Dedaun yang memantul
Kaca, menyembul tanah
Bayangan menyulam reranting
Warna putih yang tegak
Bebatuan, kerikil, dan sebutir awanBurung-burung yang pergi
Pepohonan tanpa kicau
Serumpun bambu, terakhir
Mungkin, selayaknya tetumbuhan
Yang merangkum manusia dalam mukimAku melayangkan pandangku ke luar jendela kaca. Warna hijau yang memenuhi ruangan. Terasa intim. Lembut. Teduh. Bagaikan mengembalikan masa lalu yang telah pudar.
Pohon-pohon menyembul di depan mataku. Mengecilkan semua yang dibangun oleh manusia. Kanopi di dalam sebuah bus. Bagaikan memasuki bayangan dari hutan kecil yang terakhir.
Aku menikmati awal perjalanan ini. Terasa, seluruh tubuh menjadi lebih ringan dan terhibur.
Saat buku aku tutup dan kata-kata telah selesai aku hantarkan dalam tidurku. Mata yang terbuka dari kantuk yang berat, membawaku pada apa yang ada dan kini. Sebuah dunia.yang nyaris aku lupakan dan telah lama berhenti aku jalani. Sebuah perjalanan. Waktu. Dunia baru. Kilasan. Kisah. Warna. Suara. Kesan. Dan cahaya matahari yang lembut dari dalam sini.
Telah lama aku berhenti melakukan perjalanan karena ke mana pun aku pergi. Aku tak bisa menghindarkan diri dari kesepian. Perjalanan demi perjalanan membuatku malah kian rapuh dan merasa sendirian. Namun kini, aku menikmati suasana jalanan ini. Dunia yang pernah aku kenal. Melembutkanku. Rasanya, aku akan kembali berjalan lagi dan lagi.
Mungkin. Mungkin inilah awal keduaku.
Suara musik mengalun di telinga. Angin berhembus sedang ke tubuhku. Bus berhenti. Menjadi antrean panjang akan waktu manusia dan peradaban. Dunia yang melambat dan mesin-mesin yang berhenti sejenak. Membuatku mendongakkan kepala. Memasuki dunia hijau yang ada di atas kepalaku.
Semak. Lumut. Tumbuhan parasit. Rumput. Pepohonan besar. Tanah. Akar. Ranting. Daun yang gugur. Bebatuan. Batang pohon. Langit yang terasa lebih luas. Bunga di antara dunia tanpa bunga. Dan segala yang masuk ke pandanganku.
Membuatku terasa sedikit lebih hidup.
Hal-hal kecil semacam ini, sangat menyenangkanku. Itulah yang membuat setiap perjalanan adalah terapi.
Melihat dua anak sekolah berada di atas sebuah truk. Rumah-rumah mungil berlatarkan gunung yang indah. Sawah-sawah yang membentang dan subur. Sampah, sampah, sampah. Pepohonan yang lebih mudah ditemui saat kota tak lagi banyak menjamah dan menggurui. Kehidupan lainnya yang tak mampu aku temukan kecuali hanyalah manusia.
Memandangi pegunungan yang berlapis bersama dengan pohon kelapa yang semakin asing. Membuatku tersenyum.
Mengamati semburat awan yang bagaikan tercabik di atas sana. Sendirian. Jauh dari warna yang lainnya. Bagaikan melihat sebuah pulau di lautan yang merenung.
Rasanya, aku mulai merasakan lagi. Gairah akan perjalanan. Itu sangat begitu jelasnya, saat segumpal awan membuat warna hitam pada punggung sebuah bukit. Seolah-olah, mataku ini mengalir kembali. Menyerap segala yang ada dan terlihat. Bahkan kata-kataku menjadi lebih bernuansa dan menemukan apa yang hilang dari kebosananku.
Dalam perjalanan, kata-kata yang berulang-ulang menjadi melunak dan memberi ruang pada yang lainnya untuk masuk. Layaknya panorama timur yang tengah aku lihat. Begitu indah dan puitis.
Seperti waktu yang berubah menjadi puitis dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...