59. My Life

1.6K 137 36
                                    

Satu bulan berlalu dari sejak malam itu. Kehidupan rumah tangga Ify dan Rio berjalan seperti biasa. Keduanya masih sering debat tidak jelas karena Ify yang terkadang masih bersifat labil. Sering membahas hal sepele yang berujung pada keributan kecil. Lalu saling mendiamkan. Entah Rio atau Ify yang terlebih dulu minta maaf. Tapi lebih sering Rio yang mengalah. Meski begitu keduanya masih terlihat harmonis. Apalagi kalau Rio ada maunya.

Keduanya sudah mantap untuk tinggal di apartemen. Awal mereka pindah saat itu, Rina masih merasa tidak rela. Bahkan mengira jika Rio mengajak Ify pindah karena Oma sudah mencelakai kaki. Dan ternyata tidak. Ify berusaha menjelaskan jika dia dan Rio pindah karena ingin mencoba hidup mandiri berdua. Ingin belajar saling memahami dan mengerti satu sama lain. Karena mendengar penjelasan itu, Rina pun tidak keberatan dan meminta keduanya untuk bisa lebih sering berkunjung. Ify tentu saja menyanggupi hal itu.

"Resiko punya suami pekerja keras." Gumam Ify. Entah untuk menyindir atau memang sedang meratapi nasibnya sendiri.

"Salah sendiri di ajak nggak mau." Rio menimpali menatap Ify dari tempat tidur. Istrinya itu baru selesai memasukkan segala keperluannya untuk terbang ke Cina. Kegiatan rutin bagi Rio yang setiap bulan memang harus mengecek perkembangan anak perusahaan di sana.

"Kan besok aku udah mulai aktif kegiatan kuliahnya." Sahut Ify kesal. Ya, Ify sudah mulai masuk kuliah. Dan baru beberapa hari lalu Ify selesai menjalani OSPEK. Kegiatan yang cukup menguras tenaga, hati dan pikirannya.

"Ijin dulu. Mas bisa atur."

"Nggak mau lah. Kesannya jadi aku nggak serius kuliahnya. Main ijin segala orang baru masuk. Emang itu sekolah SD main ijin-ijin aja. Lagian setiap aku masuk kelas itu kan bayar. Kalau aku nggak masuk, yang rugi aku sendiri. Udah nggak masuk. Ketinggalan materi pula." Ify menyahut sambil ngedumel sendiri seraya menutup koper Rio.

"Aku juga nggak mau kalau gunain kekuasaan mas gitu. Rasanya nggak adil. Pokoknya aku mau kuliah itu karena usahaku sendiri. Mas udah biayain mahal-mahal. Masa aku kuliahnya main-ma-"

Rio yang gemas mendengar celotehan Ify lalu meletakkan i-padnya di atas nakas. Kemudian turun ke bawah menyusul Ify yang duduk bersila di atas karpet.

"Nggak ada jatah ya buat mas malam ini." Ify melotot jengkel pada Rio yang asal mencium bibirnya.

Rio terkekeh. "Galak banget."

"Awas ah!" Ify mendorong bahu Rio agar menjauh darinya. Dia ingin berdiri untuk meletakkan kopernya di luar agar besok Rio bisa langsung membawanya.

"Biar mas yang taruh nanti."

Ify menghela dan kembali duduk di samping Rio yang menahan tangannya agar tetap diam.

Rio mendorong koper yang ada di  depan Ify ke depan lemari. Lalu berbalik dan duduk bersila di depan istrinya. Rio meraih kedua tangan Ify, dan dia terkekeh karena Ify menyampar tanganya.

Masih ngambek ceritanya. Tapi Rio senang, karena meski katanya ngambek, tapi Ify tidak berhenti mengocehinya sejak ia pulang kerja dan memberitahu jika besok harus ke Cina. Rio tidak memberitahu Ify jauh-jauh hari karena dia lupa. Dan itulah yang membuat Ify kesal padanya sekarang.

"Mau di bewain oleh-oleh apa nanti?" Rio berusaha membujuk. Dan itu cukup berhasil karena Ify langsung menoleh ke arahnya.

"Mas ke Cina, kan?"

Rio mengangguk saja.

"Kalau gitu-" Ify mendongak kecil sambil berpikir. Lalu satu ide muncul di kepalanya dan membuat Ify tersenyum seraya menjetikkan jarinya.

"Bawain aku Yang Yang atau nggak Leo Luo." Jawab Ify tersenyum manis.

Rio yang tak mengerti maksud Ify pun mengernyit bingung. "Merk apaan itu?" tanyanya kemudian.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang