KITA ADALAH PELARIAN

276 15 0
                                    

Sebagai pelarian, kita mencoba hal apa pun untuk keluar dari dunia kita yang menghimpit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebagai pelarian, kita mencoba hal apa pun untuk keluar dari dunia kita yang menghimpit. Yang membuat kita tertekan. Gelisah. Menangis. Hampa. Atau kosong dan merasa kesepian.

Kita lari dari dunia kita sendiri. Untuk mendapatkan sedikit ketenangan dan perasaan aman. Hanya saja, itu terlalu sulit. Dunia keseharian kita menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan dan temui. Selalu mengarah pada perasaan yang nyaris sama. Keletihan. Kebosanan. Dan sebuah dunia yang tak lagi banyak membantu kita untuk menikmati hidup.

Itulah sebabnya, kita semua lari dari kenyataan kita sendiri. Lari ke galeri seni. Melihat lukisan dan para seniman berkumpul. Ke acara konser musik demi sejenak mengendurkan ketegangan perasaan kita. Lari ke pentas teater atau bioskop. Untuk sejenak menikmati dunia sandiwara yang kita sadari benar dan melepas topeng kita sendiri. Lari ke mal dan berbelanja apa pun yang masih bisa dijangkau uang kita. Hanya untuk melepas tekanan yang begitu mengerikan dan susah dilepas. Kita juga akhirnya lari ke cafe, ke berbagai tempat nongkrong, lari ke kasur dan mengunci diri di kamar. Bahkan, untuk lari dari dunia kita sendiri, kita harus terus-menerus melakukan perjalanan dari kota ke kota, dari pulau ke pulau, dari negara satu ke negara lainnya. Melintasi berbagai benua. Mencoba kehidupan terpencil dan mendekati alam yang dirasa lebih menenangkan.

Hanya saja, perasaan yang coba ditekan dan dihilangkan itu pada akhirnya kembali lagi. Sebaik apa pun seseorang mencoba menyingkirkannya. Perasaan itu akan tetap ada. Bahkan cinta pun tak cukup kuat untuk menyembuhkannya.

Sebagai pelarian, kita terikat kuat dengan diri kita sendiri. Selama masih hidup, kita akan terus berlari. Berlari dari banyak hal. Melakukan apa pun demi sedikit meredakan kenyataan sehari-hari.

Clubbing. Berpesta. Melakukan seks. Menghamburkan uang. Menjadi terkenal. Atau memiliki jabatan yang luar biasa. Hanya saja, itu semua masih saja adalah pelarian. Bahkan kekayaan sendiri hanyalah pelarian dari hidup kita sendiri.

Dalam pelarian kita yang tanpa henti. Usia merambat begitu cepatnya. Tanpa banyak kita sadari. Kita semua sudah melakukan pelarian selama bertahun-tahun. Dalam pelarian itu, kita telah mendapatkan banyak hal dalam status manusia di masyarakat. Hanya saja, perasaan itu masih saja muncul. Itulah sebabnya, agar masih bisa hidup, kita melakukan banyak kegiatan dan kesibukan. Segala kesibukan yang kita lakukan juga adalah pelarian. Dengan kesibukan, kita akan sedikit terhindar dari perasaan-perasaan itu.

Walaupun begitu, kita masih saja seorang pelarian. Berlari dari diri kita sendiri. Perasaaan-perasaan kita. Dan dunia di mana kita berada dan hidup.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang