71. I Got You

1.5K 150 150
                                    

"RIO UDAH, STOP!" Bentak Gabriel berteriak sambil berusaha menarik bahu Rio. Meminta agar Rio berhenti menyiksa dirinya sendiri dan juga adiknya. Meminta Rio untuk bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa istrinya telah tiada. Karena perjuangan Rio yang tak pernah henti itu, tidak memberikan hasil apa-apa. Ify masih tidak bernafas dan jantungnya belum juga berdetak.

"Yo!" Gabriel membuang wajahnya dengan helaan kasar. Rio lagi-lagi menyentak tangannya lalu kembali memompa dada Ify dengan tangannya yang kembali bertaut. Rio seolah tak mendengar semua teriakannya. Tidak melihat juga wajah penuh putus asa dari dokter dan team-nya. Dan semua orang yang ada di ruangan ini seolah tidak Rio anggap ada.

Setiap kakinya melangkah, ingatan hari mengerikan itu bercengkerama dalam pikirannya. Rio tidak dapat menghindar, karena sekuat apapun dia berusaha, Rio tidak akan melupakan bagaimana wajah pucat Ify yang sudah tidak bernafas.

"Rio berhenti! Gue mohon!" Alvin ikut bersuara dan berjalan mendekat. Dia tidak bisa diam saja melihat sahabat kecilnya tampak seperti orang gila yang tak bisa menerima kenyataan.

"Tenaga lo udah abis, Yo. Udah, kasian Ify." Alvin bahkan terdengar melirih hingga suaranya bergetar. Menunjukkan bahwa dia juga merasa terpukul dan tidak rela untuk melepas kepergian Ify yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Rio masih ingat jelas bagaimana semua orang menganggapnya gila saat itu. Rio masih ingat dengan jelas bahwa dia sama sekali tidak peduli. Karena saat itu yang Rio pikirkan hanya satu. Ify belum pergi. Ify tidak akan pergi. Dan Ify pasti kembali.

Tidak! Sedikitpun Rio tidak memikirkan kemungkinan terburuk akan terjadi. Rio sedikitpun tidak mau membayangkan jika Ify benar-benar telah pergi. Rio hanya percaya jika Ify tidak akan tega membuatnya sendiri. Rio percaya jika Ify akan selalu menepati janjinya. Menemani Rio dan menghilangkan semua kesedihan dalam hidupnya.

'Dek, kamu tahu? Mereka semua nggak ada yang percaya sama mas kalau kamu masih hidup.' Rio bermonolog dalam hati. Meski sambil terengah hebat, Rio tak lepas menatap wajah Ify yang memang sudah memucat.

'Karena itu, mas mohon! Kamu kembali dan bantu mas buat bikin mereka percaya.' Lanjut Rio sepenuh hati dia memohon agar Ify bisa mendengarnya.

Di tengah kekuatannya yang benar-benar sudah habis, Rio tersenyum samar. Tak lama tubuh Rio tumbang karena tenaganya tak lagi tersisa. Semua yang ada dalam ruangan itu membulat kaget. Kaget yang benar-benar kaget dan nyaris tak percaya. Gabriel bersama Alvin langsung menangkap tubuh Rio yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai.

Berusaha baik-baik saja di tengah kekalutan hatinya, Rio tetap melangkah lebar. Menemui Ify yang masih terbaring dengan tenang. Rio berusaha kuat mengayunkan kedua kakinya untuk terus berjalan. Melewati beberapa pasang mata yang secara sengaja menatap ke arahnya.

Sebagaimana Rio yang tak pernah peduli dengan keadaan sekitar, Rio terus melangkah mengabaikan semua tatapan yang mengarah padanya. Sebenarnya bukan ketidakpedulian yang mendomonasi perasaan Rio saat ini. Rio hanya ingin menenangkan hatinya. Menyiapkan mentalnya untuk bisa melihat lagi keadaan Ify.. Meski ini bukan pertama kali bagi Rio melihat Ify yang hanya bisa terbaring dengan mata masih tertutup, Rio tetap tidak bisa mengenyahkan perasaan sedihnya.

Rio memang berhasil saat itu. Dia berhasil mengembalikan Ify tepat ketika seluruh tenaganya terkuras habis. Rio tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi. Seingat Rio, dia langsung tak sadarkan diri ketika mendengar alat pendeteksi jantung itu berbunyi. Menandakan bahwa Ify telah mendengar semua permohonannya. Menandakan bahwa Tuhan masih berbaik hati dengan mengabulkan doanya.

Namun, fakta menyakitkan juga harus Rio dengar ketika dia sadar. Jantung Ify memang berdetak lagi. Tapi kemungkinannya untuk sadar itu sangat kecil. Meski masa kritis itu berhasil Ify lewati, tapi tetap hanya keajaiban yang bisa membuat Ify bisa sadar kembali.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang