Test Test Test wkwkwk
Sebelumnya makasih buat yang udah baca cerita ini sampe di bab ini. Yang udah vote sama komen juga makasih banget.🙏🙏
Sedikit curhat ya wkwk jarang2 kan?
Tiap nulis itu kadang mood kadang nggak. Kalau mood itu pasti ide tiba2 lancar. Kalau mood down tiba2 ide ilang entah kemana.
Dan sumber mood buat aku tuh ya komen kalian. Karena apa? Ceritaku berasa hidup berasa bener2 kalian masuk di cerita aku. Makanya makasih banget yang udah selalu komen. Kalian sumber semangat aku.
Please keep komen yaaa biar bisa nulis terus sampe end wkwk
❤❤❤❤❤❤
Rio tidak sia-sia menunggu Ify di depan kamar selama duapuluh menit. Dengan hasil Ify mau membukakan pintu untuknya. Terlebih wajah Ify terlihat jauh lebih segar. Rio menebak, Ify merias lagi wajahnya untuk menutupi matanya yang sembab karena habis nangis. Bahkan setelah itu, Ify makan dengan lahap. Karena makanan yang tadi dia ambil sudah dingin, Rio berniat mengambil lagi. Tapi Ify melarang dan meminta Rio untuk menemaninya makan di sana saja. Bersama teman dan keluarga barunya. Dalam diam, Rio bersyukur Ify bisa mengatasi perasaannya.
Sehingga acara resepsi malam harinya pun berjalan dengan lancar. Meisya datang bersama Marsya kemudian di susul Marshell yang langsung menggendong gadis kecil itu untuk naik ke podium memberi Rio dan Ify selamat. Tidak ada hal khusus yang terjadi karena semua orang sibuk berbincang dan menjadikan momen ini untuk reuni dadakan. Ify dan Rio sendiri sudah terlalu lelah. Mereka hanya berusaha menampilkan senyum serta menjabat tangan para tamu tanpa saling mengobrol.
"Ah leganya." Ify menghela panjang seraya merebahka diri di atas tempat tidur sambil merentangkan kedua tangannya. Dia baru selesai mandi dan sudah memakai baju tidur motif kebiasannya saat masih tidur sendiri di rumah.
"Mau langsung tidur?" tanya Rio yang baru keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai kaos dan celana pendek. Tidak ada adegan Ify bersemu melihat Rio bertelanjang dada dengan selembar handuk melilit di pinggangnya.
"Emang mau ngapain kalau nggak tidur?" Tolong jangan berpikir yang iya-iya. Jangan berpikir juga jika Ify bermaksud menggoda. Karena nyatanya Ify terlihat serius bertanya seperti itu.
"Masa mau jalan-jalan. Lagian udah malam gini." Lanjut Ify kembali memejamkan mata dengan posisi yang belum berubah. Dia benar-benar lelah dan ingin tidur.
"Kamu nggak lupa kan kita udah nikah?"
Ify kontan membuka mata. Hal yang langsung ia temui adalah wajah Rio tepat berada di atasnya. Sedang sisi kanan dan kirinya terlihat tangan Rio yang seolah menawan dirinya.
"Emang kenapa?" Tersenyum menggoda seraya mengalungkan kedua tangannya di leher Rio. Salahkan Rio yang memancingnya saat ini. Jujur saja, Ify memang berniat langsung tidur tadi ketika acara resepsinya selesai. Terlebih sekarang mereka tengah menginap di salah satu kamar yang cukup megah. Membuat Ify benar-benar untuk bisa tidur sampai subuh.
"Empat rokaat udah?"
Ify menggeleng pelan. "Iya mas lupa. Ya Allah."
"Ya udah mas juga belum. Sekalian aja abis itu sholat sunnah." Kata Rio melepas tangan Ify dari lehernya kemudian berdiri.
"Abis sholat sunnah?" Seru Ify semangat.
"Tidur." Sahut Rio cuek kembali ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Ify mendengus lalu bangkit dan mengambil sarung, baju koko beserta sajadah untuk Rio dari dalam koper. Baru setelah Rio keluar dari kamar mandi, Ify bergegas masuk. Tak lama Ify keluar dan langsung memakai mukenanya. Ify berdiri di shaf belakang Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...