Oke halo halo test test wkwk
Bentar nafas dulu hahah hyuh. Iya jadi gini, ekstra part kemarin sengaja aku hapus karena mau bikin ini. Karena apa? Karena kisah di sini di mulai dari Ify sadar. Jadi gada sangkut pautnya sama ekstra part. Di sini rencananya mungkin lebih ke perjuangan Rio jaga Ify sih ya? Gitu sih lah pokoknya.
Coba baca dulu kalau gak suka ya udah gapapa gajadi aja wkwkw trus ekstra partnya baru aku up lagi (?)
❤❤❤❤❤❤
Ify masih terlihat marah padanya. Sangat marah. Diam ketika dia ajak bicara dan selalu menghindar ketika Rio menatapnya. Bahkan saat Rio ingin menyuapinya, Ify enggan membuka mulut. Istrinya itu hanya menatapnya datar dan juga dingin lalu mengalihkan pandangannya dari tatapan Rio.
Hal yang kini membuat Rio semakin frustasi. Terlebih dengan pikirannya yang masih tak menentu. Bisa di katakan, Rio tengah kacau. Sangat kacau karena merasa otaknya tak bisa lagi berjalan lancar. Ya, otak Rio memang tidak akan berfungsi dengan baik jika hal itu menyangkut Ify. Terlebih lagi, menyangkut keselamatan hidup istrinya.
Rio tahu, dia salah. Ya, dia memang salah karena terlanjur mengatakan kata sakral itu, dua minggu lalu. Tapi, bukan seperti itu maksud Rio sebenarnya. Dan melihat reaksi Ify, membuat Rio bingung harus bagaimana menjelaskan maksudnya. Terlebih melihat bagaimana Ify menangis dan marah. Rio semakin tak bisa berpikir selain menyesali ide konyolnya itu. Lantas sekarang, Ify sudah terlanjur marah sekali padanya. Rio tak tahu harus melakukan apa untuk membuat perasaan Ify membaik dan mau memaafkannya.
"Shit!" Rio sontak menghentikan laju mobilnya. Menginjak rem dengan satu gerakan cepat hingga membuat tubuhnya terdorong ke depan. Rio memejamkan matanya sejenak sebelum keluar untuk melihat korban yang baru saja tak sengaja di tabraknya.
"Maaf saya-" Rio tercenung melihat siapa yang kini terduduk di depan mobilnya. Dia mendongak sambil memegangi lututnya yang terluka. Membuat pandangan mereka terpaku dalam beberapa detik.
Untung saja keadaan jalan yang ia lalui ini cukup sepi. Sehingga tidak ada penduduk sekitar yang melihat tindakan cerobohnya. Rio lantas bergerak mendekat lalu berjongkok dan meraih kedua bahu korbannya. Membuat mata Rio semakin melebar tatkala dugannya benar bahwa gadis yang tak sengaja ia tabrak ini adalah seseorang yang Rio kenal. Salah satu adiknya dulu ketika masih di panti.
"A-jeng?" Gumam Rio tak percaya. Terlebih melihat keadaan gadis ini yang tampak jauh dari kata baik-baik saja.
"Kak Yo?"
Rio mengangguk kaku. Lalu detik berikutnya, Rio merasa tubuhnya semakin kaku ketika gadis yang dulu menjadi adiknya di panti ini, melingkarkan kedua tangan di lehernya. Sambil menangis dan melirihkan namanya. Seolah dia tengah megadu sekaligus meminta perlindungan padanya.
"Kak Yo."
"Iya. Ini kak Yo." Kata Rio seraya menepuk pelan bahu Ajeng setelah berhasil menguasai kekagetannya. Pelan, Rio meraih kedua bahu Ajeng lalu di dorongnya. Di tatapnya wajah gadis itu yang kini sembab karena air mata. Membuat Rio tak tega dan semakin merasa bersalah.
"Maaf, gue nggak sengaja tadi." Rio menatap lutut Ajeng yang terluka dan berdarah. "Bisa berdiri?" tanyanya kemudian.
"Sakit, kak." Lirih Ajeng kesakitan.
Rio memejamkan matanya sejenak kemudian meraih tubuh gadis ini dalam gendongannya. Lalu meletakkan gadis itu di dalam jok penumpang mobilnya.
"Kita cari rumah sakit terdekat, ya?" Setelah mengatakan itu, Rio menutup pintu lalu duduk di tempatnya. Rio kembali menyalakan mesin mobilnya kemudian ia lajukan dengan kecepatan sedang. Rio melupakan niat awal ke tempat ini yang ingin membeli bunga untuk istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...