Part113

803 31 0
                                    


Setelah kepergian Ayahnya. Singto terduduk di kursi dan menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Pho tidak tahu, Singto telah berubah Pho..."

"Singto mencintai Krist..."

"Tapi..."

"Krist tidak lagi mencintai Singto atau tidak pernah mencintai Singto selama ini."

"Singto tidak tahu Pho."

"Krist sampai saat ini ternyata mencintai 'pria itu'."

"Singto harus bagaimana Pho"

"Singto tahu dulu Singto yang salah, Singto banyak menyakiti Krist, Singto selalu pulang terlambat mungkin malah sering tidak pulang ke rumah, Singto sering pulang dalam keadaan mabuk, Singto sering bawa wanita pulang ke rumah."

"Si bodoh ini tahu diri juga."gumam New dalam hati.

"Terlambatkah untuk Singto Pho?"

"Terlambat."gumam kembali New dalam hati mendengar racuan Singto.

"Kenapa tidak Singto sadari dulu?Kenapa Singto baru merasakan perasaan ini?terlambatkah untuk Singto,Pho...?"Singto bergumam dalam tangisnya.

"Karena kau bodoh."gumam New dalam hati merasa kasihan pada sahabatnya.

Singto yang tidak menyadari sahabatnya ini telah mengelus punggungnya. Untuk menenangkan sahabatnya ini.

"Sing...pulanglah...dan bicarakan ini baik-baik dengan Krist. Aku yakin Krist masih mencintaimu. Karena kau adalah Suaminya. Kau adalah ayah dari anak yang dikandungnya saat ini
Tidakkah kau melihatnya?Pulanglah Sing.."New mencoba meyakinkan dan menasehati sahabatnya kini.

"Aku rasa itu bukan anakku."ucap Singto menoleh ke arah New.

Membuat New kembali memasang telinganya. Merasa dirinya tidak mendengar dengan baik.

"hah?apa tadi kau bilang?"

"Katakan sekali lagi."

"Itu bukan anakku."

New langsung terkejut.

Untuk 1detik New langsung keluar dari zona normalnya karena Singto. Lalu kembali berpikir jernih.

"Kau yakin?"

"Sudah pasti?"

"Ada bukti?"

New langsung mencerca semua pertanyaan itu.

Hanya di balas Singto dengan gelengkan kepalanya.

"PLAK!!!"

"Sakit. Kenapa kau memukulku."

"Coba kau pikir. Selama ini dari awal Krist bertemu dengan mu. Apakah kau bisa menilai dia sejauh itu."

"Bukankah Krist yang lebih banyak berkorban untukmu. Pikir itu"

"Bikin aku kesal saja."

"Kenapa kau kesal."

"Karena aku sahabatmu. Krist menjauhiku di saat aku juga bahagia bisa dekat dengannya. Karena Krist menutup dirinya dariku. Karena aku sahabatmu."

"Sekarang aku mengerti. Betapa kesepiannya dia."

Singto langsung tertohok hatinya.

.
.
.
.

Sore itu Singto sudah pulang, Krist merasa gembira karena Singto kembali pulang. Namun Singto masih terdiam.

"Ayo kita bicara malam ini."satu kalimat ini yang terdengar oleh Krist setelah kepulangan Singto.

Di saat Singto sedang mandi. Krist pergi ke ruang kerja Singto.

Melihat laci di meja kerja Singto yang terkunci. Krist merasakan kembali rasa sakit itu.

Mata Krist mulai berkaca-kaca

Malam menjelang

Krist terduduk di ruang tamu. Dihadapannya kini ada beberapa Map yang terletak diatas meja.

Menunggu kedatangan Singto yang sedari tadi hanya berdiam diri di kamar. Hingga terdengar derap langkah Singto.

Singto menghampiri Krist. Setelah Singto berada di hadapan Krist. Kedua bola mata Singto membelalak melihat Map yang ada dihadapannya kini. Berada di depannya kembali.

"Itu..."gumam Singto terkejut.

Krist Perawat is my wife [COMPLETED SEASON 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang