Dua hari lalu setelah menginap di rumah sakit berdua, akhirnya Rio sudah kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Apalagi kalau bukan bekerja. Setelah mengurus segala administrasi di rumah sakit, Rio meminta pihak bengkel yang memperbaiki mobilnya untuk di antar ke rumah sakit. Rio juga pergi ke kantor polisi untuk mengurus SIM dan STNK nya yang di sita karena kena tilang. Selanjutnya, Rio mengantar Ify pulang. Dengan alasan, tentu saja Ify meminta di jemput Rio ke rumah Shilla. Itu adalah alasan yang di jawab Ify saat bunda bertanya kenapa Ify bisa sama Rio.
Setelah hari itu, Rio kembali sibuk bekerja, dan Ify mencari kesibukan di sekolah. Berdebat kecil dengan Ray, mengganggu Deva saat sedang serius nonton drama atau main game. Mengobrol apa saja bersama Shilla dengan Sivia sebagai pendengar baik mereka. Makan di kantin sama-sama. Dan sesekali Ify berbincang dengan Irvan saat mereka tak sengaja berpapasan. Meski pengumuman kelulusan sudah tersebar, tapi acara perpisahan masih di adakan sekitar dua minggu lagi. Acara standart lah, hanya prom night seperti biasa.
"Mas."
"Hm."
"Ac-nya matiin aja, ya? Dingin banget rasanya." Siang tadi kebetulan Rio keluar kantor untuk bertemu klien di sebuah rumah makan yang tak jauh dari sekolah Ify. Oleh karena itu, setelah pertemuannya dengan sang klien selesai, Rio menghubungi Ify. Menanyakan apakah, Ify sudah mau pulang atau belum. Karena jika iya, Rio ingin sekalian menjemput kekasihnya itu. Dan jawabannya, Ify sekarang sudah berada di dalam mobilnya.
Rio kontan menoleh, dan meraih tangan Ify yang terulur ingin mematikan ac di mobilnya. "Kamu sakit?" Tanya Rio saat merasakan tangan Ify hangat. Lalu berganti menyentuh kening Ify, lebih hangat dan hampir panas. Rio memperhatikan wajah Ify yang terpejam. Belum terlihat pucat hanya sedikit memerah, mungkin karena demam.
Rio lantas mengambil jaket yang biasa ia bawa di jok belakang dengan satu tangannya. Masih sambil fokus menyetir Rio berhasil meraih jaket itu lalu di berikannya pada Ify.
"Pake. Tidur aja nanti kalau udah sampe mas bangunin." Kata Rio seraya memutar kebawah tombol pendingin di dalam mobilnya. Rio lantas menurunkan sedikit kaca mobilnya agar ada udara yang masuk.
"Nggak mau pulang, mas." Sahut Ify pelan. Dia sudah menurunkan joknya ke belakang. Dan sekarang, Ify tidur menyamping sambil menatap Rio yang tengah menyetir. Menekuk kedua kakinya atas dan langsung Ify masukkan ke dalam jaket Rio yang sudah di pakainya. Untung saja jaket Rio lumayan besar dan cukup untuk membungkus tubuh mungilnya.
"Mau kemana?"
"Ikut, mas." Jawab Ify tanpa berniat menggoda atau sekedar bercanda.
"Mas kerja, dek."
"Ikut." Mulai lagi manjanya.
"Kamu lagi sakit. Pulang aja, nanti sore mas ke rumah." Rio mencoba membujuk karena tidak mungkin mengajak Ify ke kantor dalam keadaan gadis ini sedang sakit. Ada-ada saja, sakit bisa gantian begini mereka. Apa Ify sakit karena terlalu lelah mengurus dirinya, ya?
"Nggak mau." Suaranya sedikit bergetar. Bahkan matanya
memerah. Ify bukannya cengeng, bisa jadi itu efek dari tubuhnya yang panas. Kadang kan memang suka begitu, terus perasaannya jadi sedikit lebih sensitif.Rio menghela. "Pulang aja, ya? Nanti mas temenin sampe kamu tidur. Udah makan belum? Mau makan apa?"
Ify menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir. Bibirnya tak bisa menahan untuk tidak tersenyum mendengar kalimat panjang Rio yang bernada penuh perhatian itu padanya. Ify nggak mimpi, kan?
"Udah makan tadi di kantin. Mau ikut mas. Masa nggak boleh."
"Boleh, tapi kan kamu lagi nggak sehat."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...