Aku memandangi bangunan tua dari kamar hotelku yang dingin. Seperti memandang masa lalu dan sebuah tempat yang ingin aku tinggalkan dan tak kembali lagi.
Ada perasaan sendu saat bagian dari bayanganku bagaikan menatap diriku sendiri. Kaca jendela yang memantulkan waktu. Dan bangunan besar dengan banyak pintu di bawah sana.
Lawang Sewu tampak berkerlip.
Aku berjalan, keluar, meninggalkan pintu dan mengajari kedua kakiku kembali berjalan di pagi buta. Saat udara menjadi lebih lembut. Jalanan gelap terasa memesona bersama berbagai cahaya yang menembus berbagai sudut.
Pohon-pohon tampak menyenangkan. Bangunan-bangunan yang bercahaya dan tinggi. Jalanan yang begitu sepi dari manusia. Pijakan kokoh di bawah kaki. Kedua kaki yang naik turun. Mata yang memandang langit yang bercahaya putih.
Ada tempat-tempat yang memasukkan rindu di dalamnya. Kenangan yang menguar. Bersamaan akan keengganan untuk mengakuinya. Seperti halnya tadi malam. Kota tua yang tiba-tiba berubah dalam wajahnya yang bagaikan tak aku kenali.
Dunia baru yang ramai dan tersedak.
Aku berjalan. Tap tap tap. Kedua kakiku yang ingin mengingat kembali apa yang dulu pernah dirasakannya. Sebuah kota dan waktu yang lalu.
Saat awal sebuah malam menjadikan berbagai mesin begitu menenggelamkan jalanan yang lebar terasa begitu sempit. Udara pagi hari, saat angka berada dalam dua. Segalanya menjadi lebih lapang dan menenangkan.
Aku selalu menyukai berjalan di malam hari. Membuat seluruh bagian diriku bergetar nyaman. Walau, siang hari adalah waktu yang lain, yang kadang juga bisa menghiburku. Tapi malam hari, adalah waktu yang tepat bagi tubuhku untuk memutus halangannya.
Berjalan. Melihat orang-orang berkerumun. Daun-daun yang berserak di trotoar. Lampu merah. Toko-toko yang menyempit di pojok. Mereka yang juga berjalan pelan dari dunia yang entah. Gairah kota yang memenjarakan ingin dan melepaskannya.
Kota ini, sangat dekat sekaligus jauh bagiku.
Mungkin, aku menyukai detak diriku sendiri. Saat membuka halaman sebuah buku. Segala yang ada di sekitarku tiba-tiba berhenti. Sebuah kota yang menusuk dan kadang aku benci. Menjadi sesuatu yang lain dalam sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...