gampang rubuh dan disudutkan di depan para anak buah dan koleganya. Tapi, saat ia berada di kamarnya atau tengah berbincang dengan orang yang paling dirinya sayangi. Perasaan kokoh itu kadang menghilang menjadi kemanjaan dan perasaan ingin diperhatikan lagi dan lagi. Bahkan, banyak perempuan tegar bisa sangat mudah menangis di depan pasangannya.
Menipu keseharian nyata kita di depan banyak orang. Itulah yang sering kita lakukan dengan memberikannya kata yang sangat tepat sebagai topeng dunia pekerjaan kita. Yaitu, profesional.
Sesedih apa pun kita. Sekacau apa pun perasaan. Dan seburuk apa pun dunia yang kita hadapi. Kita harus tetap menjaga sikap yang ramah, baik, dan menyenangkan di depan banyak orang yang kita temui.
Hanya saja, memang sebagian orang bisa muak dibuatnya. Tapi sebagian lainnya bisa mengatur tempo dan mulai terbiasa hidup dalam dunia bayang-bayang.
Membagi diri sendiri. Apa yang harus disimpan dan ditampilkan.
Mungkin, bagi mereka yang memiliki sandaran hati yang sangat dicintai. Perasaan yang ditekan di depan publik itu bisa dicairkan dan diredamkan dengan keberadaan pasangannya. Bagi mereka yang tak memilikinya, selama bertahun-tahun harus menyimpan dan menghadapinya sendiri. Kadang atau bahkan sering sangat melelahkan. Adakalanya ingin segera mengakhiri omong kosong diri semacam itu. Walau begitu, pada akhirnya masih bertahan juga.
Kita harus terbiasa menipu kesedihan kita sendiri. Untuk mengamankan masa depan. Begitu juga, untuk apa yang kita inginkan dan hasrati.
Karena orang banyak, tak akan banyak peduli dengan kisah sedihmu. Terlebih dalam dunia pekerjaan yang kamu geluti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...