Banyak pertemanan sekarang berakhir begitu singkat dan berumur sangat pendek. Bahkan seringkali tak ada seminggu atau bahkan kurang dari tiga hari. Masing-masing orang yang dekat langsung tiba-tiba saling menjauh tanpa harus diberi perintah. Yang awalnya, satu dua hari terasa begitu dekat dan nyaman. Di hari ketiga atau ketujuh, pertemanan yang terjalin tiba-tiba lenyap begitu saja.
Pertemanan yang singkat telah menjadi bagian keseharian hubungan sosial saat ini. Terlebih saat di kelas, baik kamu anak sekolah atau kuliahan, menjalin pertemanan yang bertahan lama rasanya semakin sulit.
Kedekatan dan kecocokan selalu saja bersifat sementara. Begitu juga ketertarikan dan rasa penasaran terhadap seseorang. Semuanya, di hari di mana kita hidup, menjadi begitu pendek dan mudah menguap.Banyak orang mudah menyerah jika apa yang dilakukannya satu sisi atau bertepuk sebelah tangan. Keinginan untuk langsung dibalas dan diterima seketika, membuat banyak orang tak sabar menjalin hubungan yang serius. Hubungan pertemanan mudah berakhir begitu saja hanya sekedar masalah sepele. Seperti kesukaan buku yang berbeda. Mendengarkan musik yang berbeda. Atau mengetahui rahasia kecil yang dulu tak diketahui dan itu tak disukainya. Hanya ketidaksukaan kecil saja, seseorang bisa langsung menjauh dan pertemanan mendadak berakhir begitu saja. Besoknya, orang yang dekat denganmu sudah dekat dengan orang lain dan mencari bentuk pertemanan yang lain dan meninggalkanmu tanpa basa basi. Bahkan terkadang malah menjauhimu. Itu juga berlaku padamu yang sering juga melakukan hal semacam itu.
Bagi seseorang yang terbiasa bergantung pada pertemanan dan kehidupan sosial kelompok. Tiba-tiba di hadapkan pada kondisi di mana tak ada siapa-siapa yang bisa dijadikan teman dekat, rasanya sangat menyakitkan. Terasa seperti dihindari, tak disuka, dan tak dianggap. Atau bahkan kadang merasa seperti dikucilkan.
Perasaan kesepian dan hampa seringkali datang di saat semacam itu.
Di dalam ruang kelas, jika kamu adalah anak sekolahan baru atau mahasiswa baru. Kamu pasti paham perasaan semacam itu. Perasaan diabaikan dan tak dianggap sebagai bagian dari lingkaran pertemanan. Ada yang bertahan dan mendapatkan teman tapi ada yang gagal bahkan sampai tiga dan empat tahun ke depan.
Jadi rasanya teman sekelas bukan lagi semacam teman. Tapi sudah seperti musuh dan keberadaan yang tak menyenangkan.
Persaingan membuat teman, berkelompok, dan mencari kecocokan pertemanan membuat ruang kelas layaknya perang mental. Pergantian kubu, kelompok, gang, atau hubungan pertemanan bisa berganti begitu cepatnya. Bahkan kadang mirip kubu politik dan begitu sangat bertentangan. Walau dari luar keliatan biasa saja.
Seseorang yang tak terbiasa sendiri dan menikmati segala sesuatunya sendiri akan merasa terasing, kesulitan, dan begitu terpukul jika ternyata mencari satu teman saja yang cocok, baik, dan bertahan lama, ternyata begitu susahnya.
Jika tak terbiasa untuk mengerjakan tugas sendiri, berpergian sendiri, dan melakukan banyak hal sendiri. Dan jika masih terus berharap diperhatikan dan diberi kemudahan informasi dalam lingkup hubungan sosial kelas. Yang terjadi nantinya timbul perasaan dijauhi, disingkirkan, tak dianggap dan lainnya. Jika diteruskan berpikir seperti itu, akan menjadi beban mental yang luar biasa dan seolah sekolah atau kuliah, menjadi agak menyiksa.
Seseorang yang gagal menjalin hubungan sosial di lingkup kelas atau ruang kerjanya. Mulailah terbiasakan untuk mengerjakan dan mendapatkan informasi sendiri tanpa harus mengandalkan mereka. Dengan begitu, kamu memutuskan lingkaran setan harapan untuk diterima, diberi tahu, dan dianggap layak. Seandainya tak ada orang yang mau jalan denganmu, kamu bisa jalan sendiri. Jika tak ada satu orang pun di kelas memberimu informasi jadwal pelajaran dan lainnya. Kamu tak perlu khawatir, karena kamu bisa mendapatkannya tanpa mereka.
Menjadi mandiri dan tak ketergantungan dengan kemudahan hubungan sosial yang ada, membuat kamu akan menjadi terbiasa dan tak peduli jika bahkan seluruh sekolah atau kampus menghindarimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...