BIPOLAR DAN AUTOIMUN?

578 26 2
                                    

Coba bayangkanlah, seseorang yang mengidap gangguan kejiwaan yang rumit dan menyebalkan semacam bipolar ditambah dengan penyakit tubuh yang sama menyusahkannya seperti autoimun? Tidakkah keduanya akan menjadi perpaduan yang berbahaya? Ya, sangat berbahaya. Dan itulah yang terjadi padaku.

Penyakit autoimun tidak boleh sangat kelelahan. Tidak bisa terkena sinar matahari. Mudah sakit setiap harinya. Dari demam sampai flu atau keduanya bersamaan. Ditambah tidak boleh stress, depresi atau terlibat konflik emosional dan pikiran yang mendalam. Jelas saja ini bertentangan dengan bipolar yang emosinya yang naik turun dan gangguan intelektual yang susah menghentikan isi pikirannya sendiri. Yang terjadi adalah kontradiksi.

Bagaimana bisa sembuh jika satu dan lainnya berlawanan arah? Inilah masalah utama yang akhir-akhir ini aku pikirkan. Studi kasus yang aku ambil dari diriku sendiri. Dan orang lain bisa juga memikirkannya. Terlebih jika seseorang itu psikiter atau psikolog serius.

Pertanyaan penting dalam dunia klinis yang sedang aku amati adalah, apakah penderita bipolar dengan tambahan penyakit fisik yang akut atau parah, kondisinya akan semakin susah disembuhkan? Semisal pengidap skizofrenia yang juga menderita paru-paru? Atau penderita depresi berat yang juga terkena kanker? Pemilik fobia sosial yang juga punya riwayat leukimia, misalnya?

Ini akan menjadi bahasan yang menarik seputar dunia psikologi. Kaitan antara gangguan kejiwaan dan penyakit fisik. Seberapa kuatkan seseorang bisa mempertahankan dirinya sendiri, jika mengalami hal semacam itu? Semisal bipolar dan autoimun?

Kesehatan fisik sangat berarti besar bagi penderita gangguan jiwa mana pun. Dengan fisik yang sehat atau cukup sehat dan bisa dibilang normal. Tekanan dari kejiwaannya yang abnormal akan terangkat lebih banyak dari pada seseorang yang menderita gangguan kejiwaan sekaligus penyakit fisik yang berat atau parah.

Dengan fisik yang sehat, seseorang bisa memulihkan ketegangan mental atau jiwanya dengan berpergian, seperti naik gunung, berkemah, berpetualang, mengembara, atau.melakukan banyak hal yang berkaitan dengan fisik. Dan itu, luar biasa banyak membantu.

Bahkan untuk bisa menikmati dan menghibur diri di dalam konser musik, teater, pagelaran budaya, galeri seni, mayoritas olahraga jenis apa pun, dan hanya sekedar berjalan kaki di lingkungan perkotaan saja. Seseorang harus setidaknya memiliki tubuh yang sehat atau masih bisa digerakkan dan tidak sakit setelah melakukan kegiatan yang menyangkut fisik itu. Ini juga berurusan dengan masalah ekonomi, yaitu pencarian pekerjaan dan lain sebagainya. Tubuh yang sehat membantu kesehatan jiwa menjadi lebih baik. Karena seseorang masih bisa melakukan banyak hal untuk menyeimbangkan kejiwaaanya yang lebih dari orang-orang normal pada umumnya. Tapi apa jadinya, jika penyeimbang yang bernama tubuh, juga sakit? Atau sangat sakit?

Maka, tekanan emosi, kejiwaan, atau mental, akan berkali-kali lipat. Itu akan menjadi siksaan tiada henti dari berbagai macam sisi. Kehidupan menjadi lebih tak tertanggungkan.

Semisal seorang yang mengalami trauma yang dalam, juga terkena penyakit kanker payudara atau rahim. Trauma sendiri yang berisi kesedihan, rasa takut, kemarahan, dan ketidakadekuatan ditindih dengan tekanan mengerikan seperti kanker yang juga menghasilkan banyak perasaan negatif seperti rasa sakit, keputusasaan, depresi, kemurungan, dan perasaan ingin menyerah. Seseorang bisa tinggal membayangkannya dan memadukannya sendiri, semisal, penderita panik yang juga memiliki kasus asma akut. Atau, hiperaktif ditambah dengan penyakit jantung.

Seseorang bisa membayangkan anak yang hiperaktif dengan penyakit jantung yang dimilikinya. Tidakkah itu perpaduan yang begitu mengerikan?

Sementara diriku, paduan antara bipolar dan autoimun. Jadi, tak perlu jauh-jauh untuk melihat studi kasus atau masalah yang berkaitan dengan ini. Cukup melihatku, seseorang akan tahu bagaimana menghadapi kehidupan dalam dunia semacam ini.
Hal yang paling terpenting adalah apakah aku harus menyerahkan kebebasan intelektualku? Dan yang lainnya, apakah aku bisa bertahan, dalam waktu yang cukup lama dalam segala keterbatasan dari finasial sampai sokongan emosial yang berjangka panjang dan cukup stabil?

Seseorang yang mengalami apa yang aku alami, bisa mempertanyakan hal-hal semacam itu juga. Melakukan ekstrapolasi atau semacam prediksi akan diri sendiri di masa depan dengan segala pertimbangan yang sudah ada.

Hanya dengan bipolar saja, seharusnya seseorang sudah menyerah terhadap dirinya. Terlebih jika tidak banyak sokongan dan bantuan yang menyertainya. Ditambah autoimun, apa yang bisa seseorang bayangkan?

Autoimun adalah penyakit yang rumit atau ribet. Sama ribetnya dengan bipolar. Terlebih jika itu lupus, yang juga dikenal sebagai penyakit seribu wajah karena gejalanya menyerupai banyak penyakit lainnya sehingga diagnosanya dan proses cek kesehatan akan berbelit dan lama.

Mempertahankan diri dari sakit terus-menerus setiap hari, juga sangat menyebalkan. Apa yang bisa kamu lakukan saat setiap hari demam, flu, ditambah sakit punggung yang luar biasa? Apa yang bisa dilakukan seseorang dengan hal semacam itu?

Saat setiap hari adalah sakit. Apakah dunia ini masih bisa dianggap menyenangkan? Apakah kehidupan masih bisa dianggap menghibur? Apakah meneruskan kehidupan adalah hal yang patut disyukuri?

Susah untuk bisa berbicara hal semacam itu. Walau aku sendiri masih bisa menikmati banyak hal. Hanya saja, perasaan itu akan semakin menghilang jika tubuh semakin sakit dan sakit. Karena proses tidur sendiri menjadi sangat tak menyenangkan.

Menghadapi penyakit fisik, kondisi kesehatan jiwa tentunya terpengaruh banyak. Semisal tak bisa lagi berjalan di bawah sinar matahari, padahal berjalan ke banyak tempat pastilah harus menghadapi sinar matahari. Tak bisa lagi mengelilingi kota dengan berjalan kaki. Lalu, tidak bisa lagi bersepeda lama. Dan sialnya, bayangkan jika kamu selain tidak diperbolehkan terkena sinar matahari juga tidak diperbolehkan terkena angin malam. Karena angin malam hari membuat flu semakin parah atau membuat perut menjadi masuk angin dengan sangat mudah.

Apa yang akan dirasakan seseorang saat sudah tak bisa lagi menikmati siang dan malam hari? Yang terjadi adalah dunia yang seperti kurungan.

Diperparah lagi dengan salah satu gangguan kejiwaan. Apa yang terjadi? Maka, inilah yang akan kamu dapatkan. Duniaku. Antara keinginan menyerah atau bertahan.

Bisa dibilang, seluruh tulisan Wattpad ini ditulis oleh orang yang sakit ganda. Yang sejujurnya nyaris sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi. Sehingga, kadang dia berharap, dia bisa melihat banyak orang yang lebih sehat jauh lebih baik dari dirinya. Entah dalam berpikir, menulis, atau menghasilkan sesuatu.

Saat orang sakit saja bisa sampai sejauh ini. Tidakkah orang sehat dan segar bugar, bisa melakukan hal yang lebih?

Akhir-akhir ini aku tengah memikirkan kaitan antara bipolar dan autoimun. Dan kesimpulan yang paling menyebalkan adalah, kelak, aku harus ketergantungan dengan obat untuk meredakan dan mengurangi sakit tubuhku. Padahal, dulu, aku sangat tak menyukai obat. Tapi tanpa obat, aku bahkan tak akan bisa menikmati dunia di luar sana.

Untuk saat ini, aku masih bisa menikmati dunia seni dan lainnya. Dalam waktu yang terbatas. Dan kian hari, waktu itu semakin berkurang.

Hmm, ternyata rumit juga hidupku ya?

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang