MASKER: FASHION KEPURA-PURAAN

532 28 0
                                    

Di masa pandemik, masker telah menjadi tren dan bahkan fashion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di masa pandemik, masker telah menjadi tren dan bahkan fashion. Menjadi bagian dari gaya hidup dan tentunya, keinginan kita dalam merias dan memamerkan diri.

Beberapa orang akan merasa aman dengan masker yang mereka kenakan dan kadang bahkan enggan melepasnya di ruang publik. Yang lain, merasa jauh lebih keren dan gaya atau menjadi sosok misterius yang menarik.

Dalam dunia yang diliputi oleh makser. Manusia hanya tersisa matanya saja. Dan mata adalah bagian dari kecantikan atau ketampanan seseorang.

Saat hanya mata yang tersisa, rasa penasaran dan praduga akan kecantikan dan ketampanan seseorang menjadi kian menarik.

Masker dalam masa pandemik awalnya digunakan untuk menghindari sakit dan penyebaran wabah. Lalu perlahan menjadi bagian dari kepura-puraan diri mengikuti peraturan yang tak jelas.

Banyak orang masih menggunakan masker di jalan-jalan, padahal tahu betul, pemakaian masker hanya sekedar untuk mencari aman dalam tatapan moral masyarakat. Nanti, saat di rumah, di tempat makan, nongkrong, di lingkungan kerja, bertemu dengan rekan bisnis atau kawan. Masker itu dilepas atau diturunkan. Bahkan di banyak ruang publik, masker yang dipakai tak berfungsi banyak karena semua orang sering melepas maskernya dan berada di tempat yang tadinya sama. Benda yang dipakai dan diduduki sama. Jadi, apa fungsi masker di tengah pandemi hari ini?

Masker menjadi bagian dari fashion kepura-puraan. Dengan memakai masker saat di dalam mobil, naik motor, atau di ruang publik untuk sesaat. Kita seolah telah menjaga diri kita dan orang lain. Padahal, kita lebih sering membukanya dan tak peduli apakah virus itu ada atau tidak.

Kenyataannya, pemakaian masker nyaris tak berguna dalam mencegah penyebaran virus karena cara pemakaiannya sehari-hari sangat serampangan dan memang, hanya digunakan sebagai pelapis moral dan penenang diri.

Keberuntungannya, virus yang ada tak semengerikan yang ada di luar atau memang menjadi biasa saja. Dalam penanangan yang setengah hati. Masyarakat luas yang didukung pemerintah berpura-pura membuat tren baru dengan menggunakan masker bersama padahal sangat tak ingin menyelesaikan masalah yang ada.

Dengan memakai masker, seluruh warga diajak untuk menipu diri sendiri dan merasa bermoral padahal dari atas sampai bawah tak melakukan apa-apa.

Sejujurnya, lebih baik masker dihapus dan biarkan orang berpakaian seperti biasanya.

Saat status masker dilepas sebagai penangan wabah. Nantinya, keberadaan masker akan menjadi tren baru yang akan memiliki banyak pengguna keseharian. Mereka yang awalnya tak pernah merasa membutuhkan masker dan masker itu tak menarik. Malah ketagihan dan merasa lebih nyaman dan terlindungi. Yang lain merasa lebih gaul atau trendi. Yang mana, masker bermotif khusus disandingkan dengan gaya berpakaian, akan menjadi tren baru yang akan merebak.

Memakai masker trendi itu cantik dan misterius. Gaul dan mengundang banyak rasa penasaran.

Dalam statusnya sebagai fashion kepura-puraan. Juga dulu sebagai pencegah wabah atau debu serta adap knalpot di jalanan. Kini, masker berubah jadi life style dan fashion kecantikan.

Hanya saja, statusnya sebagai fashion kepura-puraaan masih belum banyak berubah di tengah pandemi yang tak jelas ini. Semua orang memakai masker sebagai kain pembungkus nilai dan perasaan moral kita. Sebagai penenang dan pengaman hati. Walau kenyataannya, fungsi medik keseharian sudah hampir tak berguna dalam mengatasi wabah.

Masker masih terus digunakan dan dilepas sesuka hati. Menjadi tren baru kepura-puraan nasional. Menjadi fashion dan gaya hidup bersama saat ini.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang