27. Whatever

1.9K 165 43
                                    

Sudah satu minggu berlalu sejak peristiwa di puncak saat itu. Tiga hari setelah menjalani perawatan di rumah sakit, Ify meminta Shilla untuk membawanya pulang saja. Dan sejak hari di mana Rio menemuinya malam itu, hingga kini mereka belum bertemu. Rio juga tidak menghubungi Ify sama sekali. Dan Ify berusaha untuk tidak peduli akan hal itu. Mungkin Rio sudah menyetujui keputusannya. Mungkin juga Rio sedang sibuk dengan anak dan mantan istrinya. Ah sudahlah! Memikirkan itu hanya akan membuat perasannya menjadi kacau lagi.

Meski merasa ada yang hilang, tapi Ify berusaha untuk tetap tenang. Berusaha membiasakan diri juga untuk hidup tanpa Rio. Karena Ify sudah bertekad untuk memulai lagi kehidupan barunya. Berpisah dengan Rio adalah hal yang benar-benar Ify teguhkan beberapa hari ini. Merubah mimpinya dan berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan untuk masa depannya kelak. Karena tidak mungkin Ify bergantung lagi pada Rio. Selain itu, Ify juga tidak mau menyusahkan Gabriel.

"Fy, serius nih lo gue tinggal?" Tanya Shilla dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Iya Shilla, lagian nanti sore kak Gab udah pulang kok. Lo tenang aja."

Shilla menghela pelan seraya menatap Ify nelangsa. 'Justru karena itu, ajak gue nginep kek semalem gitu. Lumayan bisa liat mas dimple,' batinnya.

"Ngapain lo senyum-senyum?" Tegur Ify menatap Shilla heran seraya mengambil alih koper kecilnya dari sopir Shilla. Lalu mengikat rambutnya yang mulai sedikit berantakan.

"Eh nggak, itu tiba-tiba aja keinget sama akang xiao nai."

Gerakan tangan Ify terhenti sesaat. Lalu berusaha tenang dan menormalkan perasaannya yang sungguh tidak jelas ini.

Menyadari jika dia salah bicara, Shilla langsung menatap Ify was-was. "Eh nggak-nggak. Gue tadi cuma kepikiran-" Otak Shilla mendadak blank. Dia tak bisa melanjutkan alibinya dan hanya menampilkan wajah merasa bersalah sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Kepikiran apa hayo?" Goda Ify tersenyum mengejek, berusaha mengalihkan topik yang tidak ingin di bahasnya.

"Hish lu mah." Dengus Shilla bersungut lalu menghela saat tahu bagaimana sorot mata Ify yang tampak menahan sakit meski kini berusaha menggodanya.

Gadis itu terkekeh. "Lagian nggak jelas banget lo. Takutnya kesambet apaan tiba-tiba nyengir tanpa sebab. Kan ngeri gue lihatnya," terang Ify seraya mengedikkan kedua bahu mungilnya.

Shilla mencebik tak terima. "Lebih nggak jelas mana sama lo, yang sepanjang nonton drama malah nangis. Padahal jelas-jelas itu drama dari awal sampai akhir  tuh manis parah."

Ify cemberut kesal. Shilla tersenyum puas karena bisa memancing emosi sahabatnya ini. Pasalnya sudah seminggu ini Ify menginap di rumahnya, Shilla sama sekali tidak melihat sosok gila dari sahabatnya ini. Ify yang kalem itu benar-benar membuat Ify ngeri. Serius!

"Lagian kalau masih sayang kenapa gak lo kasih kesempatan aja sih. Plus ya, Rio itu beda sama Xiao Nai! Ya meski cuek, cool plus kakunya agak sama. Tapi kalau Xiao Nai tuh lebih manis menurut gue." Jelas Shilla menggebu-gebu.

Jadi seperti itu ceritanya. Ify terlalu terbawa perasaan saat nonton drama karena melihat karakter utama pemeran cowoknya membuatnya teringat pada Rio. Dasar!

"Nah kalau Rio cueknya bikin darah ting-"

"Duh capek nih, aus juga, ngantuk mau tidur dulu aja ah. Bye Shilla, Muah!" Ify berlari sambil menyeret kopernya setelah mencium kilat pipi Shilla.

"CHAT GUE KALAU MAU MAKAN NTAR GUE PESENIN!" Teriak Shilla kemudian tersenyum saat melihat Ify berbalik seraya memberi tanda love dengan kedua tangannya ke atas kepala.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang