Banyak perempuan tertarik dengan laki-laki yang lebih tua darinya. Bahkan jika jarak usia itu begitu jauhnya.
Ada banyak alasan yang melatar belakangi kenapa sebagian perempuan lebih menyukai laki-laki yang usia lebih tua darinya. Atau bahkan jauh lebih tua usianya.
Beberapa perempuan ingin partner hidup atau pasangan kekasih yang memiliki pola pikir yang dewasa, lebih maju dan jauh lebih berwawasan dari dirinya. Juga, yang lainnya menginginkan sosok yang lebih pengertian, lebih sabar, dan mau untuk menerima kekurangan-kekurangan dirinya.
Sebagian lain, ingin pasangan yang lebih mapan tidak hanya secara emosional tapi juga keuangan. Selain itu, juga bisa dijadikan teman atau kolega dalam berpikir, berbisnis, dan melakukan banyak hal yang lebih terbuka.
Alasan lainnya yang juga kuat, laki-laki yang lebih tua, mungkin identik dengan kedewasaan yang matang, sudah sadar dengan tanggung jawab, tidak mudah marah, bisa mengendalikan diri dan emosi, serta yang paling penting, perempuan merasa damai dan aman bersamanya.
Walau tidak semua laki-laki yang lebih tua seperti itu.
Ada alasan lainnya yang terlalu susah dikritik dan dikomentari, yaitu, kalau sudah terlanjur cinta dan sayang, mau bagaimana lagi?
Usia yang setara, atau sama-sama remaja atau dewasa muda, banyak laki-laki cenderung sangat egois, mudah marah, terlalu banyak menuntut, dan susah untuk bisa berpikir dewasa dan menerima banyak perbedaaan pandangan.
Bagi beberapa tipe perempuan yang pola pikirnya maju, dan usia mentalnya terlalu jauh ke depan. Berpacaran dengan laki-laki yang usianya sama atau tak terlalu jauh, seringkali malah menyakitkan. Bisa saling cekcok dengan mudah. Juga, kurang memuaskan kecuali laki-laki yang sama usianya tapi memiliki karakteristik yang jauh lebih dewasa, berwawasan, dan mentalnya sangat kuat.
Pada usia remaja, apalagi baru memasuki masa perkuliahan. Banyak laki-laki cenderung egois dan emosinya masih mudah goyah. Terlebih, banyak laki-laki Indonesia kebanyakan menganut pola pikir bahwa laki-laki itu lebih baik dari pada perempuan. Perempuan harus menurut dan mengikuti apa saja yang dinginkannya. Jadi, banyak laki-laki yang susah untuk disalahkan dan ingin selalu benar.
Jika pihak laki-laki masih berpola sempit, tidak dewasa secara emosional, mudah marah, pendendam, dan sangat gampangnya menggunakan tangannya untuk memukul pasangannya. Maka, hubungan kekasih atau pasangan suami istri, hanya akan bertahan indah saat kondisi kehidupan keduanya selalu tenang.
Saat kondisi baik-baik saja, mungkin laki-laki itu bisa menjadi laki-laki yang paling dicintai dan diidamkannya. Tapi saat krisis terjadi, kecenderungan egoisnya, temperamen kasarnya, ketidaksabarannya, dan ketidakpeduliannya akan muncul. Lebih mudah marah, meledak, dan berpikiran pendek.
Pasangan yang cocok untuk laki-laki idaman tapi saat krisis atau situasi buruk temperamennya juga sangatlah jauh lebih buruk adalah para perempuan yang memiliki kesabaran tingkat tinggi dan mental yang lebih kuat.
Tipe perempuan yang lebih dewasa dari pada pasangan laki-lakinya dan mau untuk memberikan kasih sayangnya dalam situasi senang maupun sulit. Sehingga perlahan-lahan, kekasihnya akan sedikit berubah menjadi lebih dewasa.
Jika tidak, keadaan akan menjadi semakin buruk.
Misalnya sudah terlanjur mencintai seseorang yang secara kejiwaan rusak, mudah marah, super egois, kasar, dan juga tak segan-segan melukai. Jika dirinya sendiri juga memiliki kejiwaan yang buruk, egois, manja, dan selalu menuntut. Maka, yang terjadi adalah bencana.
Jika krisis tengah terjadi, maka satu dan lainnya tak bisa dijadikan sandaran. Malah memarahi, tak mau mendengarkan, mengata-ngatai, dan tak peduli. Bahkan tidak percaya mengenai penjelasan sang kekasih.
Jika dua-dua mengalami masa krisis yang berbarengan. Maka, akan selalu ribut dan mudah meledak marah antara satu dan lainnya. Kehidupan menjadi tak tenang. Ingin selalu putus. Saling tak mau menerima yang lainnya. Bahkan kedua-kedua bisa saling mengancam untuk bunuh diri.
Jika kamu salah satu yang yang berada dalam hubungan semacam itu. Terlebih dengan kasih yang usianya setara atau tak jauh beda denganmu. Maka, lebih baik jangan pernah bermimpi untuk menikahinya. Jika pacaran dalam kurun enam bulan sampai dua tahun saja diiringi dengan ketidaktentuan, selalu ribut, saling mengancam mati, selalu minta putus, dan sama-sama egois. Maka, apa yang terjadi saat menikah nantinya?
Pernikahan dengan dua orang semacam itu, akan menjadi pernikahan yang menyakitkan dan buruk. Cinta dan rasa nyamannya akan berbarengan dengan periode-periode yang mengerikan dan bahkan bisa saja, pernikahan malah tak jauh lebih berbeda dari periode pacaran itu sendiri.
Status pernikahan yang dianggap akan lebih dewasa, sabar, penyayang, dan tak lagi mudah marah. Ternyata tak banyak berarti.
Bayangkan, hidup bersama selama 50 tahun ke depan dengan diisi saling ribut, saling merasa benar sendiri, saling tak mau mengalah dan saling mengancam?
Kualitas pacaran sangatlah penting. Itu menunjukkan kelak kemungkinan besar akan seperti itulah saat status menikah terjadi. Walau tak selalu. Hanya saja, saat berpacaran saja nyaris jarang ada masalah, damai, hanya ribut kecil yang tak seberapa, dan bisa saling melengkapi dan saling pengertian. Maka, kemungkinan besar status pernikahan akan lebih baik. Kecuali dihancurkan oleh situasi-situasi tak terduga seperti kecelakaan, kematian mendadak, dan lainnya.
Sebagian besar perempuan lebih menyukai laki-laki dewasa dan jauh lebih tua, beberapa alasannya semacam itu. Bisa berpacaran dengan lancar, damai, saling membutuhkan dan menguatkan itu sangatlah jarang. Biasanya kalau tidak laki-lakinya yang terlalu banyak menuntut. Pihak perempuannya yang banyak menuntut dan tak sadar diri. Sehingga ketidakpuasan mudah merebak dan cekcok bisa berujung pada perpecahan lebih cepat.
Saling menerima kekurangan pasangan dan bisa menyelesaikan permasalahan bersama dengan jalur damai adalah impian banyak perempuan.
Jika pasangan kekasih kesulitan untuk bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik dan tanpa insiden serius. Maka, akan susah untuk bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya kecuali dipaksakan.
Karena dua orang tuanya tak selesai dan secara kejiwaan sama-sama buruk. Penderitaan dan masalah kelak akan jatuh di anak-anak mereka.
Anak-anak akan mendapatkan masalah secara kejiwaan atau lainnya, disebabkan oleh kedua orang tua yang secara psikologis tak siap dan tak selesai tapi memaksakan diri untuk menikah dan memiliki anak.
Tak semua laki-laki yang usianya lebih tua itu baik. Ada yang sangat buruk dan lebih buruk lagi. Sedangkan mereka yang usianya tak jauh beda, bisa lebih pengertian dan sabar. Lebih memahami dan mendamaikan. Ada yang semacam itu. Contohnya bisa kamu lihat sendiri di sekitarmu atau di dirimu sendiri.
Laki-laki lebih tua jauh lebih menarik, mungkin karena lebih tampan, lebih sukses, dan lebih seksi. Itu juga bisa jadi alasan-alasan lainnya. Tapi setidaknya, anggapan umum dan apa yang sebagain dirasakan oleh para perempuan, laki-laki yang lebih tua biasanya lebih bisa membuatnya damai dan aman.
Bisa mencintainya jauh lebih baik dari pada mereka yang usianya tak jauh beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...