KORONA: SEBELUM KRISIS EKONOMI PARAH

403 28 21
                                    

Indonesia tidak siap dengan wabah Korona. Seperti yang sering aku bicarakan dahulu, Indonesia akan mengalami masa sulit dan kelam saat ekonomi ambruk dan mengalami penurunan dalam periode lama. Keberadaan wabah Korona, membuat keadaan Indonesia menuju pada krisis ekonomi yang bertahan cukup panjang. Dalam keadaan semacam itu, uang nyaris menjadi tak berguna. Bahan pokok dan segala kebutuhan penting akan naik berkali-kali lipat.

Kita sedang menuju krisis ekonomi. Awal yang menjadi tanda kenaikan hampir semua barang dan kebutuhan pokok adalah harga masker yang dijual begitu mahalnya dalam kondisi ekonomi masih agak stabil.

Saat nanti ekonomi mulai tergerus dan goyah. Maka harga kebutuhan pokok, semacam beras, telur, minyak, sampai bahkan gas dan banyak lainnya, akan susah diakses oleh banyak pihak. Selain harga yang tak masuk akal. Kelangkaan yang mulai menghantui. Juga karena nilai tukar rupiah menjadi mengecil.

Pada malam ini, aku sudah membayangkan apa saja yang harus aku beli nantinya. Untuk menghadapinya kelesuan ekonomi dan pembatasan akibat wabah.

Saat ini banyak orang belum sadar kehancuran ekonomi dan masih bersikap santai. Banyak orang lebih takut dengan Korona dari pada ekonomi yang ambruk. Korona hanya sekedar membuat masker dan alat kesehatan menjadi mahal. Tapi jika Korona itu mengarah ke ekonomi nasional, maka, semua yang ada akan menjadi mahal dan susah dicari.

Hal yang paling penting yang harus dibeli adalah beras. Harga beras sebentar lagi akan mendekati gila. Karena beras impor, maka stok beras jelas saja terbatas. Jika wabah Korona tak berhenti sampai Mei atau mendekati Agustus. Maka siapa pun yang tidak segera membeli beras dari sekarang dalam jumlah mencukupi sampai beberapa bulan. Akan mengalami kesulitan yang luar biasa.

Masalah terbesar lainnya adalah stok air. Ini adalah masalah yang bakal susah diatasi kalau wabah menjadi begitu lama. Banyak dari kita menggantungkan diri pada sumber air yang dibeli dari Indomart dan berbagai gerai (depo air minum). Jika depo air minum pun tutup, maka, krisis air akan memperparah kondisi yang ada.

Selain beras, stok air harus diperbanyak setidaknya bisa menghadapi satu sampai dua bulan ke depan. Tak ada air, orang bisa lebih cepat gila dan mati.

Kelangkaan gas akan menjadi kasus yang sama parahnya. Karena tidak adanya gas, banyak rumah makan tidak akan berfungsi dan tutup. Ini jelas akan menjadi pukulan telak bagi mereka yang tak terbiasa masak sendiri dan selalu mengandalkan makan di luar dan Gofood. Maka dari itu, jika gas menghilang, setidaknya kita masih memiliki listrik dan rice cooker.

Kegunaan rice cooker tidak hanya untuk menanak nasi tapi juga telur dan sayur mayur lainnya. Selagi listrik masih ada, kita masih bisa cukup selamat walau gas menghilang. Bagi yang berada di pusat kota yang terindikasi persebaran Korona yang semakin banyak dan berstatus mendekati lockdown atau isolasi. Siapa pun yang tak memiliki rice cooker, harus segera membelinya.

Benda itu nantinya akan menjadi benda berharga sedunia. Bisa digunakan untuk memasak air, mie instan, beras, sampai banyak hal lainnya.

Telur jelas bahan pokok yang bakal jadi rebutan dan favorit. Harga telur akan meroket dan menjadi langka. Maka dari itu, persediaan telur harus segera ada di rumah atau kulkas. Alasannya masuk akal. Telur adalah bahan pokok yang paling mudah diolah dan dimakan. Hanya dengan menggoreng atau memasaknya, telur bisa langsung menjadi lauk. Bahkan tanpa perlu minyak dan gas, cukup ditaruh bersama beras yang ditanak di rice cooker, telur bisa matang dan dimakan. Kelebihan yang susah dimiliki oleh bahan pokok jenis apa pun.

Hanya saja, banyak telur kadang akhir-akhir ini menjadi sangat mudah busuk. Itu akan menjadi masalah tersendiri yang menggelisahkan.

Kentang, ubi jalar, singkong, dan macam ubi-ubian bisa menjadi pilihan utama untuk kelak mengatasi kelangkaan beras. Terlebih ubi jalar yang bisa awet dan bertahan begitu lama. Hanya tinggal dimasak sudah cukup untuk mengganjal perut dan menghindari kelaparan.

Sebelum ekonomi runtuh atau mengalami kelesuan yang lama. Kamu harus pandai untuk bisa memilih bahan pokok apa saja yang kelak bakal menjadi mahal, langka dan bisa bertahan lama.

