Drrt Drrt Drrt
Singto menelepon Namtan
"Hallo...Sing...ada apa?"tanya Namtan
"Sekarang kau bisa bernapas lega, Si Brengsek itu sudah menerima apa yang pantas dia terima. Kau tidak usah takut lagi."jelas Singto, terdengar pekikan di seberang...
"Fluke...?bagaimana? Dimana dia sekarang?Lalu masalahku dan masalahmu sudah selesai?"tanya Namtan
"Fluke sudah ku kirim ke kantor polisi. Masalahku sudah beres semenjak berkas itu ku ajukan gugatan ke polisi. Namun belum dengan kamu. Maka aku mencarinya. Sekalian membantu polisi lebih mudah menyelesaikannya untukku, untukmu dan juga kepolisian."jelas Singto
"Terima kasih Sing...aku berhutang banyak padamu."Namtan terisak, terdengar oleh Singto kini suara tangisan tanpa henti. Singto tidak memutuskan hubungan telephonenya. Hanya terdiam mendengarkan tangisan Namtan yang tanpa henti. Selang beberapa menit terdengar oleh Singto Namtan sudah berangsur-angsur membaik, dan kembali dalam kesadaranya.
"Sing...maaf...dan terima kasih."Namtan sedikit terdengar parau karena tangisannya.
"Besuk...apa kau akan kembali bekerja untukku?"tanya Singto
"Maaf Sing...aku akan pertimbangkan dulu. Untuk saat ini aku masih enjoy dengan pekerjaanku saat ini. Walau gajinya tidak sebesar gajimu. Tapi masih cukup untuk kehidupanku. Aku rasa aku masih butuh waktu dari suasana kantor."Namtan teringat cibiran teman-temannya disaat Fluke menyebarkan gosip perselingkuhan Dirinya dan Singto. Karena Namtan dan Singto berteman disaat dari mereka kecil dan Fluke adalah teman seremaja Singto sudah berteman sangat lama, disaat mereka masih kecil, masih masa anak-anak, walau sudah berjauhan namun masih menjalin hubungan dengan baik. Hingga masalah ini terjadi karena keserakahan Fluke...Namtan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oklah...Kau harus ingat... Aku akan menerimamu bila suatu saat nanti kau kembali. Karena Kau salah satu pegawaiku yang sangat 'Kompeten'. Itu lebih menguntungkanku...Ok..."bujuk Singto.
"Kau...membicarakan keuntunganmu padaku yang lagi galau.."
"Dasar nie si Boss...Kalau gak keuntungan perusahaan, istri dan anaknya...gak ada yang laen di hatinya..."sungut Namtan menepuk jidatnya yang di sambut gelak tawa Singto menggelegar.
"Tentu saja!!!Itu sudah pasti!!!"sargah Singto terus tertawa terbahak-bahak.