57. Gift

1.5K 147 49
                                    

Ify baru berkenalan dengan Dina sekitar sepuluh menit yang lalu. Tapi keduanya sudah terlihat dekat dan seperti teman lama yang baru saja bertemu kembali setelah lama berpisah. Sama Dina, Ify nyambung karena mereka sama-sama penyuka drama korea. Plus, Dina itu ternyata fans berat BTS. Ify sebenarnya biasa saja, tapi hampir semua lagu BTS Ify suka. Makanya selama sepuluh menit berlalu, Ify dan Dina mengobrol tanpa henti membahas drama yang sudah mereka tonton sambil makan. Atau berita terkini tentang kasus-kasus yang terjadi di negara itu. Tambahan lagi, keduanya juga suka membaca novel. Dan baru saja mereka membahas novel yang ternyata baru Ify baca beberapa hari lalu.

"Parah. Gue aja sampe nyesek banget bacanya. Kayak kesel pengen marah sama penulisnya. Kalau emang iya kisah nyatanya mereka nggak nyatu, kan bisa di bikin cerita khayalannya mereka nyatu aja. Biar pembaca juga ikut happy gitu nggak nyesek gini."

Ify terkekeh karena ungkapan isi hatinya ada yang mencurahkan juga. "Mungkin emang tujuan penulisnya biar kita bisa ngambil pelajaran di balik cerita itu. Bahwa apa yang kita anggap baik belum tentu jadi yang terbaik buat kita. Kayak misal kisah mereka emang berakhir sedih, tapi juga awal bagi mereka buat meraih kebahagiaan yang sesungguhnya di masa depan."

"Wuih Ify teguh!" Seru Ella bertepuk tangan. Dina ikut-ikutan sambil tertawa hingga suasana obrolan mereka makin heboh.

"Sial!" Sungut Ify meminum es jeruknya yang tadi di ambilkan oleh Rio. Bicara soal Rio, suaminya itu pamit bersama Marshell untuk bergabung dengan Marvin. Biasalah mungkin obrolan para laki-laki yang pasti tidak jauh dari bisnis.

"Bentar-bentar, cowok gue ngechat." Sela Dina songong sambil mengetik pesan balasan. Mentang-mentang punya pacar.

Ify tersenyum memperhatikan Dina yang tampak senang. Pandangan Ify beralih pada hardcase di ponsel Dina dan mengingatkannya pada sesuatu.

"Pacar lo enak, Din. Perhatian banget anaknya. Lha pacar gue tiap hari selingkuh sama game."

"Sabar ya sayang." Tanggap Ify menepuk bahu Ella. Mereka berempat duduk melingkar di teras belakang rumah. Letaknya tak jauh dari taman yang kini masih ramai. Sedangkan tempat mereka cukup nyaman dan santai untuk mengobrol karena tak terlalu bising.

"Eh ya setelah gue inget-inget cowok lo mirip banget sama V. Iya nggak sih Ell?"

"EMANG IYA!" sahut Ella dan Dina serempak. Ify tertawa sambil menutup kedua telinganya.

"Itu adalah alasan terbesar gue nerima dia." Ella menambahi dengan wajah berbunga-bunga.

"Iya kampret banget si Ella. Gue yang ngefans Vian dari awal MOS eh malah nih anak yang dapet." Sungut Dina menoyor kepala Ella.  Tak ada kemarahan di wajah Ella, gadis itu justru tertawa. Sekedar informasi mereka ini memang satu sekolah.

"Vian nggak doyan adik kelas kek elo. Lagian pas lo ngefans itu juga Vian lagi pedekate sama gue." Timpal Ella songong.

"Emang pdkt-nya Vian gimana ke lo?" Tanya Ify kepo. Di angguki Dina yang juga penasaran.

"Nggak ada yang istimewa sih. Cuma tiba-tiba nyamper di depan kelas pas istirahat minta nomor hp gue. Tapi ngechat guenya satu bulan kemudian."

Dina dan Ify tak bisa menahan bibirnya untuk tidak menganga. Ella terkekeh geli melihat reaksi keduanya.

"Dan ngechat gue pun juga nggak jelas. Awalnya ngechat manggil nama gue, terus gue bales apa, dia nggak bales lagi. Pokoknya awkward banget lah tiap bales pesan dia tuh."

"Sampai akhirnya jadian gimana?" Ify itu memang paling suka kalau di suruh menginterogasi.

Ella tampak berpikir, "Pas apa ya waktu itu? Oh ya, sebelum tiba-tiba Vian minta nomor hp gue, gue kan sebenernya udah deket sama Galih temennya nih anak-" Ella menunjuk Dika yang sibuk main game duduk tepat di samping Ella. Jadi posisi melingkar mereka itu, dari arah kanan Dika sebelahnya ada Ella sebelah Ella ada Ify sebelah Ify ada Dina dan balik ke Dika lagi.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang