Banyak hubungan berakhir tanpa pertemuan sama sekali di dunia nyata. Bahkan ada yang bahkan tak ingin bertemu atau memang sengaja memilih tak melakukannya. Walau seharusnya bisa.
Banyak alasan yang diberikan. Tapi tidak memilih bertemu saat seharusnya bisa dan begitu mudahnya menemui seseorang. Seseorang harus berpikir ulang, apakah dirinya memang benar-benar dibutuhkan di dunia nyata.
Beberapa orang mungkin nyaman dengan itu. Tapi untukku, atau sebagian besar orang lainnya, mungkin akan berkata tidak.
Banyak orang merasa ketakutan untuk melakukan pertemuan dengan orang yang dicintai sampai akhirnya hubungan mereka terputus karena beberapa hal. Dan keputusan untuk tak bertemu itu sendiri adalah kenyataan bahwa dia memang menjaga diri, jarak, atau apa pun, membangun sebuah benteng untuk sebuah ikatan yang seharusnya bisa lebih dalam lagi.
Bahkan jika salah satu pasangannya meminta untuk bertemu. Pihak satunya akan berkata tidak. Seolah, ada jarak luar angkasa dalam dunia nyata mereka berdua.
Ada beberapa orang yang memilih berhenti dan pergi, hanya untuk tahu apakah dia memang dibutuhkan di dunia nyata atau tidak. Salah satunya mungkin adalah diriku.
Di abad semacam ini, mungkin juga banyak orang yang melakukannya, mengalaminya, atau pasangannya seperti itu. Ketakutan akan sebuah ikatan yang terlalu dalam.
Seseorang harusnya bisa berkata, "Temui aku", atau "Aku ingin bertemu", dan banyak perkataan lainnya yang mengisyaratkan keinginan untuk melanjutkan sebuah hubungan ke dunia yang lebih nyata. Hanya saja, sebagian orang, entah laki-laki atau perempuan (walau biasanya perempuan) lebih memilih orang yang dicintainya pergi dari dunia maya sampai tak ada pertemuan sama sekali. Walau mereka tak menyadari hal itu. Tapi pilihannya sudah mengisyaratkan bahwa di dunia nyata, mereka tak ingin hubungan itu berlanjut.
Kadang, untuk apa masih tetap mencintai seseorang, secara diam-diam atau saat masih dalam hubungan, jika pada dasarnya tidak menginginkan pertemuan sama sekali. Mungkin, hanya sekedar penambal hidup. Atau, agar tidak gila lebih cepat. Atau yang lainnya.
Aku sendiri berpikir, saat seseorang yang mencintaiku atau yang aku cintai, bahkan tidak ingin menemuiku atau menginginkanku di dunia nyata. Sejujurnya itu sama saja hanya sebagian dari hidup. Sisi lainnya adalah kematian.
Harusnya pasangannya lebih baik bilang, "Mati saja, tak apa-apa. Toh kita tak pernah bertemu." Mungkin harusnya seperti itu.
Seseorang mungkin benar-benar akan marah atau memandam kemarahan atau kekecewaan itu dan bertanya, "Apa susahnya pertemuan itu?" Seingin apa pun seseorang, jika pasangannya atau orang yang dicintainya tak menginginkannya. Itu sama saja.
Pertemuan yang tak mungkin. Antara dua orang yang mengaku jatuh cinta. Kadang rasanya, seperti drama kuno yang diputar ulang dalam bentuknya yang paling ironis.
Mungkin, hari ini, seseorang sudah puas hanya bertemu di dunia maya saja. Jika seperti itu, kelak lebih baik kita berpacaran dengan virtual reality atau salah satu aplikasi yang bisa mengaku sebagai pasangan kita.
Mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI & PSIKOTERAPI 2
Non-Fictionpsikologi & psikoterapi buku kedua. karena buku pertama sudah penuh. maka perlu membuat buku selanjutnya. menceritakan psikologi dan psikoterapi dan apa yang harus dilakukan dalam keseharian yang penuh beban, dan apa yang memberati perasaan dan pik...