"Bunda. Bun! Bundaaa!" Teriak Ify sambil berlari menaiki tangga.
"Ati-ati dek." Seru Gabriel ngeri jika Ify tiba-tiba terpeleset. Dia baru saja menjemput Ify dari apartemen Rio. Dan masih belum tahu penyebab adiknya senyum-senyum terus sedari tadi. Saat di tanya, Ify menjawab nanti juga kak Gab tahu. Dan Gabriel memutuskan untuk tidak bertanya lagi.
Sementara Ify sama sekali tak mendengarkan peringatan Gabriel. Karena dia sudah tidak sabar bertemu bunda dan menceritakan tentang Rio yang sudah melamarnya. Dari dulu, Ify memang terbiasa menceritakan hal menyenangkan yang baru ia alami pada bunda. Hanya cerita yang membuatnya bahagia. Karena Ify pantang sekali membagi kesedihannya pada orang lain. Terlebih bunda. Itu tidak akan Ify lakukan karena Ify tidak mau jika bunda sampai kepikiran. Maunya Ify, bunda harus berpikir tentang hal yang baik-baik saja. Maunya Ify, bunda tahu bahwa dia selalu bahagia.
"Bundaaaaa!" Pekik Ify seraya memeluk bunda yang masih duduk bersandar di atas tempat tidur.
"Kenapa ini anak bunda, kayaknya lagi seneng banget."
"Banget bunda, Ify lagi bahagia banget sekarang. Dan bunda akan menjadi saksi pertama kenapa Ify bisa sebahagia ini."
"Apa, tuh?"
Ify tersenyum senang lalu melepas pelukannya dan mengambil posisi duduk sambil menatap bunda. Masih sambil tersenyum Ify menunjukkan jari kirinya ke wajah bunda.
"Kamu bahagia, nak?" Tanya bunda tersenyum lembut.
Ify mengernyit heran. "Kok bunda kayak nggak kaget?" tanyanya bingung.
Bunda terkekeh kecil. Lalu mencubit gemas putri bungsunya. "Jelas bunda tahu. Sebelum ngelamar kamu kan Rio ijin dulu sama bunda."
"Ih curang!" Pekik Ify merasa terkhianati oleh bunda dan Rio yang ternyata diam-diam membuat rencana di belakangnya.
"Yang penting hasilnya, kan?"
Ify manyun. Tapi karena sedang bahagian, jadinya manyun sambil menahan senyum yang terasa ingin terus mengembang.
"Oh ya? Bunda gimana pinggangnya masih sakit?" Tanya Ify cemas teringat jika bunda juga dalam keadaan tidak sehat.
"Mendingan. Tadi kakak udah beliin obat juga kan sama kamu?"
Pandangan mata Ify menyendu. "Bunda jangan sakit-sakit lagi, ya? Bunda harus sehat terus biar bisa nemenin Ify. Pokoknya nanti kalau Ify nikah, bunda harus selalu dampingi Ify."
"Iya sayang. Emang siapa lagi kalau bukan bunda?"
Ify mengangguk seraya menciumi tangan bunda. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi melow. "Bun, kalau misal Ify udah nikah sama Rio. Bunda mau nggak tinggal bareng kita?"
Bunda tersenyum seraya mengusap lembut tangan Ify yang berada di tangkupannya. "Mana bisa begitu. Kalau kamu udah nikah, itu artinya tanggung jawab kamu ada di tangan suami. Dan kamu sebagai istri harus nurut apapun kata suami kamu nanti."
"Tapi Rio pasti juga nggak keberatan kalau bunda ikut tinggal sama kita, kok."
"Kasian kak Gab sendiri di rumah sebesar ini." Jawab bunda yang langsung membuat Ify terdiam. Benar juga, sih.
"Lagian, kalau bunda ikut tinggal sama kamu. Nanti kamu kapan bisa mandiri? Kapan bisa belajar dewasa, hem? Menikah itu bukan hanya tentang kalian yang saling mencintai tapi juga bagaimana kalian bisa saling menerima satu sama lain. Belajar mengerti kekurangan pasangan yang belum kalian ketahui sebelum menikah."
"Kok ribet banget sih bun kedengerannya."
Bunda tertawa, "Bunda jadi ragu nih kasih ijin kamu menikah di umur segini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...