Kenapa harus bersiap sekarang? Karena krisis akan bertahan lama. Kenapa bisa bertahan lama? Lihatlah kondisi banyak negara lainnya yang memiliki pemerintahan dan masyarakat yang lebih baik. Ekonomi lebih maju, sains lebih maju, dan cara berpikir yang lebih maju. Banyak dari mereka pun mengalami kondisi yang buruk. Terlebih Itali.

Mari kita bayangkan, jika kita nantinya menjadi lebih buruk dari Itali. Maka akan ada banyak kota yang terpaksa ditutup. Lockdown bisa terjadi di berbagai kota besar. Jika Korona masuk ke desa-desa. Maka kondisinya akan menjadi jauh lebih parah. Akhir Agustus, kemungkinan besar Indonesia belum bisa menyelesaikannya jika para negara luar tidak membantu dan pemerintah tidak bertindak tegas dan serius.

Itu berarti, Indonesia akan mengalami krisis selama berbulan-bulan. Imbas pertama yang mengalami kesulitan adalah warga perkotaan.

Pemerintahan yang buruk, elite politik yang buruk dan egois, para orang terkemuka yang hidup untuk diri sendiri, dan masyarakat atau rakyat yang tak jauh beda dengan elite di atas. Maka, akan membuat Indonesia kesusahan untuk mengatasi wabah ini.

Wabah ini akan menjadi percontohan dan percobaan pertama bagi presiden masa depan. Bahwa, Indonesia adalah negara dengan struktur dari atas sampai bawah yang tidak siap mengatasi bencana skala nasional yang berlarut-larut.

Maka tak heran, antara 2030-2050, Indonesia bisa mengalami perang saudara dan banyak perpecahan karena alasan keruntuhan ekonomi yang bisa disebabkan oleh banyak hal.

Masyarakat Indonesia adalah salah satu yang sulit ditangani karena mencontoh perilaku dari kalangan atas dan elite politiknya. Hal itu ditambah dengan pola pendidikan yang mengajari orang-orang berperilaku seperti bangsawan, mengejar ekonomi sebagai hal utama, dan perlahan menghapus empati.

Jadi tak heran, jika Indonesia akan selalu mengalami masalah besar saat krisis dan bencana berskala nasional terjadi dalam jangka waktu panjang.

Masyarakat yang egois, sesukanya sendiri, anti empati, berpikiran sempit, tidak mudah terbuka, anti kritik, gagal menilai diri sendiri, menjerumuskan Indonesia dalam bencana yang parah.

Masyarakat ini terdiri dari kalangan pemerintah sampai kelas bawah dan miskin. Karena pola berpikir dan perasaannya hampir sama, saat pemerintah gagal bertindak tegas dan tidak berani menanggung resiko dari kebijakannya yang tegas atau kejam saat krisis terjadi. Maka krisis akan berlarut-larut dan entah kapan akan berakhir.

Dalam krisis yang berlarut-larut itulah, bahan pokok akan menjadi begitu mahalnya dan terasa mengerikan. Empati akan habis. Terlebih kita sudah memasuki abad anti empati jauh di belakang sana. Saat belum krisis pun, orang tidak peduli dengan orang lainnya. Dunia sehari-hari kita sebelum krisis sudah biasa mengabaikan orang-orang. Maka dari itu, saat krisis makin parah, setiap orang akan mempertahankan kehidupannya masing-masing. Membagi beras dan air minum saat kondisi semacam itu pun sangat sulit. Segelas air minum jauh lebih berharga dari empati kita terhadap orang di sekitar kita.

Membiarkan orang lain mati asal kita hidup akan menjadi kebijakan paling pertama kita.

Pemerintah dalam situasi ini, bersama seluruh elite politik, para pengusaha (baik swasta atau negara), dan mereka yang kaya raya (dari mulai tokoh terkenal sampai artis) harus lebih dulu berani mengeluarkan uang dan bantuannya dengan cara yang ekstrim. Kalau tidak, maka, kesembuhan Indonesia akan lama prosesnya.

Saat kalangan atas dan berpunya tidak mau berbagi dan berencana untuk mengatasi wabah ini dan masih berpikir tak rela kehilangan uangnya. Jangan berharap wabah Korona akan dengan mudah ditangani.

Dengan banyaknya masyarakat kelas bawah dan ekonomi rendah. Orang kelas atas harusnya yang lebih dulu memulai. Sebelum krisis pangan terjadi, pemerintah dan segenap kalangan atas harus lebih dulu membuat gerakan bersama. Jika sampai Mei mereka masih ingin menyelamatkan diri masing-masing. Maka, keruntuhan ekonomi dan konflik sosial beserta kematian akan menjadi pemandangan sehari-hari.

Sejak awal, negara ini sudah salah arah. Tak pernah siap dengan bencana skala besar apa pun. Selalu meremehkan apa pun yang ada. Juga tak segera bertindak cepat.

Dari masyarakat biasa sampai kalangan elite, tak jauh beda. Karena inilah Indonesia. Hanya aman saat kondisi baik-baik saja.

Mulai besok, aku akan membeli beras cukup banyak. Sebagai persiapan kelesuan ekonomi jangka panjang, kelangkaan, dan sebelum harga bahan pokok yang menggila.

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang