Ify tidak terlalu pusing memikirkan kekesalan Rio saat itu. Meski setelah memutus panggilan secara sepihak bahkan tanpa mengucapkan salam penutup, Ify tidak lagi berusaha menghubungi Rio. Dia juga sebenarnya masih kesal pada Rio perihal Rio yang tak memberitahunya tentang berapa lama dia berada di Jepang.
Dan yang membuat Ify tambah kesal adalah, sepulang dari Jepang, Rio masih tidak mengabarinya. Tidak menemuinya untuk sekedar basa-basi. Tidak menunjukkan tanda-tanda sebagaimana seorang kekasih yang merindukan pacarnya. Ya, sudah satu minggu berlalu sejak Rio tiba-tiba menghubunginya dan membahas tentang mantan. Dan sekarang hari Senin, Ify masih belum merasakan adanya tanda-tanda Rio akan menemui ataupun menelponnya.
Sedangkan Ify sendiri juga malas memulai terlebih dulu. Kabar terakhir yang Ify tahu, kemarin hari minggu Rio bertemu dengan Gabriel, Alvin dan Meisya di cafe langganan mereka. Sumpah! Tidak ada yang lebih mengesalkan dari saat Ify tahu ternyata Rio berangkat bersama Meisya waktu bertemu dengan Alvin dan Gabriel di cafe. Ify tahu darimana? Tentu saja dari sang kakak tercinta.
Jadi sekarang, Ify berusaha bodo amat!
"Sendirian dek?" Ify mendongak, menatap Alvin yang sudah duduk di sampingnya. Duduk di teras rumah dengan pemandangan taman kecil yang selama ini di rawat oleh bunda. Alvin memang menginap di sini semalam, dan sepertinya Alvin baru selesai membantu bunda memindahkan beberapa barang yang sudah tidak terpakai ke dalam gudang. Biasanya Gabriel, tapi berhubung Gabriel kerja maka Alvin sama sekali tak keberatan untuk membantu.
"Iya bang. Temenin dong."
Alvin terkekeh. "Temenin kemana atuh dek?"
"Kemana aja asal sama abang."
"Ke pelaminan, mau?"
"Mau bang."
Keduanya lantas tertawa lepas. Ya, begitulah jika Alvin dan Ify di satukan. Dua-duanya memang sama-sama sinting dan cocok saat bersama.
"Bisa-bisa di gorok gue sama Rio."
"Nggak mungkin, bang. Paling juga orangnya cuma diem doang kayak patung."
Alvin tertawa. "Emosi banget itu ngomongnya."
Ify mencebik kesal. "Udah ah jangan bahas dia. Males gue bang sumpah dah!"
Alvin tersenyum seraya mengusap puncak kepala Ify dengan sayang. Dan Ify tidak merasa risih ataupun berusaha menghindar. Karena dia sudah menganggap Alvin seperti Gabriel.
"Iya iya, nih gue punya permainan buat lo."
Ify menoleh antusias. "Apa?"
"Gue bakal ngucapin dua kata dan lo mesti ngulang kata pertama dengan cepet."
"Menariknya?"
"Lo bakal tahu di akhir."
Ify mengangguk. "Oke."
Alvin tersenyum seraya mencubit gemas pipi Ify. "Siap, ya? Tatap abang jangan noleh-noleh." Meraih kedua bahu Ify agar menghadapnya.
"Iya."
"Konsentrasi."
"Iya."
"Ayam telur."
"Ayam."
"Kursi meja."
"Kursi."
"Pintu kayu."
"Pintu."
"Alvin Rio."
"Rio." Ify menjulurkan lidahnya sementara Alvin terkekeh.
"Sayang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...