Rio panik setengah mati ketika pulang kerja tidak mendapati istrinya di rumah. Nomornya pun tidak bisa Rio hubungi. Hal ini membuat Rio sangat frustasi karena isi kepalanya tidak bisa berpikir positif lagi. Terlebih istrinya sedang hamil. Dengan perut yang sudah besar Ify tidak mungkin bisa aman jika berada di luar sendiri.
"Halo gimana?" Tanya Rio langsung ketika mengangkat panggilan dari Obiet. Orang kepercayaan Rio dan selalu bisa dia andalkan.
"Dia di rumah Shilla."
Rio reflek memejamkan mata sambil menghela penuh kelegaan. Tangannya mencengkeram kuat pada setir yang sejak tadi menjadi sasaran emosinya.
"Oke," katanya lalu memutus sambungan. Rio menyimpan ponselnya pada saku jas bagian dalam. Kemudian bergegas menyalakan mesin mobilnya. Tak lama, mobil Rio pun melaju keluar dari halaman rumah mewahnya.
Dalam perjalanan Rio berusaha fokus menyetir sambil menenangkan diri. Berpikir juga bagaimana membujuk Ify agar tidak marah lagi padanya. Baiklah, Ify memang sedang marah pada Rio tadi. Tepat ketika Rio masih ada di kantor, istrinya itu menelpon lalu mengomelinya tanpa henti. Dan ketika Rio sampai di rumah, ternyata Ify sudah pergi. Bagaimana Rio tidak panik? Misalkan Ify hanya pergi saja Rio pasti sudah kelabakan. Sekarang di tambah dengan istrinya itu marah. Sudah bisa bayangkan bagaimana frustasinya Rio saat ini?
"Eh kamu Mario, mau jemput Ify ya?" sambut Mama Shilla begitu melihat Rio yang baru saja masuk setelah salah satu asisten rumah tangganya membukakan pintu. Maya, Mama Shilla itu kebetulan tengah baru saja keluar dari dapur dan langsung melihat suami dari teman anaknya. Atau suami dari adik calon menantunya. Ehem!
"Iya tante."
Maya tersenyum lembut. "Dia ada di kamar Shilla. Kamu naik aja, pintu kamarnya warna merah muda sendiri."
Wajah Rio tampak segan membayangkan harus masuk ke kamar perempuan lain. Dan untungnya Maya langsung menyadari hal itu.
"Di atas ada Gabriel juga. Tenang aja."
Rio mengangguk saja. Dia bukannya lega malah makin panik saat mendengar nama kaka iparnya di sebut. Tapi sebagaimana seorang Mario hanya wajah datar dan tenang yang kini di lihat oleh Maya.
"Iya tante, makasih." Setelah pamit Rio lantas bergegas menaiki tangga di rumah ini menuju kamar Shilla. Meninggalkan Maya yang tampak masih terpukau dengan ketampanan calon Ayah muda itu. Karena baru pertama kali ini Maya bisa menatap sosok Mario dari jarak yang cukup dekat.
Mario, siapa yang tak mengenal nama itu di negara ini? Nama yang selama beberapa bulan terakhir selalu di sebutkan dalam berita di acara tv. Seorang laki-laki terkaya di Indonesia dengan umur yang terbilang masih muda dan sudah menikah. Terlebih betapa susahnya para stasiun tv mengundang Mario di acara mereka.
Membuat warga Indonesia di berbagai pulau menjadi sangat penasaran dengan sosok calon Papa muda itu. Dan susahnya para wartawan mencari berita tentang kehidupan seorang Mario, semakin membuat rasa penasaran mereka meninggi. Tidak ada satupun foto yang bisa tersebar. Karena jika itu terjadi, Mario langsung dengan tanggap melakukan tindakan. Jadi, jangan harap kalian bisa menelusuri hidup seorang Mario Dwi Saputra.
"Mau kemana lo?" todong Gabriel yang baru saja keluar dari pintu berwarna merah muda, kamar Shilla.
"Ify." Jawab Rio singkat.
"Ya udah tunggu sini, jangan masuk." Kata Gabriel tampak galak. Menunjukkan sedikit keposesifannya bahwa tidak ada yang boleh masuk ke kamar Shilla kecuali dirinya.
"Oke." Rio mengangguk tanpa protes. Karena merasa hal itu lebih baik.
Gabriel kembali membuka pintu kamar Shilla dan menutup lagi setelah dia masuk ke dalam. Hal yang membuat dahi Rio berkerut. Terasa aneh sekali melihat tingkah Gabriel. Membuat Rio merasa tidak asing dengan sikapnya sendiri selama ini. Sikap yang terjadi hanya karena istrinya. Ah istri, membayangkan wajah Ify saat ini yang sedang kesal membuat Rio semakin rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...