Aku sangat menyukai membaca buku di ruang publik. Seperti halnya saat ini. Aku membaca Hieronymus Bosch dengan perasaan yang melimpah ruah. Bersama beberapa buku lainnya yang tergeletak di atas meja kayu. Aku menikmati diriku sendiri. Mencoba untuk sedikit menikmati dan merasakan jeda dari kebebasan terakhir yang entah masih ada atau tidak.
Dan, tak ada pembaca buku di cafe ini selain hanya diriku sendiri. Hah, aku mungkin pembaca buku terakhir di ruang publik yang juga mencari gagasan-gagasan. Beberapa orang yang aku kenal juga sangat suka membaca di ruang publik. Walau jumlah mereka tak seberapa. Setidaknya, mereka melakukan hal yang hampir punah di negara ini. Menikmati membaca di berbagai tempat umum. Karena hari ini, membaca di ruang publik adalah aib. Sedikit orang yang bisa melakukannya. Bagiku sendiri, membaca di ruang dan tempat publik sangatlah berdekatan dengan kebebasan intelektual itu sendiri. Sebuah mentalitas, yang mencerminkan karakter seseorang akan kepercayaan diri dan berani dalam menunjukkan sebagian isi pikirannya.
Buku yang dipegang dan dibaca, menunjukkan kesukaan, kepribadian, dan luas wawasan orang tersebut. Saat membawa buku dan membacanya di ruang publik dengan banyak orang di dalamnya. Itu sama saja tengah menunjukkan apa yang disukai dan dipikirkan. Dan, tak banyak orang berani melakukannya.
Aku sudah melihat dunia itu, yang aku catat dalam buku setebal hampir 700 halaman milikku: Mengembara Di Tanah Asing. Buku perjalanan kasarku itu menunjukkan betapa sedikitnya pembaca buku di ruang publik hari ini. Dan di kota ini, melihat pembaca buku di tempat semacam ini juga sama langkanya.
Aku membuka-buka buku Hieronymus Bosch milik Stefan Fischer. Sejak halaman pertama, aku sudah disuguhi oleh pemandangan indah nan mencekam. Buku-buku milik Taschen memang sangat indah. Itulah sebabnya aku sangat ingin memiliki buku-buku keluaran penerbit itu. Dan buku milik Stefan Fischer ini, mengingatkanku dengan buku Michelangelo karya Frank Zollner. Benar-benar buku yang mengagumkan. Membuatku ingin membeli lagi satu versi lainnya yang agak lebar dan satu lagi, untuk aku simpan karena begitu langkanya buku yang aku pegang ini. Karena aku baru mendapatkannya setelah lebih dari dua tahun mencari. Sedangkan menunggu sampai di kamarku saja, membutuhkan kesabaran hampir dua bulan lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...