69. Clue

1.3K 139 110
                                    

Gabriel dan Shilla berjalan beriringan menuju mobil Gabriel yang terparkir di tepi jalan depan rumah Shilla. Ini adalah sabtu sore. Seperti yang sudah Gabriel janjikan pada Ify sekitar satu minggu lebih yang lalu. Bahwa, hari ini Gabriel harus bersedia menjemput Shilla untuk di ajaknya pergi nonton. Keduanya keluar dari rumah setelah Gabriel meminta ijin pada orang tua Shilla untuk membawa anak gadisnya pergi.

Meskipun Ify tidak tahu hal ini, tapi Gabriel tetap ingin menepati janjinya pada sang adik.

Tidak. Tidak sepenuhnya karena Ify. Dalam hati Gabriel, dia memang berusaha untuk membuka diri juga pada seseorang. Dan mungkin Shilla adalah gadis yang tepat karena selama beberapa hari ini, takdir seolah mempertemukan mereka dalam situasi yang tak pernah ia duga.

"Kak-"

Gabriel menoleh tenang. Langkahnya terhenti juga sama seperti Shilla. Hal yang langsung Gabriel tangkap di matanya adalah kepala Shilla yang tertunduk sambil memainkan jarinya.

"Kenapa?" tanya Gabriel tanpa adanya nada menuntut.

Shilla tak langsung menjawab. Dia berusaha menenagkan diri dengan mengambil udara sebanyak-banyaknya lalu ia hembuskan secara perlahan. Sementara Gabriel tetap diam dan hanya menunggu.

Perlahan Shilla mendongak dan menampilkan wajahnya yang tampak sendu. "Ini kita nggak apa-apa, pergi?"

Gabriel menggeleng pelan. Tanpa senyum atau ekspresi apapun. Hanya matanya yang kini menyorotkan ketenangan. "Nggak apa-apa."

"Tapi kak, Ify-"

"Kita keliling aja, mau?" Sela Gabriel tenang. Dia masih tidak kuat mendengar nama adiknya di sebut.

Shilla tersenyum dan mengangguk semangat. Tapi tidak dengan binar matanya yang masih menampakkan kesedihan.

Gabriel tersenyum tanpa melepas tatapannya seraya mengusap kepala Shilla. Tidak tahu kenapa tangan kanan Gabriel terangkat begitu saja. Gabriel hanya reflek ingin melakukan hal itu. Tidak ada maksud apapun. Karena selama ini Gabriel juga terbiasa mengusap kepala Ify.

Tanpa tahu akibat dari tindakanya, Gabriel melangkah lebih dulu dengan santai. Seakan apa yang baru saja dia lakukan bukanlah apa-apa.

Gabriel sama sekali tidak sadar jika sentuhan kecilnya itu berefek besar bagi Shilla. Sejak merasakan telapak tangan Gabriel bergerak pelan di puncak kepalanya, jantung Shilla seakan ingin loncat karena terlalu kaget.  Kesedihannya bahkan lenyap karena debaran di dadanya yang menggila itu secara penuh mendominasi perasaannya.

"Jantung sialan!" Dumel Shilla pelan seraya menyentuh dadanya agar segera berhenti membuat keributan.

"Tenang Shilla tenang. Lo udah biasa di gituin sama semua temen cowok lo. Jadi, please sekarang lo tenang dan jangan lebay!" Racaunya sendiri. Tapi itu terasa percuma karena Shilla justru semakin deg-degan. Ingin rasanya putar balik dan berlari sekencang mungkin untuk kembali masuk dalam kamarnya. Lalu berteriak sambil loncat-loncat menyerukan rasa bahagianya. Ya, jantung Shilla berdebar sangat kencang saat ini. Seolah mengirim pesan padanya, bagaimana keadaan perasaannya yang kini cukup bahagia karena mendapat sentuhan lembut dari Gabriel. Pujaan hatinya.

"Anjing!" Pekik Shilla hampir berteriak karena terlalu kaget mendengar bunyi klakson. Klakson?

Seketika kedua mata Shilla membulat. Bersamaan dengan itu, mulutnya yang menganga lebar langsung ia bekap menggunakan kedua tangannya sendiri.

"Bego!" Rutuknya sendiri dalam hati ketika tak sengaja menangkap wajah Gabriel tampak kaget menatapnya di balik mobil kaca bagian depan. Pasti Gabriel shock berat mendengar umpatan refleknya. Mana kenceng banget lagi. Kalau begini ceritanya, Shilla benar-benar ingin masuk ke dalam kamar dan bersembunyi di balik selimutnya selama beberapa hari. Malu!!

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang