43. My Hubby

1.8K 151 34
                                    

Rio duduk di sofa kamarnya sambil membaca buku. Dia sudah mengenakan baju tidur karena saat adzan tadi sudah sholat berjamaah dengan keluarga. Di rumah besar ini, Marvin memang sengaja membangun musholla kecil agar keluarga bisa beribadah di sana. Mereka memang bukan keluarga agamis, tapi sebisa mungkin untuk tidak meniggalkan kewajiban lima waktu itu. Biasanya Marvin yang menjadi imam, tapi untuk malam ini Rio yang bertugas.

"Eh mas belum tidur?" Kaget Ify melihat Rio yang ternyata masih duduk dan kini menatapnya. Beralih dari buku yang sedari tadi ia baca.

"Sengaja lama ngobrol sama Ella biar pas ke kamar, mas udah tidur?" Tuding Rio curiga melihat jam di dinding kamarnya yang sudah menunjuk pukul hampir jam dua belas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sengaja lama ngobrol sama Ella biar pas ke kamar, mas udah tidur?" Tuding Rio curiga melihat jam di dinding kamarnya yang sudah menunjuk pukul hampir jam dua belas malam. Rio heran, apa yang sebenarnya mereka bicarakan hingga hampir tiga jam.

Dia memang curiga karena seusai sholat dan makan malam bersama keluarga, Ify langsung sibuk ke dapur. Membantu para pengurus rumah tangga di keluarga ini mencuci piring. Bukan hal baru, karena Ify juga sering membantu mereka saat main ke rumah ini.

Lalu, setelah membereskan urusan dapur, Ify langsung minta ijin pada Rio untuk bertemu Ray dan Ella di taman belakang rumah. Taman yang sering Ella jadikan tempat alternatif untuk manjat. Padahal Rio sengaja menunggu Ify dan tak beranjak dari tempat makan. Tapi Rio juga tidak ingin mengekang Ify lantas dengan berat hati memberi istrinya itu ijin. Berusaha sabar sekaligus mengerti berapa usia Ify saat ini. Yang pasti masih ingin menikmati kebebasan untuk berteman. Meski Rio sadar, sejak pulang dari rumah sakit, Ify selalu menghindar untuk berdua dengannya.

"Ak-aku ganti baju bentar." Ify berniat mengambil baju tidur yang sebagian bajunya sudah tertata rapi di walk in closetnya Rio. Tapi langkah Ify langsung terhenti saat mendengar titah Rio yang bernada cukup tegas itu.

"Duduk."

Ify menunduk lalu berjalan menuju sofa yang Rio duduki.

"Kita lagi berantem?" Sindir Rio melihat Ify duduk di ujung sofa. "Nggak sekalian kamu duduk di bawah."

"Iya."

"Ify." Desis Rio hampir stres melihat Ify bergerak turun dan duduk di bawah sofa yang bealaskan karpet itu.

"Gimana?" Ify mendongak bingung dan pasrah.

Rio menghela perlahan. Berusaha menghilangkan rasa kesalnya menghadapi Ify yang seharian tadi berusaha menjauhinya. "Duduk sini." Pinta Rio pelan sambil menepuk tempat di sebelahnya.

Ify berdiri dan menurut. Dia menunduk sambil memainkan jarinya. "Jangan keluar dari karaktermu, dek. Mas nggak suka."

Kedua bahu Ify merosot. Dia juga bingung dengan dirinya sendiri. "Aku tuh takut nggak bisa jaga sikap, mas. Mas tahu sendiri kalau aku ngomong kadang suka ceplas ceplos entar kalau aku di kira istri kurang ajar gimana?"

Rio meletakkan bukunya di atas buku. "Mas seneng kamu mau berusaha memperbaiki sikap. Tapi jangan kepaksa juga. Jangan buat diri kamu sendiri tertekan dan nggak nyaman."

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang