Menjadi miskin itu tak enak. Kamu akan mudah ditindas, diremehkan, dicemooh, dipandang sebelah mata, tak dianggap, suaramu tak didengar, susah disukai orang yang statusnya lebih darimu, dan kamu akan mudah digusur oleh perusahaan swasta atau pemerintah.
Terlahir miskin juga tak menyenangkan. Terlebih saat beranjak besar, akhirnya kamu akan sadar apa itu arti miskin. Dari makan, bersekolah, peralatan ini itu, baju, kendaraan, uang jajan, dan hingga ingin menikmati pelajaran yang kamu suka. Segalanya serba terbatas.
Jika miskin adalah takdir. Salahkanlah Tuhan dan orangtuamu. Seringkali, bersyukur itu hanya untuk orang kaya, mampu, dan kecukupan. Orang miskin macam apa yang berayukur saat perut kelaparan? Atau saat setiap hari harus menjadi pengamen saat anak-anak lainnya tengah pergi bersekolah dengan cara yang paling gaul dan trendi?
Miskin itu tak enak. Terlebih jika kamu miskin karena agama dan rasa keadilan. Orang kaya tak lagi peduli dengan agama dan keadilan pada setiap harinya. Lalu untuk apa kamu dan orangtuamu sok beragama dan berkeadilan?
Kayalah! Walau kamu tahu, mendapatkan kekayaan itu berarti membuang Tuhan dan kemanusiaan. Tapi setidaknya, kamu bisa menikmati bangku sekolah dan universitas seperti kebanyakan anak-anak lainnya. Mayoritas anak-anak kaya yang kini bersekolah dan berkuliah itu, tiap hari hanya main Tuhan-tuhanan. Itulah sebabnya mereka masih bisa menikmati semua kemudahan dan kemewahan. Menggadaikan agama, hukum Tuhan, dan rasa keadilan, adalah cara terbaik untuk mendapatkan uang dan kekayaan. Maka, jika kelak nanti kamu cukup dewasa atau ingin berumah tangga. Buang saja Tuhan dan rasa kemanusiaan. Kecuali hanya untuk kepura-puraan hidup di masyarakat saja.
Menjadi kaya itu berarti kehidupanmu lebih banyak pilihan. Kekayaan bisa membuatmu memilih pasangan hidup lebih mudah. Kekayaan juga bisa membuatmu senang dan lebih mudah terhindar dari depresi. Kekayaan juga berarti kepercayaan diri dan banyak hal lainnya. Sisi baiknya untuk kehidupanmu luar biasa banyak. Asal kamu bisa mengelolanya dengan baik dan tepat.
Banyak orang miskin salah satunya karena terlalu beragama dan mematuhi hukum Tuhan. Jika kamu ingin kaya seperti para pengusaha dan dokter pada umumnya. Buang saja Tuhan ke tong sampah segera. Asal diam-diam. Lalu pujalah uang dan hidup makmur. Pujalah hedonisme dalam artian filosofis.
Mencintai Tuhan tak baik bagi isi kantong kita. Begitu juga menerapkan perasaan adil dan manusiawi. Kecuali sesekali atau tebang pilih saja. Itu masih bisa dimaklumi. Intinya, kayalah! Maka kamu akan bisa melakukan banyak hal.
Kamu akan terhindari dari kelaparan dan menggelandang. Kamu bisa lebih bebas dan menikmati hidup. Walau pun ini tergantung seseorang dan sejarah hidupnya. Karena banyak orang kaya juga tak bahagia. Tapi jika boleh memilih, jadilah orang kaya tak bahagia dari pada orang miskin tak bahagia.
Kayalah! Karena dengan kekayaan, kamu bisa membeli apa apa pun. Dari pasangan hidup, membeli mertua, teman, bawahan, kaki tangan, gengsi, nama, status, kemudahan, hingga membeli waktu senggang.
Kamu tahu, banyak orangtua sangat mudah dibeli dengan uang. Begitu juga pasangan hidup. Begitu juga jabatan. Begitu juga rasa aman.
Bawalah seratus juta atau satu miliar uang tunai ke depan mata mertuamu. Maka, kemungkinan besar kamu akan lebih mudah diterima dari pada orang miskin yang motor saja tidak punya. Dalam pernikahan, hubungan percintaan, sampai lingkup kerja. Uang adalah pelicin. Karena di negara ini, uang adalah raja. Lebih mudah membeli semua hal dengan uang dari pada dengan agama. Membeli cinta hanya dengan Tuhan rasanya juga semakin sulit. Terlebih meraih karir yang baik hanya bermodalkan Tuhan, kamu pasti tak akan kemana-mana.
Bisakah anak orang kaya berhenti les, tak lagi membeli buku, dan lain sebagai untuk lulus ujian sekolah dan hanya percaya dan berdoa saja pada Tuhan? Hanya satu dua yang bisa melakukannya. Karena otak dan kemauannya memang baik. Untuk bisa lulus tes, masuk universitas impian dan mendapatkan kemapanan yang dibayangkan sejak remaja. Uanglah yang paling diperlukan. Bukan Tuhan atau kemanusiaan.
Maka dari itu, kelak, jangan membuat pusing anak-anakmu dengan urusan Tuhan dan kemanusiaan. Mereka hanya akan menderita pada akhirnya. Terlebih untuk menjadi kaya, kedua hal itu adalah penghalang besar kecuali jika kamu bisa memanipulasinya untuk kepentinganmu sendiri. Seperti menteri agama, yang memanfaatkan agama untuk memperkaya diri. Atau banyak orang lainnya, yang hanya memanfaatkan agama untuk ketenangan diri, dan nyaris tak pernah menjalankan hukum-hukumnya.
Kayalah! Karena kaya itu jauh lebih menyenangkan dari pada miskin. Jika miskin adalah takdir. Maka itu adalah kejahatan atas kehidupanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...