JANGAN TERLALU MENGIGAUKAN LAKI-LAKINYA ORANG LAIN

401 17 13
                                    

Berapa banyak orang, terlebih perempuan, yang terlalu berkhayal bahwa ia memiliki suami seorang artis terkenal dan laki-laki tampan yang telah lama menjadi idolanya sehingga sering berkata, "Dia itu tuh suamiku tahu!" "Weh, cowokku datang nih!" Atau, "Wih, pacarku keren."

Kebanyakan dari tipe orang ini, biasanya adalah jomblo akut atau tak pernah memiliki pasangan sama sekali. Sebagian besarnya malah gagal mendapatkan pasangan yang diinginkan. Maka jalan satu-satunya adalah berkhayal dan berdelusi. Seperti kebanyakan perempuan hari ini. Mengkhayalkan sosok sempurna yang sangat dinginkan. Yang sangat tampan. Kaya. Menggairahkan. Sesuai yang diidealkan. Tapi pada kenyataannya, ia sendiri tak pernah mampu mendapatkannya. Karena alasan inilah, berdelusi secara sadar atau mengkhayalkan pacar milik orang lain sebagai pacar sendiri, adalah cara terbaik untuk menggantikan kenyataan yang tak sesuai.

Selain para jomblo akut dan para single yang terlalu membanggakan diri kesendiriannya dan sesumbar bahwa single adalah pilihan. Padahal di hati paling dalam ingin memiliki seseorang layaknya laki-laki tampan di layar kaca. Ketidakmampuan single terselubung dalam dunia nyata, diarahkan ke dunia khayalan sempurna.

Hanya saja, terlalu lama mengkhayalkan laki-laki sempurna layaknya artis ternama Indonesia atau Korea, membawa para perempuan ini mengalami masalah serius; pertama, ia memilih untuk tetap single karena laki-laki impiannya tak kunjung datang dan akhirnya memilih mengangkat diri sebagai istri khayalan dari idola yang ia sukai. Kedua, mendapatkan pasangan yang tak sesuai ideal artis ternama sehingga saat memiliki pacar, ia masih selalu mengidolakan para superstar dan boy band tampan mana pun dan mengangkat diri sebagai kekasih khayalan mereka. Dalam artian banyaknya, pacar dunia nyatanya tak mencukupi tapi ya mau bagaimana lagi, kan kenyataan tak sesuai impian kaum pengkhayal ajaib.

Banyak yang menganggap diri bahwa menganggap pacar orang lain, para artis, sebagai pacar milik sendiri sebagai sekedar hiburan menandakan kondisi psikologis penting yang menakutkan. Tidakkah ini gerbang untuk para pelakor beraksi? Dengan langkah awal yaitu merasa memiliki seseorang yang bukan miliknya dan sudah dimiliki orang lain? Walau itu artis dan telah menjadi konsumsi publik. Tapi menganggap diri sebagai kekasih atau suami seseorang yang bukan dimilikinya di dunia nyata, apalagi sudah memiliki kekasih atau istri, adalah tindak pencurian yang dilakukan secara virtual dan pikiran. Juga hati.

Jika ini adalah kebiasaan dan suatu yang sudah umum. Maka kelak, seseorang bisa mengagumi dan menganggap laki-laki mana pun yang ia sukai dan cintai sebagai miliknya sendiri walau itu sudah dimiliki orang lain. Bisa saja, setelah dari khayalan akan artis yang tak terkenal dan tak mampu dijangkau. Khayalan ini akan menjadi lebih membumi dan dekat. Seperti rekan sekantor yang sudah memiliki istri. Bos sendiri yang sudah memiliki anak. Supir pribadi. Sampai pada penulis, teman sekelas, dan bahkan guru sendiri yang sudah berkeluarga.

Dari hal yang seolah dianggap wajar dan sepele karena banyak orang juga melakukannya. Berujung pada kebutuhan yang mendesak dan bisa siapa saja.

Situasi yang belum mendesak, membuat seseorang bisa mengkhayalkan menjadi istri orang lain yang dipujanya. Tanpa harus perlu memilikinya di dunia nyata. Tapi saat kelak hidup semakin sulit, mencari pasangan kian susah, mendapatkan sosok yang mengerti kian langka. Maka, tiba-tiba mendapatkan laki-laki yang sudah beristri di depan mata dan begitu perhatian dan baik. Maka, keinginan untuk memiliki secara nyata menjadi keharusan dan jauh lebih menggebu.

Saat para perempuan hari ini sudah pandai mengkhayalkan diri menjadi milik orang lain yang sudah beristri. Maka, kelak, jika ia gagal dalam dunia nyata dan sulit menemukan sosok yang sangat dinginkan. Maka sekali saja ia mendapatkannya, walau itu sudah beristri, ia bisa jadi tak akan peduli dengan hal semacam itu. Asal ia bisa memiliki laki-laki itu.

Sejak dini sudah pandai mengkhayalkan diri sebagai istri dari orang lain. Kelak, saat kian dewasa dan tahu apa itu sulitnya hidup dan mencari pasangan. Pelatihannya dalam pencurian status milik, kelak akan berguna. Bisa jadi akan dianggap sebagai pelakor. Atau juga, bisa menjadi istri kedua atau keempat dengan suka rela.

Banyak perempuan hari ini pandai mengkhayalkan semacam itu karena ia tidak pandai menarik laki-laki di dunia nyata. Alasannya bisa banyak.

