45. My Wife

1.8K 147 49
                                    

❤❤❤❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤❤❤❤❤❤

Ify meregangkan kedua tangannya ke atas. Mulai merasakan badannya pegal-pegal. Dia sudah lama tidak masak sebanyak itu. Biasanya kalau sama bunda, Ify hanya membantu bukan menjadi pemeran utama yang mengendalikan dapur. Kalau sama Rina, mereka masak tidak terlalu banyak itupun berbagi tugas. Tapi tadi Ify benar-benar sendiri. Mbok Iyem dan mbok Tina hanya membantu menyiapkan bahan sama mencuci semua alat bekasnya memasak. Tapi Ify senang karena semua orang di rumah ini menyukai masakannya.

"Aduh, mas Rio." Ify menepuk keningnya saat ingat jika malam ini Rio akan menelponnya. Dia baru saja masuk kamar setelah tadi sholat berjamaah bersama Ella, Marshell dan kedua mertuanya.

"Assalamu'alaikum mas. Maaf tadi nggak angkat soalnya handpone aku di kamar." Jelas Ify saat Rio mengangkat teleponnya. Ify melihat di layar ponselnya kalau ada lima panggilan tak terjawab dari Rio.

"Wa'alaikumsalam. Sibuk ngapain tadi? Nggak bikin kamu capek, kan?"

Ify merubah posisinya dari duduk menjadi tidur. "Mas nggak marah ya?" tanya Ify menghela.

"Kenapa harus marah?" Rio terdengar bingung.

"Aku nggak angkat telpon mas tadi."

"Bukan hal penting. Lagian mas tahu kamu pasti sibuk."

Ify manyun. "Jadi menurut mas, selama ini alasan aku marah tuh nggak penting ya buat mas."

Wanita dan pemikirannya sendiri. "Malah gitu mikirnya. Maksud mas tuh, mas nggak mau berantem sama kamu cuma karena hal sepele."

"Tuh kan pasti juga mas anggep setiap aku marah tuh karena masalah sepele cuma nggak angkat telepon aja marah. Pasti gitu kan mas mikirnya." Tuding Ify kesal. Dia merasa Rio tidak gelisah dan bahkan santai saja ketika tidak tahu kabarnya.

"Ya Allah sayang. Bukan gitu juga maksud mas." Rio saja tidak ada kepikiran sampai ke sana. Istrinya itu hebat sekali jika membuat dirinya serba salah.

"Bukan gitu gimana. Mas jelas ngomong gitu kok."

"Perasaan setiap orang kan beda-beda, dek."

"Perasaan kita nggak sama gitu?" Sahut Ify makin jadi pikiran ngelanturnya.

"Oke!" Sentak Rio mulai pusing menghadapi jalan pikiran Ify.

"Kamu mau mas marah? Sekarang jawab, kamu ngapain aja tadi sampai nggak angkat telepon mas? Kamu udah nggak sayang lagi ya sama mas? Dasar nggak peka!" Bentak Rio sengaja agar terdengar dia sedang marah.

Ify tak bisa menahan tawanya mendengar itu. "Emang aku kayak gitu kalau marah?" Rio memang selalu bisa membuatnya tenang.

"Hm coba aja lain kali kamu rekam."

"Nggak usah di rekam mas juga udah hafal tuh."

"Mas tadi telepon mama juga waktu kamu nggak angkat-angkat. Dan mama cerita kalau kamu lagi sibuk masak. Kamu nggak apa-apa kan sekarang?" Jelas Rio dan di akhiri dengan pertanyaan.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang