36. MARIO 2

1K 102 121
                                    

Sebenarnya, alasan Rio berusaha membuat Ify mengalihkan semua pikirannya agar tenang adalah karena semalaman Ify terus mengigau dan ketakutan dalam tidurnya. Ify sama sekali tidak sadar atau terbangun karena saat Rio memeluknya, Ify langsung tertidur dengan lelap. Dan hal itu tak lantas membuat Rio tidak memikirkan tentang keadaan ini. Rio paham dan mengerti bagaimana rasanya menghadapi seseorang seperti Arya. Karena dulu, Satri pun tidak ada bedanya.

"Mas kita mau campingnya di mana?"

Rio menoleh sebentar seraya mencium tangan Ify yang sejak tadi di genggamnya. "Madilves." Jawab Rio kemudian.

Membuat Ify langsung terbengong kaget. "Hah?"

"Bercanda." Kekeh Rio melihat bagaimana terkejutnya Ify.

Ify bersungut dan langsung menarik tangannya. Tapi tidak berhasil karena Rio menahannya dengan kuat. "Ish Mas Rio mah!"

Rio mencium tangan Ify. "Niat mas emang pengen ajak kamu ke sana, dek. Tapi usia kandungan kamu belum di bolehin buat naik pesawat." Jelas Rio kemudian.

Ify tersenyum tipis. "Belum ada dua minggu masa mas."

Rio terkekeh di ingatkan pada masalah itu. "Mas inget, sayang. Kan tujuan mas emang mau bikin kamu seneng."

Ify tersenyum lagi, dia selalu suka setiap kali Rio memanggilnya sayang. Dan tangannya yang masih di genggam Rio ini terasa hangat sekali. "Terus kita mau kemana kalau gitu?"

Rio tersenyum kecil seraya menempelkan telapak tangan Ify di pipinya kemudian ia cium lagi.

"Di tangan aku ada apanya sih mas di ciumi mulu daritadi."

"Suka." Jawab Rio singkat seraya menggenggam tangan Ify lagi di atas pahanya. "Nggak mau mas lepas." Lanjutnya seraya mengeratkan tangan mungil Ify yang memang masih ia genggam.

Ify menahan senyumnya kali ini. Ada perasaan hangat melingkupi hatinya. "Jadi mas Rio ku sayang, itu tadi pertanyaan aku belum di jawab lho. Ini kita mau kemana?"

"Ke vila mas yang ada di Bogor."

Ify ingin kaget tapi mengingat siapa suaminya ini, Ify langsung mengurungkan niatnya. "Kok ke vila, kan aku maunya camping."

"Malamnya kita camping. Ini kan masih siang. Kita istirahat dulu di sana."

"Kenapa nggak jalan-jalan aja?"

"Mau kemana? Di Bogor ada apaan juga? Nggak usah. Istirahat aja kamu biar nggak kecapean."

Ify manyun. "Katanya, aku mau apa aja mas turutin."

Rio langsung kemudian menoleh sebentar. Dan itu di sambut oleh wajah cemberut istrinya. Rio menghela pelan berusaha untuk meredam egonya.

"Ya udah mau jalan-jalan ke mana?" tanya Rio kemudian.

Ify langsung tertawa kecil. "Nggak kemana-kemana. Di mana aja asal sama mas udah cukup buat aku."

Rio mendengus tanpa menoleh. Ibu jarinya tidak berhenti bergerak mengusap punggung tangan Ify.

"Mas."

"Hm."

"Pengen peluk."

Rio kaget mendengar dua kata yang sebenarnya sudah ia tahan sedari tadi. Hal yang membuat Rio menyesal kenapa tidak membawa sopir saja tadi. Terlalu kaget karena Rio juga menginginkan hal yang sama. Rio berdehem pelan kemudian menjawab,

"Mas juga. Tapi sabar, ya? Kan mas lagi nyetir."

Ify menghela panjang. Entah kenapa jadi kesal sendiri karena keinginannya untuk memeluk Rio tidak terkabul. Rio jelas di sampingnya sekarang. Memegang tangannya juga, tapi Ify masih merasa rindu pada suaminya itu. Ada yang kurang jika Rio tidak memeluknya sekarang.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang