46.The Pain

1.5K 141 44
                                    

"Assalamu'alaikum, Mei." Sambut Rio ketika panggilannya di angkat. Waktu memang sudah menunjuk pukul satu dini hari. Rio masih terjaga dan tiba-tiba ingin mengetahui keadaan sahabat kecilnya itu.

"Wa'alaikumsalam, Yo. Tumben nelpon gue? Malem-malem gini lagi. Ada apa?"

Rio tersenyum tipis. Sedikit teringat bagaimana perjuangan mereka dulu. "Nggak apa-apa. Cuma pengen nanya kabar lo aja."

"Kabar gue apa Marsya?" Meisya terkekeh. Bermaksud bercanda agar percakapan mereka tidak terlalu canggung.

"Kalian berdua." Rio menyahut santai.

"Gue baik. Acha juga baik. Lo sama Ify gimana? Baik-baik aja, kan? Nggak ada masalah sama hubungan kalian lagi, kan?"

"Kita baik." Jawab Rio singkat.

"Syukurlah. Jaga Ify baik-baik, Yo."

Rio memejamkan matanya. Menatap semua foto yang sudah ia pindahkan ke i-padnya. Rio masih duduk di depan meja kecil yang biasa ia gunakan untuk bekerja di hotel ini.

"Hm. Lo sama kak Marshell gimana?"

Jeda cukup lama karena Meisya tak kunjung menjawab pertanyaan Rio.

"Gue udah tahu tentang kak Marshell dan asistennya." Lanjut Rio yang tak ingin lagi berbasa-basi. "Jadi sekarang, lo cukup jujur sama gue apa yang sebenernya terjadi."

Meisya tidak langsung menjawab. Perempuan itu seperti sedang merangkai kata yang tepat untuk di katakan. Sedang Rio, hanya diam menunggu. Karena hal yang ingin dia bicarakan sudah Rio katakan semua.

"Gue udah putus sama Marshell. Bukan karena sepenuhnya dia duain gue. Tapi emang mungkin gue bukan orang yang tepat buat dia. Tuntutan dari keluarga Marshell terlalu berat buat gue penuhi, Yo. Gue nggak sekuat itu."

"Lo terluka, Mei?" Rio hanya ingin tahu hal itu.

"Of course, Mario. Sekecil apapun perasaan gue buat Marshell, dia tetap ada di hati gue. Dan nggak mudah buat gue mutusin hal ini."

Rio mengangguk paham. "Lo yakin beneran mau pisah?"

"Jujur nggak. Gue masih mau berjuang. Tapi kalau Marshell aja udah nyerah gitu, gue nggak bisa ngadepin tante Rina sama Oma sendirian, Yo."

Rio mulai paham dengan alur yang terjadi. Dia mengetukkan jari telunjuknya di atas meja sambil berpikir. "Oma udah tahu kalian putus?"

"Iya."

"Ada hubungannya sama Oma juga?"

Jeda cukup panjang.

"Lo nggak akan bisa bohongin gue, Mei." Peringat Rio.

Terdengar decakan dari Meisya. "Iya."

Rio mengangguk paham sekarang. Teringat akhir-akhir ini Oma jarang membahas tentang Meisya yang kemungkinan Oma lebih dari tahu apa yang terjadi. Tapi, itu tidak menampik juga jika Marshell bersalah dalam hal ini.

"Oke." Rio memutuskan sambungan teleponnya. Sambil terus berpikir tentang langkah apa yang harus dia lakukan.

❤❤❤❤❤❤

Keesokan harinya Oma pulang. Di jemput suaminya atas permintaan Marvin. Ify pernah bertemu dengan beliau di hari akad pernikahannya saat itu. Dan menurut Ify, Opa jauh lebih ramah di banding Oma. Ify memang membandingkan dan itu sesuai dengan fakta. Jujur saja, Ify sedih karena Oma sudah tidak tinggal di sini. Itu artinya, Ify tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Padahal, Ify bersungguh-sungguh ingin Oma bisa menyayanginya juga.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang