52. MARIO 2

887 113 179
                                    

BACA NOTE AMPE BAWAH (?)

❤❤❤❤❤❤

Arya tersenyum sinis menatap orang yang kini duduk seberangnya. Sedangkan Wahyu tampak sekali marah menatap putranya.

"Apa yang sebenarnya ada di pikiran kamu anak sialan!"

Arya menaikkan sebelah alisnya tak paham. "Apa maksud anda pak Wahyu yang terhormat?"

Merasa di remehkan, Wahyu menajamkan tatapannya. "Kamu pikir, dengan semua omong kosong kamu yang nggak ada bukti itu bisa membuat papa tertangkap?" Wahyu tersenyum sinis.

"Kamu salah! Mereka nggak akan pernah bisa menangkap Papa."

"Stop nyebut diri lo papa karena itu sama sekali nggak pantes." Sahut Arya tajam. "Gue nggak pernah anggep lo papa. Dan dari awal, kalau lo nggak bohongin gue, gue nggak akan pernah mau ikut sama lo!"

Wahyu terkekeh, "Kamu pikir saya juga nggak nyesel bawa kamu pulang ke rumah? Saya lebih menyesal karena udah menghabiskan banyak uang untuk anak nggak guna seperti kamu!"

Arya tertawa kencang mendengar itu. Dia tidak merasa sakit hati. Tapi marah karena pernah percaya pada laki-laki tua ini. Membuatnya salah paham hingga harus bertindak sejauh ini. Arya menghentikan tawanya lalu melebarkan kedua matanya menatap Wahyu penuh amarah. "Dan gue bersyukur akhirnya bisa bebas dari orang kaya lo." Katanya pelan. Kemudian tersenyum meremehkan.

"Dan asal lo tahu. Istri yang sangat lo cintai itu punya simpanan yang bahkan pernah dia ajak ke rumah." Arya tertawa pelan. Menikmati wajah Wahyu yang kini mengeras karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja Arya katakan.

"Itulah alasan kenapa dia selama ini sayang sama gue. Karena-" Arya mendekatkan wajahnya dan suaranya perlahan memelan seperti bisikan.

"Itu biar gue nggak ngomong apa-apa sama lo. HAHAHA." Arya tertawa puas. Senang akhirnya dia bisa membongkar rahasia ini. Karena pastilah, itu membuat Wahyu hancur.

BRAK!

Wahyu yang sudah emosi langsung menggebrak meja. "Oke. Sepertinya kamu memang udah nggak berguna lagi. Padahal, saya berniat membebaskanmu dan melanjutkan rencana kita."

Arya tersenyum sinis. "Sori. Gue udah nggak minat."

Wahyu tertawa mendengar jawaban Arya. Lalu mendekatkan wajahnya dan sedikit membungkuk. "Itu bagus. Karena jika kamu terlibat, rencana yang harusnya berjalan lancar akan gagal."

Arya kembali menajamkan tatapannya. "Lo bisa apa tanpa otak gue?"

Merasa menang, Wahyu tertawa puas mendengar jawaban Arya. "Kamu pikir, saya diem aja? Saya tahu apa rencana kamu, Arya. Jangan kamu pikir, saya diam saja saat kamu merahasiakan apa yang sebenarnya ingin kamu rencanakan selama ini. Karena kemanapun kamu pergi, ada mata yang selalu mengikutimu."

Kali ini, Arya tak bisa menyembunyikan rasa paniknya. "Berani lo nyentuh dia? Gue nggak akan pernah biarin lo hidup!"

Wahyu tertawa lalu menepuk-nepuk kepala Arya yang kini menatapanya penuh emosi. "Sayangnya, saya tidak takut sama sekali dengan ancamanmu anak muda. Dan-" senyum Wahyu hilang. Lalu menggantinya dengan seringaian yang cukup terlihat mengerikan.

"Tentu saya akan menjalankan rencana ini lebih dari yang kamu bayangkan. Ingat? Saya bukan pengecut seperti kamu."

"Brengsek!"

BAK!

Arya menggerakkan tangannya di borgol hingga mengenai hidung Wahyu dan menciptakan darah di sana. Karena tingkahnya itu, membuat dua polisi yang berjaga langsung memegangi tangan Arya.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang