55. I Want You

1.8K 141 45
                                    

Huaaah guys mau ceritaa wkwkw

Jadi aku baru selesai nulis part yang cukup menguras emosi dan itu legaaaa dah serius hahah. Part berapa? Tunggu aja wkww

❤❤❤❤❤❤

Ify baru saja selesai masak. Saat menoleh, dia sedikit terkejut dengan kehadiran Rio yang sepertinya baru keluar dari kamar. Tidak ada adegan Rio memeluknya dari belakang. Mohon jangan berharap seperti itu. Mengingat bagaimana karakter Rio yang cuek dan dingin. Meski tidak sekaku dan sependiam dulu, tapi Rio tetaplah Rio. Terlebih jika Rio dalam keadaan mood yang buruk. Seperti tadi malam. Dan mungkin hingga pagi ini.

"Mas udah mulai ke kantor hari ini?" Ify sebenarnya kecewa melihat Rio yang sudah rapi memakai pakaian kantornya. Lengkap dengan jas hitam andalan sang suami. Padahal Ify berniat ingin mengajak Rio jalan-jalan hari ini. Tujuannya untuk memperbaiki hubungan mereka yang dari semalem masih dingin.

Tak ada percakapan dari makan bakso hingga tidur. Mereka bahkan tidur dalam posisi saling memunggungi. Walau paginya tidak tahu kenapa saat Ify terbangun tengah berada di pelukan suaminya. Entah siapa yang memulai, mungkin Ify? Atau Rio? Siapapun itu tidak penting. Yang penting keduanya sama-sama menerima.

"Hm." Rio mengangguk sambil menarik kursi untuk duduk. "Masak apa?" tanyanya melihat berbagai makanan di atas meja.

"Cuma sop ayam merah, prekedel kentang sama daging teriyaki aja mas." Ify menjelaskan sambil mengambil nasi ke dalam piring sesuai dengan porsi Rio yang sudah Ify hafal.

Rio mengangguk saja lalu menatap piring berisi nasi yang lIfy letakkan di depannya.

"Kamu nggak makan?" Tanya Rio melihat Ify hanya duduk di seberangnya tanpa mengambil nasi untuk dirinya.

"Nanti mas. Belum laper."

"Mau sakit?" Tajam Rio tak ingin ada bantahan lagi dari Ify.

"Mas kenapa nggak bilang semalem kalau hari ini udah mulai kerja?" Tanya Ify berdalih. Dia tak ingin menyimpan sendiri rasa penasarannya. Berakibat pada pikirannya yang pasti akan mencurigai Rio yang tidak-tidak.

"Ambil nasi. Makan." Titah Rio seolah sengaja mengabaikan pertanyaan Ify.

"Nggak. Mas jawab dulu baru aku makan." Tolak Ify keras.

"Apanya yang mesti di jawab? Mas ke kantor ya karena emang udah waktunya mas kerja, dek." Jawab Rio seadanya. Lalu menyuap nasinya dengan lahap. Masakan Ify memang tak pernah Rio ragukan lagi.

"Ya iya aku tahu. Tapi kan mas seenggaknya bisa bilang sama aku semalem. Biar paginya aku nggak kayak istri bego tiba-tiba lihat suaminya mau berangkat kerja tanpa nyiapin apa-apa."

Rio diam. Memikirkan penyebab Ify yang saat ini tampak marah padanya. Rio tidak pernah memprekdisikan hal ini. Jika dia harus mengatakan pada Ify kapan dia mulai bekerja. Pasalnya, Rio sudah mengatakannya beberapa hari lalu. Rio pikir Ify masih ingat jika hari ini dia memang sudah mulai bekerja. Jadi, Rio merasa itu bukan hal penting yang harus mereka bahas.

"Kamu udah masak, kan? Nggak nyiapin apa-apa gimana?" Rio masih di selimuti kebingungan.

"Bilang aja mas mau ngehindar dari aku, kan? Mas masih marah sama aku karena kejadian semalem, kan?"

"Sekali aja, Fy-" Kata Rio tenang dan penuh penekanan. Dia tak lagi menyentuh makanannya. Sendok dan garpunya ia letakkan di atas piring. Mata tajamnya menanggapi kekesalan wajah Ify yang kini di tunjukkan padanya.

"Sekali aja. Berhenti mikir yang nggak-nggak tentang mas, bisa?"

"Bukan gitu, aku kan cuma nanya. Abisnya sikap mas kayak dingin gitu sekarang." Ify hanya sekedar mengungkapkan isi hatinya saat ini.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang