Malam nanti, Ify akan menemani Rio pergi ke tempat pernikahan temannya saat kuliah. Siapa si namanya? Zana? Zara? Ara? Ah pokoknya itu. Ify tidak ingin ambil pusing tentang nama teman Rio. Yang penting, nanti dia harus dandan secantik mungkin agar Rio bisa dengan bangga menggandeng tangannya. Kata Gabriel, nanti di sana ada Angel, jadi Ify benar-benar harus mempersiapkan diri dengan sempurna.
Dan karena itulah, hari ini Ify tidak pergi ke sekolah. Melainkan belanja ke mall dengan mengajak Shilla dan juga Sivia. Ify melarang keras Shilla mengajak Cakka. Sengaja tidak mengajak duo kembar Ray Deva juga karena ini memang acara khusus untuk cewek. Males dengerin keluhan capek mereka hanya karena mengelilingi mall. Kenapa sih, rata-rata cowok tuh paling males kalau di ajak shopping?
"Mau beli apa lagi nih?" Tanya Shilla menatap Ify. Wajahnya masih terlihat segar padahal sudah hampir lima jam mereka berkeliling.
"Tas udah, sepatu udah, make up udah, gaun udah." Ify meneliti semua paper bag yang ia taruh di bawah kursinya. Selesai puas berbelanja, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju salon. Ya, rencananya, Ify akan mampir ke salon mama Shilla. Bukan untuk make up, tapi untuk mempersingkat waktu saja. Karena jarak mall dan gedung resepsi pernikahan teman Rio lumayan dekat dari rumah Shilla.
"Otak belum, Fy." Celetuk Shilla asal.
"Bacot!" Sembur Ify tanpa beban. Tak merasa risih bila saja ucapannya akan menarik perhatian beberapa pengunjung restoran.
Ify tiba-tiba berdecak, "Boros banget ya gue. Gini nih, kalau udah jalan-jalan pasti suka khilap. Untung mas pacar banyak duit."
"Sombong!" Seru Shilla mendorong pelipis Ify.
Ify tertawa kecil. "Iri bilang boss."
Shilla mencebik manyun. "Iye gue iri. Enak juga ya ternyata punya cowok kayak Rio."
"Udah bosen lu sama Cakka?"
Shilla mendelik. "Enak aja. Nggak lah, gue nggak akan bosen punya pacar kayak Cakka. Nyesel gue kalau sampai sia-sian cowok sesabar dia."
"Hem, nyesel lah orang lo udah di incip-incip." Tanggap Ify yang memang suka seenaknya kalau ngomong. Tapi juga suka bener.
"Lemes bed dah tuh bibir. Eh btw, Rio gimana? Masih belum mau juga nyium lo?"
"Belum." Ify menggeleng lemah.
"Nggak nafsu kali dia sama lu." Kekeh Shilla seraya menyedot jus jeruknya.
Ify berdecak sebak. Mana mungkin Rio tidak nafsu dengan body-nya yang aduhai ini. "Nggak mungkin. Orang minggu lalu dia abis nyium hidung gue."
Ya, seminggu setelah insiden ketahuan bunda itu, hubungan Rio dan Ify kembali normal seperti biasanya. Rio tetap cuek, dan Ify tetap gila saat menarik perhatian kekasihnya itu. Tiga hari sebelumnya, Ify bahkan sering main ke kantor Rio. Meski Rio sibuk dengan pekerjaannya, tapi pemuda itu sering memperhatikan Ify. Jika waktunya makan siang, Rio akan mengajaknya keluar untuk pergi makan. Sementara Ify juga tidak menganggu pekerjaan Rio dan memilih nonton drama korea.
Atau mengingatkan Rio ketika waktu salat telah tiba. Lalu keduanya pulang bersama seraya makan malam di rumah Ify. Masakan bunda bagi Rio itu tidak ada yang menandingi. Ya, kecuali kalau Ify minta jajan di luar. Rio pasti akan menuruti. Intinya apapun yang Ify mau, Rio bisa kabulkan. Kecuali satu dan kalian tahu itu.
Shilla hampir tersedak, lalu melotot. "Eh serius lo? Dikit lagi padahal, nanggung amat yang di sosor idung doang."
"Abis belum apa-apa udah ketahuan bunda." Keluh Ify, serasa yakin sekali jika tidak ada bunda Rio akan mencium bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...