Bisa jadi ia perempuan yang tak percaya diri. Jelek. Buruk rupa. Gendut. Cantik tapi memiliki kepribadian yang susah. Sosok yang ribet dan banyak keinginan. Atau tipe para perempuan yang tak pernah puas dengan pasangannya. Banyak juga perempuan cantik, kaya, ideal, dan bak tuan putri tapi kepribadiannya dan keinginannya menakutkan laki-laki mana pun yang waras.

Banyak dari mereka yang tak memiliki kepercayaan diri dengan tubuh dan penampilan mereka, juga sering terjerumus pada khayalan celaka, seperti mengagumi para idol tampan dan memesona dan menganggap diri sebagai kekasih atau istri mereka. Karena di dunia nyata mereka kesusahan mencari laki-laki yang sesuai selera khayalan mereka karena tubuh dan penampilan mereka tak menarik atau dianggap jelek. Maka cara terbaik adalah lari dari kenyataan dan mengkhayal.

Banyak dari mereka juga tak pernah sama sekali berpacaran atau bahkan jarang bersentuhan dengan laki-laki. Di dunia nyata mereka adalah sosok yang kurang gaul atau susah berdekatan dengan para laki-laki. Tapi di dunia khayalan, para perempuan itu bisa menjadi sangat liar.

Hal yang paling menyakitkan adalah khayalan masa kecil dan remaja mereka yang menginginkan laki-laki sempurna akhirnya tak kunjung datang. Saat usia kian bertambah, kenyataan bertambah buruk. Laki-laki yang bisa disentuhnya hanya laki-laki kualitas rendah dari apa yang selama ini mereka inginkan dan sangat harapkan.

Bagi perempuan yang akhirnya mendapatkan laki-laki yang seusai keinginannya, dalam artian cukup sebagai pengganti dari laki-laki khayalan masa kecil dan remajanya. Maka, ia akan bisa hidup dengan nyaman dan memiliki kisah cinta yang mengesankan. Jika tidak, dan ini yang terbanyak, akan terjatuh dalam kondisi ketidakpuasan atau gagal memiliki pasangan. Karena seleranya terlalu tinggi. Sedangkan kenyataan tidaklah sesuai.

Hal yang mengancam kebahagiaan para perempuan modern hari ini adalah bahwa mereka sejak awal sudah terjebak oleh penilaian akan seperti apa laki-laki itu. Laki-laki yang menjadi nilai sempurna dan harapan dari para anak sekolah dan remaja hari ini kebanyakan adalah laki-laki yang tak bisa mereka jangkau di dunia nyata. Karena harapan dan sistem nilai ini sudah dipupuk sejak dini, sejak sebelum sekolah sampai remaja dan bahkan kuliah. Maka, secara tak sadar, hal-hal itu sudah menjadi sistem penilaian dan standar nilai untuk melihat dan memberi poin bagi para laki-laki yang dilihat dan diinginkannya.

Berawal dari kesukaan di masa kecil. Berubah menjadi nilai dan harapan kokoh dan ketat. Yang biasanya, banyak sekali yang tak bisa menggapainya dan berujung ketidakpuasan hidup.

Untuk bisa menghapus penilaian yang sudah terlanjur kokoh dan menetap dalam menilai laki-laki, itu tidaklah mudah. Karena sudah terbiasa bahwa laki-laki yang dinginkan haruslah tampan dan kaya. Maka, saat memasuki perkuliahan dan bahkan sudah mulai bekerja. Di otak miliknya, dan hatinya, sudah terpaku dengan sistem nilai yang kokoh dan sulit diubah. Bahwa nantinya yang harus menjadi pasangannya setidaknya tak jauh beda dengan standar ketampanan dan kemapanan orang-orang yang dulu diidolakannya.

Sebagian besar perempuan bisa keluar dari jaringan psikologis yang mematikan ini dengan benar-benar mendapatkan pasangan yang sesuai. Atau menyadari diri sendiri dan menerima kenyataan.

Sayangnya, sebagian perempuan sudah terlanjur masuk ke dalam delusi atau khayalan yang telah menemaninya selama bertahun-tahun akan seperti apakah sosok laki-laki yang menemaninya. Sehingga, hal semacam itu bisa berubah menjadi penyakit psikologis serius dan menjadi beban yang besar suatu saat nanti. Berujung ketidakpuasan dan merasa tak mampu mendapatkan laki-laki yang sesuai standar masa remajanya.

Terlebih bagi mereka yang sudah terbiasa dengan menganggap milik orang lain sebagai miliknya sendiri. Maka, suatu saat nanti, ada beberapa di antara mereka juga akan terbiasa melakukan itu di dunia nyata. Karena sejak kecil mereka sudah berlatih dan mengkhayalkan seseorang yang bukan miliknya menjadi miliknya. Jadi jangan heran, jika hari ini, perceraian dan mengambil suami milik orang lain sudah wajar dan lumrah. Karena apa?

Karena, jutaan perempuan hari ini, sejak masih kecil, sudah belajar dan siap dengan semua itu. Training dalam khayalan selama bertahun-tahun dari jutaan perempuan telah membuat dunia menjadi seperti apa yang kita kenal hari ini. Yang bisa dengan mudah kita jumpai di berita, media sosial, dan banyak lainnya.

Menginginkan kekasih dan suami milik orang lain adalah training khayalan yang paling populer, yang melahirkan generasi pengambil suami orang lain dengan begitu besarnya. Siapa tahu bukan?

PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang