Dari pagi Singto tidak bisa kosentrasi dengan kegiatannya hari ini. Makanannya yang di bawakan Newpun tidak disentuhnya.
Dengan alasan kenyang tapi camilan yang dibuatkan Krist 'kripik kentang' tadi pagi sudah habis dari tadi, selalu bersungut ketika melirik camilannya sudah habis. Padahal Singto sendiri yang menghabiskannya.
Diliriknya handphone, diambil, lalu diletakkan lagi.
Dilirik lagi, diambil, lalu diletakkan lagi. Membuat New yang ada didekatnya kesal.
Namun New sedikit tersenyum melihat tingkah sahabatnya saat ini.
"Dia sudah banyak berubah."gumam New dalam hati.
"Ditinggal belum genap 1hari saja sudah begini. Apalagi harus menunggu Krist selama 4hari kepulangannya." tawa New yang dibalas Smirk Singto.
"Kalau mau telepon, ya ditelepon saja. Gitu kok susah."sindir New.
"Katanya Krist yang akan mengabariku kalau sudah sampai."sungut Singto.
"Itu berarti Krist masih dalam perjalanan. Lah kamu kan Suaminya, kalau mau telepon ya tinggal telepon aja."sindir New.
"Trus kalau ditanya kenapa, aku harus jawab apa?" dengan mimik muka datarnya yang membuat sahabatnya samakin kesal dan geleng-geleng kepala.
"Seorang Singto Prachaya menghadapi masalah pekerjaan sesulit apapun mampu di selesaikan secepatnya lah ini sama Krist malah membuat sahabatnya ini gak bisa mikir apa-apa."batin New.
"Ya bilang saja kau kangen sama Krist lalu minta Krist pulang."sindir New.
"Apa... yang ada Krist pulang-pulang dengan muka cemberut dan ngambek sama aku."Smirk Singto.
"Haahahhaha. Terserah kau sajalah." New lebih memilih pergi duduk di sofa membaca majalah yang menghadap ke kaca terlihat keindahan kota Bangkok.