11. MARIO 2

1K 112 79
                                    

Ify perlahan membuka matanya. Satu yang ia tangkap adalah sebuah ruangan dengan nuansa putih yang tidak terlalu asing baginya. Ify berusaha menggerakkan kepalanya untuk melihat keadaan sekitar. Namun tidak bisa karena kepalanya terasa sakit dan juga nyeri saat di gerakkan.

Lalu ketika Ify ingin menyentuh kepalanya, dia baru sadar jika tangan kanannya tengah tersambung oleh jarum infus. Hal ini menjawab pertanyaan Ify bahwa saat ini dia tengah berada di rumah sakit. Kedua mata Ify langsung terbuka sepenuhnya. Sejak kapan dia rumah sakit? Siapa yang membawanya? Nico? Lalu sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri? Bagaimana dengan Rio?

"Awh!" Ify memaksakan diri untuk duduk. Dan itu berakibat pada kepalanya yang kembali terserang rasa sakit.

"Dek."

Ify menoleh kaget. Dia mendapati wajah suaminya tampak baru saja membuka mata.

"Mas Rio?"

"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Rio bangkit dari duduk lalu menangkup wajah istrinya.

"Mas Rio. Mas Rio beneran ada di sini? Ini beneran Mas Rio, kan?" tanya Ify beruntun. Berusaha memastikan bahwa hal ini adalah kenyataan. Karena Ify masih ingat jelas bagaimana keadaannya sebelum tak sadarkan diri.

"Iya. Ini mas." Rio menjawab seraya menatap Ify. Kedua ibu jarinya mengusap dengan lembut pipi Ify.

"Mas Rio." Ify berseru merajuk seraya melingkarkan kedua tangannya di perut Rio. Ia peluk suaminya dan membenamkan wajahnya di dada sang suami yang selalu membuatnya nyaman. Tanpa bisa Ify tahan, tangisnya pecah karena terlalu lega dan bahagia. Lega karena bukan Nico yang membawanya ke rumah sakit. Bahagia karena masih bisa melihat dan bahkan memeluk suami tercintanya.

Rio tidak mengatakan apa-apa selain membalas pelukan Ify. Dengan posisinya berdiri dan Ify yang duduk membuat Rio hanya bisa mengusap kepala istrinya dengan sayang. Rio menunduk dalam guna ingin mengirup aroma rambut Ify yang selalu mampu menenangkannya. Aroma yang menunjukkan bahwa Ify nyata dan ada bersamanya.

Rio sangat bersyukur ketika semalam kedua satpam orang tuanya berhasil menemukan Ify. Salah satu dari mereka menghubungi Rio yang kebetulan keberadaannya tak jauh dari lokasi Ify di temukan pingsan. Mendengar bahwa Ify pingsan saat itu, tentu saja darah Rio mendidih. Ingin sekali dia memberi pelajaran pada orang yang berani mencelakai istrinya.

"Aku berapa lama pingsannya, mas?"

"Dari semalem." Rio menjawab dengan tenang.

"Sekarang jam berapa?"

"Jam sembilan pagi." Rio menjawab lagi dengan tenang.

Ify bergerak melonggarkan kedua tangannya lalu mendongak. Ingin memeriksa bagaimana ekspresi wajah Rio saat ini.

"Mas marah, ya?"

"Marah." Rio menjawab tanpa ragu. Lalu menunduk membalas tatapan Ify yang terlihat sendu saat ini.

"Sama siapa marahnya?" tanya Ify lagi masih mendongak.

Rio masih menunduk menatap istrinya. Dia tidak langsung menjawab. Melainkan mendekap lagi kepala Ify di dadanya.

"Sama siapapun yang bikin kamu terluka." Terdengar pelan, datar dan serius. Rio seolah berbicara pada angin agar ucapannya ini di dengar oleh semua orang. Agar mereka tahu apa akibatnya jika sudah berani mengusik hidup seorang Mario.

"Sama aku marah, nggak?"

"Nggak."

Ify tersenyum mendengarnya. Dia lantas kembali menggerakkan kedua tangannya untuk melingkari perut Rio dengan erat.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang