Sebagian besar orang sebenarnya sudah sangat tak menikmati pekerjaannya. Hanya saja, pekerjaannya hari ini adalah sumber keuangannya yang terbesar dan utama. Bahkan seandainya malas, bosan, sakit, hingga mau mati, pekerjaan harus tetap dipertahankan. Sekuat tenaga. Karena pekerjaan itu menentukan mati hidupnya seseorang.
Berapa banyak orang yang sebenarnya tak tertarik dengan pekerjaannya sendiri? Atau pada awalnya nyaman dan menyukainya tapi lama kelamaan membosaankan dan tak menarik. Sebagiannya besar malah merasa terkurung, terkunci dan nyaris tak bisa kabur darinya.
Pekerjaan nyaris mengunci seseorang, nyaris seumur hidup. Demi yang namanya kebahagiaan, kemapanan, status, dan keluarga.
Bahkan, demi keluarga, seseorang bisa bekerja tanpa kenal waktu nyaris setiap harinya. Seolah-olah seluruh hidupnya di dunia ini ada hanya untuk bekerja.
Bekerja itu penting. Karena begitu pentingnya, sampai membuat seseorang menjadi begitu jinak dalam kebosanan dan perasaan marahnya.
Ketakutan kehilangan pekerjaan menjadi momok terbesar manusia modern dari pada kehilangan Tuhan atau salah satu anggota keluarga. Tanpa pekerjaan, seseorang akan lebih tidak bisa hidup kecuali menjadi parasit keluarga dan beban bagi beberapa orang tertentu.
Seburuk apa pun sebuah pekerjaan. Demi hidup, sebagai alasan yang sudah klise, seseorang harus bertahan dalam pekerjaannya yang tak menyenangkan. Bahkan seandainya atasannya mencoba menodai dirinya, memperkosanya, atau bahkan memperoloknya. Dia akan tetap coba mempertahankan pekerjaan itu. Ya, semua demi hidup.
Beberapa orang bahkan bertahan dari pekerjaan kecil yang tak seberapa dengan beban yang menggunung. Yang lain lagi harus bertahan dari pekerjaannya yang bisa membuat dirinya mati kapan pun saat bertugas. Yang lain rela kepanasan, kelelahan, dan menunggu layaknya patung toko cat hanya untuk mencari pelanggan dan melihat dengan tatapan kosong para pembeli yang tak ada.
Beberapa orang rela menjual dirinya sendiri dan menganggap seks adalah pekerjaan. Dan bertahan di situ, sampai menua. Walau seandainya dirinya sudah kaya dan bisa keluar. Tapi seks adalah pekerjaan dan sumber utama keuangan. Jadi harus dipertahankan. Walau diperlakukan tak sopan oleh pelanggan. Dijadikan layaknya budak seks. Atau bahkan seandainya dirinya hiperseks dan menikmati seks gratis dan dibayar oleh orang-orang. Pasti ada waktu tertentu, dirinya bagaikan tak dianggap manusia dan sekedar barang yang digunakan sekali saja.
Ini juga berlaku kepada para pekerja pabrik sampai pegawai kantor yang setiap hari hanya duduk di kursinya. Setiap hari. Walau mendapatkan gaji tinggi hanya dengan duduk nyaman dan tugas yang tak seberapa. Tapi setiap hari nyaris hanya semacam itu saja kesehariannya. Beberapa orang mungkin nyaman dan merasa bahagia bisa mendapatkan pekerjaan semacam itu. Tapi beberapa orang lainnya, jelas tidak. Sebanyak apa pun gajinya. Hidup hanya semacam itu rasanya mengerikan. Hanya saja, walau dirinya tahu itu. Ia masih tetap bertahan dan mencoba untuk tidak berteriak gila karena sumber uang dan kemapanannya ada di situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...