Sepulang dari TKP, Rio langsung pulang sementara Marshell kembali ke kantor kejaksaan. Kasus Nico memang sudah di tutup dengan kasus bunuh diri. Motifnya, mereka yakin jika Nico sudah kecanduan narkoba. Sedangkan dirinya sudah tidak memiliki apapun. Nico juga tidak memiliki rekening. Dan semua alasan itu menjadi alasan yang kuat bagi Nico untuk mengakhiri hidupnya. Tidak ada jejak perlawanan juga dari tubuhnya.
Dari hal itu, Rio menyimpulkan bahwa selama ini Nico selalu bertemu dengan orang itu. Maksudnya, ketika orang itu membayar jasa Nico, mereka pasti bertemu. Dan kemungkinan besar orang itu juga yang memberi barang haram itu pada Nico.
Mereka sering bertemu.
Kalimat itu terngiang dalam benak Rio. Kata reseptionis di sana, Nico tidak pernah menerima tamu. Kemungkinan mereka bertemu di luar. Dan di hari Nico meninggal, tidak ada tanda-tanda orang asing masuk yang tertangkap di loby cctv. Itu artinya?
Rio segera memakai baju karena dia baru selesai mandi. Setelahnya Rio menghubungi Marshell.
"Kak kalau misal orang itu tinggal di apartemen yang sama gimana? Makanya nggak ada yang nyadar ada orang lain masuk?"
Marshell tidak langsung merespon karena mungkin dia juga kaget mendengar pemikiran Rio. Inilah gunanya harus berpikir secara luas dan tidak terpaku pada satu kejadian.
"Bisa jadi." Sahut Marshell kemudian. "Oke gue bakal minta data semua penghuni apartemen itu." Lanjut Marshell sudah tahu apa yang harus dia lakukan.
"Oh ya mengenai Bimo?" tanya Marshell kemudian.
"Lanjut kak." Jawab Rio. "Gue yakin dia ada hubunganya." Tambahnya.
"Oke."
Dan sambungan mereka pun terputus. Rio langsung memakai jaketnya. Menyambar kunci mobilnya. Berjalan keluar kamar untuk segera menjemput istrinya di kampus.
Di tangga terakhir Rio tak melihat ada siapa-siapa. Ella masih di kampus, Rina sudah pasti di salon. Sementara Marvin masih di kantor.
Rio sudah berada di dalam mobil. Kali ini Rio memakai mobil porcshe nya yang sudah lama terpakir di basement rumah orang tuangnya. Jadi, rumah yang Marvin bangun ini memang mempunyai basement agar mobil mereka tersimpan dengan aman.
Setelah berhasil menyalakan mesin mobilnya, tak lama mobil itu melaju pelan. Dan saat mobil yang ia kendarai melewati gerbang rumah, Rio merasakan ponselnya bergetar. Rio lantas langsung menepikan mobilnya sejenak. Lalu mengambil ponselnya yang tadi ia simpan di saku bagian dalam jaketnya.
"Iya Vin, gimana?" Tanggap Rio setelah sambungan teleponnya terhubung. Ternyata Alvin yang menelponnya. Dan itu membuat Rio langsung tahu jika pasti Alvin akan menyampaikan hal penting padanya.
"Ada, Yo." Kata Alvin yang langsung membuat Rio terdiam. Tapi sebenarnya Rio sudah menduga akan hal itu. "Sekarang mereka tinggal bersama. Mantan istri pak Satria buka toko kue di sana. Sedangkan anaknya baru aja masuk kuliah. Gue ada foto mereka nanti gue kirim."
Rio mengangguk kecil. Dia menghela karena satu orang yang ia curiga terhapus dari daftar. Membuat dugaan Rio kali ini semakin menguat pada seseorang. Tapi motifnya apa dia belum tahu. Dan dimana seperti apa dia sekarang Rio juga belum tahu.
Oh ya, kenapa Rio meminta bantuan Alvin? Karena ada paman Alvin yang tinggal di Malang bekerja sebagai polisi. Dan ketika tahu bahwa mantan istri Satria beserta anaknya tinggal di sana, Rio langsung menghubungi Alvin untuk meminta bantuan.
"Oke. Thanks Vin."
"Yoi. Keluar bareng lah yok. Kapan? Makan malem gitu rame-rame. Kerja mulu si boss nih ah. Ngumpul kek sekali-kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...