56. MARIO 2

980 123 182
                                    

Marvin tersenyum menyeringai melihat Wahyu yang kini sudah babak belur akibat pukulannya yang membabi buta. Keadaan gudang sudah bersih dari semua anak buah Wahyu yang terluka. Termasuk istri muda Wahyu. Mereka semua sudah di bawa ke kantor polisi. Dan sekarang, menyisakan, Marvin, Wahyu beserta para anak buah Obiet. Sebagai informasi, dulu sebenarnya Obiet adalah anak dari boss mafia yang berteman akrab dengan Marvin. Tapi kedua orang tua Obiet meninggal karena kecelakaan. Dan sejak saat itu, Marvin merawat Obiet seperti anaknya sendiri.

"Siram." Titah Marvin pelan menatap Wahyu yang sudah pingsan dengan wajahnya yang penuh dengan lebam.

BYUR

"HAAAAH HAAH!" Wahyu tersentak kaget hingga kesulitan bernafas ketika air itu menghantam wajahnya dengan keras hingga membuat lukanya semakin terasa nyeri.

"ARGH!" Wahyu mengerang kesakitan. "BANGSAT KAU MARVIN! ARGH!" Wahyu semakin merintih kesakitan ketika air itu mengenai luka tembak di bahu dan pahanya.

Marvin terkekeh lalu menekuk kedua kakinya agar jarak mereka tidak terlalu jauh. "Tenang Wahyu, ini belum seberapa." Marvin sedikit mendekatkan wajahnya dengan tatapannya yang menajam.

"Sabar." Sinisnya kemudian.

"Lagi!" Seru Marvin dan membuat semua anak buahnya langsung memukuli Wahyu.

BUGH

BUGH

BUGH

"Argh! Lihat aja Marvin aku akan balas! Argh"

BUGH

"KUBUNUH KAU! ARGH!"

BUGH

Dan semua teriakan Wahyu yang mengumpatinya itu sama sekali tak di dengar oleh Marvin. Pandangannya tetap menajam pada Wahyu yang kini berusaha menghindari pukulan meski itu tidak bisa. Marvin tengah menyalurkan semua kecemasannya mengenai keadaan Rio yang pasti sedang di operasi saat ini. Juga keadaan Marshell yang pasti sangat hancur melihat perempuan yang sangat di cintai tidak tertolong lagi. Marshell membawa tubuh Meisya yang sudah tidak bernyawa ke badan forensik untuk di lakukan autopsi. Marshell ingin tahu penyebab kematian Meisya sehingga bisa menghukum orang yang sudah membunuh wanitanya.

"Cukup!" Marvin menyela pelan. Lalu mengadahkan tangannya pada Rizky yang sejak tadi berdiri di sampingnya. Dengan sigap Rizky meletakkan pistol yang di pegangnya dari tadi di telapak tangan Marvin.

"Kamu mau apalagi brengsek?!" Seru Wahyu mulai panik melihat Marvin mengarahkan pistol itu padanya.

DOR!

"ARGH!" teriakan kesakitan Wahyu menggema memenuhi ruangan gedung ini. Wahyu merasakan kesakitan yang luar biasa di satu pahanya lagi.

"Mar-vin ka-argh!" Wahyu kehilangan kata karena rasa sakit itu seakan menghancurkan seluruh sendi dalam tubuhnya.

DOR!

"ARGH!" Teriak Wahyu lagi saat Marvin menembak tulang kering bagian dari kaki kirinya.

"Ada apa ini, Om?"  Seseorang berseru dari belakang Marvin. Orang yang sudah ia tunggu sejak tadi.

Marvin tersenyum kemudian menyerahkan lagi pistolnya pada Rizky. Dia menoleh ke belakang dan nampaklah sosok dari salah satu sahabat Mario.

"Om perlu bantuanmu, Leon."

Leon tertawa kecil sambil terus berjalan mendekat. "Waduh! Aku jadi tersanjung dengernya."

Marvin terkekeh seraya merangkul bahu Leon dan menepuknya penuh kebanggaan.

"Jadi, apa yang bisa Leon bantu nih Om?"

Marvin menunjuk Wahyu yang sudah tak bisa bergerak, terbaring dengan melirih kesakitan.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang