Pada umur 20, seseorang berhak memutuskan mati. Jika di usia itu dia telah cukup mendapatkan kebahagiaan. Bahkan anak umur 10 tahun juga berhak melakukannya jika masa kecilnya berbahagia.
Saat kebahagiaan telah diraih, seseorang bisa mengakhiri dirinya di usia berapa pun. Karena sisanya hampir nyaris tak ada bedanya.
Kebahagiaan ada saat bersama orang lain dan merasa ada di situ. Tapi tak selamanya seperti itu. Kebahagiaan adakalanya diketemukan saat sendiri, hilang dari orang-orang lalu lenyap tak ada bekas.
Kebahagiaan adakalanya bukan terus mempertahankan kehidupan yang berulang tiada henti. Kebahagiaan datang saat kehidupan itu sendiri berhenti.
Saat seseorang terus hidup, maka kebahagiaan tak akan menentu. Datang dan pergi. Bergulir. Padahal orang bisa menjadikannya tetap. Kebahagiaan di saat tak ada.
Menjelang usia 16-18, orang-orang akan mengalami periode pendewasaan yaitu rasa sakit dan dunia yang jarang pernah dirasakannya sewaktu remaja. Saat remaja, seseorang bisa lebih menikmati hidup karena sedikit beban yang harus ditanggung emosi dan pikirannya. Tapi saat menuju umur 20, perasaan sakit, kosong, sepi, tak menentu, ketakutan, dan kebimbangan datang jauh lebih besar dan tak menyenangkan.
Pilihan-pilihan akan cara hidup pun jauh lebih banyak dan memusingkan. Memikirkan masa depan. Melakukan kerja keras untuk menstabilkan posisi hari berikutnya. Padahal, seseorang bisa langsung berhenti di usia 20. Sebelum mengalami patah hati yang sangat menyakitkan. Gagal dalam ini dan itu. Atau mengalami cukup banyak konflik sosial, perasaan, dan pikiran. Seseorang bisa berhenti, tapi jarang yang mau mengambilnya.
Umur 20 pun sudah sangat cukup dengan perasaan akan kebahagiaan itu. Sisanya, adalah kehidupan tak penting dan tak perlu diteruskan. Jadi, adakalanya, usia yang begitu panjang hanyalah pemborosan akan banyak hal. Kebosanan tanpa ujung. Kesepian tiada akhir. Dan kekecewaan yang entah kapan bisa disembuhkan.
Orang rela sakit dan terluka demi mempertahankan usia yang sejatinya bisa diakhiri kapan pun saat dia tahu, dia telah mencapai puncak kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...