Bertahan hidup dari gangguan kejiwaan tidaklah mudah. Contoh nyatanya, kamu bisa melihat diriku dan semua yang aku tulis. Mungkin kamu bosan dengan yang aku tulis dan berpikir, kenapa sih orang ini? Setiap hari kok nulisnya gitu mulu. Negatif mulu. Tak menyenangkan mulu. Dah ah, bikin tak nyaman. Unfollowed saja!
Ya, karena selama ini, tak banyak orang bisa menceritakan kehidupannya pada setiap harinya. Terlebih seseorang dengan gangguan kejiwaan. Banyak orang lebih memilih menutup aib-aib kesehariannya dan hanya menampilkan yang indah dan baik baik saja. Sehingga, dari permukaan, terlihat baik dan menyenangkan. Tapi dalam dunia keseharian yang sesungguhnya, tak seperti itu.
Banyak orang sakit dan hancur di dalam tapi terlihat bahagia dan bersenang-senang di luar. Aku hanya ingin menampilkan kehidupan manusia pada setiap harinya. Sehingga ilusi kebahagiaan yang tampak dari luar itu, semakin menjadi lebih nyata dan sesuai fakta.
Keseharianku, apa yang aku tulis, rasakan, pikirkan, dan alami. Bisa kamu jadikan cara memandang seseorang, yang mungkin memiliki masalah perilaku dan kejiwaaan, sehingga kamu bisa lebih dalam dan sabar dalam bersikap. Terlebih jika kamu memiliki kekasih yang rumit dan juga bermasalah kesehatan jiwanya. Atau dia dalam masa tak baik. Atau seorang sahabat, teman dekat, atau salah satu dari anggota keluarga yang tengah mengalami depresi dan masalah berat.
Kamu akan berpikir ulang mengenai dunia mereka. Karena apa? Karena selama ini kamu tak tahu perjuangan hidup orang itu pada setiap harinya. Selama ini yang kamu tahu, dia anak yang nakal, bermasalah, atau lagi dalam periode egois. Atau dia tidak pengertian, dan juga sangat mudah marah akhir-akhir ini. Atau malah yang kamu tahu, anak itu cantik, kaya, berprestasi, masuk perguruan tinggi negeri lagi, dan semua yang dibutuhkannya ada di sekitarnya.
Tapi kamu tak tahu bahwa setiap hari dia harus mati-matian belajar. Menghapal. Les. Ketakutan gagal. Ketakutan penampilannya yang mungkin buruk. Dituntut tinggi keluarga. Atau harus berjuang dengan masalah dirinya sendiri yang terlanjur tinggi dalam mengharapkan banyak hal.
Apa jadinya jika semua orang mencatat kesehariannya masing-masing? Yang ada adalah begitu banyak ulangan yang membosankan dan tak menyenangkan. Tak ubahnya anak sekolah yang harus mencatat keseharian di kelas atau pekerja kantor yang kehidupannya begitu membosankan sebenarnya. Hanya saja, banyak orang hanya tahu bahwa di instagram dan vblognya, dia terlihat menawan, mewah, bahagia, terkesan bersenang-senang, dan sangat ceria.
Terlihat ceria dan hidup menyenangkan tapi hanya dalam beberapa menit atau hari. Itulah kita yang ada di media sosial. Sisanya adalah perjuangan hidup yang tak ditampilkan di muka umum.
Untuk tampil menawan dan terkesan mewah, ada perjuangan menyakitkan dan melelahkan untuk menjaga tampilan publik seperti itu. Diet yang menyakitkan. Olahraga setiap hari. Menjaga pola makan. Merawat kulit. Membeli pakaian mahal. Membeli make up dan banyak lainnya. Belum lagi saat dia harus bekerja ekstra keras untuk tetap menjaga uang dan agar dirinya yang menawan itu terjaga.
Bekerja membanting tulang, dengan ditopang obat-obatan agar tetap bisa bekerja dan ditemani stress tinggi, hanya untuk gaji 5-15 juta perbulan. Hanya saja, orang-orang sekedar berkhayal, dan senang akan hal itu, melihat seseorang terlihat sukses, dan kehidupannya terjamin dan dikelilingi hal-hal mewah. Tapi, di belakangnya, kehidupan keseharian yang dijalani, ada perjuangan terus-menerus.
Lalu bayangkan, perjuangan macam apa yang dialami seseorang dengan gaji di bawah lima juta perbulan? Atau seseorang dari keluarga pas-pasan hanya saja, dikelilingi oleh teman sebaya dari kalangan elite?
Keseharian orang yang kejiwaannya normal saja begitu berat. Untuk bisa bertahan hidup dalam setiap harinya, mereka harus rela bekerja keras dalam pekerjaan wajar sampai menjual diri dalam pelacuran untuk mendapatkan kesan yang ingin ditampilkan.
Anak-anak remaja atau dewasa muda yang tengah ingin masuk universitas negeri, pastilah tahu, betapa membosankannya dan memuakkannya perjuangan untuk diterima di salah satu perguruan negeri terbaik. Hanya saja, banyak orang tak mengerti perjuangan di balik semua itu dan hanya tahu bahwa dia di UGM, UNDIP, ITB, UI, dan lainnya. Orang hanya ingin tahu keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Bukan prosesnya.
Saat banyak orang normal saja menjalani kehidupan seperti itu. Penuh perjuangan dan dilema. Apa jadinya, dengan mereka yang memiliki gangguan kejiwaan? Itulah yang harusnya kamu pikirkan dan renungkan, saat suamimu tengah menghadapi masalah berat karena depresi, trauma, atau berjuang menghadapi gangguan kejiwaaannya. Atau juga kekasihmu, temanmu, sahabatmu, keluargamu, yang selama ini tak kamu pikirkan secara serius bahwa setiap harinya, dia mempertahankan dirinya dengan keadaannya yang semacam itu.
Banyak orang sakit. Luar biasa sakit. Hanya saja mereka tak menampilkan kesakitannya itu di depan banyak orang pada setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...