53. A Secret

1.3K 138 53
                                    

Rio terkejut menatap ponselnya. Terkejut dengan wajah tanpa ekpresi versi Rio. Dia baru saja selesai sholat dari masjid. Saat dalam perjalanan pulang, suara adzan terdengar dan membuat Rio memutuskan untuk mencari masjid terdekat.

Memenuhi keinginan Ify yang katanya ingin makan bakso. Dan tempat di mana warung bakso itu buka adalah berada di dekat perumahan istrinya. Rio terpaksa ke sana tadi karena tidak bisa memesan lewat aplikasi ponsel pintarnya. Karena itulah, sekarang Rio belum bisa sampai di rumah tepat waktu mengingat jarak rumah Ify dan apartemennya memang tidak bisa di bilang dekat.

Dahi Rio bergelombang. Dengan jelas dia mendengar bahwa Ify mematikan teleponnya. Apa Ify marah padanya karena tadi Rio tidak sengaja mengabaikan panggilannya? Apa iya? Tak ingin menerka-nerka sendiri, Rio lantas menghubungi Ify lagi.

Dan kali ini, bukan dahi Rio yang bergelombang. Melainkan jantungnya berdetak kencang. Dia baru menyadari ada yang aneh di sini. Ify menghubunginya selama lebih dari duapuluh kali. Mengartikan bahwa sesuatu pasti telah terjadi. Dengan cepat, Rio lantas menyalakan mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan cukup kencang.

Sesampainya di apartemen, Rio semakin kalut karena tidak mendapati Ify di sana. Berusaha terus berpikir untuk melakukan tindakan selanjutnya Rio meminta rekaman cctv pada pihak keamanan di apartemennya.

Dari rekaman itu, Rio melihat Ify berlari keluar dengan wajah panik dari unit mereka. Lalu masuk ke dalam lift. Dan di sana Ify tampak kesal sekaligus ingin menangis seraya mencoba menelpon seseorang yang sepertinya gagal. Rio yakin, Ify pasti sedang menelponnya. Mengetahui hal ini, Rio semakin frustasi sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi? Kemana Ify pergi? Dan apa yang membuatnya panik?

Meski dalam keadaan bingung dan cemas luar biasa. Otak Rio tetap berjalan mencari setiap jejak yang bisa membuatnya menemukan Ify. Jika saja ponsel Ify masih menyala, tentunya Rio bisa melacak lokasi Ify melalui ponselnya sekarang. Mengingat akan hal itu, satu pikiran terlintas dalam benak Rio. Lalu dia segera menghubungi kakaknya, Marshell. Meminta bantuan petugas kepolisian untuk melacak keberadaan Ify melalui ponsel istrinya itu. Tepatnya sebelum ponsel itu di matikan. Untuk hal semacam ini, Rio yakin Marshell mempunyai banyak koneksi di lingkungan kerjanya.

"Katemu, Yo. Lokasi terakhir hp Ify nunjukin dia ada di daerah deket sekolahnya."

Marshell menghubunginya setelah Rio menunggu satu jam lebih dalam mobil.

"Oke kak. Thank you." Rio memutuskan sambungan. Melempar ponselnya ke jok penumpang lalu menjalankan mesin mobilnya. Menuju tempat di mana istrinya saat ini berada.

Rio tak bisa menghilangkan perasaan takutnya. Takut memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Ify. Takut, jika saja Rio tidak akan bisa menemukan Ify malam ini juga. Tentu Rio tidak mau jika hal itu sampai terjadi. Rio tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya jika salah satu ketakutannya menjadi kenyataan.

Rio mencengkeram kuat setirnya. Menginjak gas untuk menambah kecepatan mobilnya. Pandangan matanya menajam, menahan segala amarah yang bercampur dengan kecemasan. Memikirkan apa yang membuat Ify pergi dalam keadaan panik seperti itu. Jika Rio mengingat kepanikan yang tergambar jelas di wajah istrinya, Rio hanya dapat menyimpulkan satu hal. Ada hal buruk yang terjadi. Dan itu pasti berhubungan dengan orang terdekat Ify. Tapi siapa? Rio berusaha berpikir keras tapi tidak mendapat jawaban. Pasalnya, tadi saat ponsel Ify masih disitanya, Rio sempat membaca grup chat di whatsapp Ify bersama para sahabatnya. Dan di sana tidak ada hal yang mencurigakan.

"Gimana, kak?" Rio mengangkat telepon Marshell setelah memasang earphone-nya.

"Menurut sopir taksi yang tadi bawa Ify. Katanya, dia nganter Ify sampe depan sekolah. Terus, pas di dalem Ify kayak lagi jawab telpon orang. Siapa namanya pak?" Marshell tampak bertanya langsung pada sopir taksi yang saat ini di interogasinya.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang