31. MARIO 2

990 105 134
                                    

"Nggak mau jauh dari mas. Aku suka sama parfum di badan mas Rio. Wangi." Ify merapatkan diri dan semakin memeluk Rio erat. Hal itu membuat Rio mulai tidak fokus dengan kegiatannya membaca buku tentang bisnis. Dari habis Rio mandi sore, sholat maghrib, makan malam, sholat isya' Ify seakan tak mau jauh darinya. Hingga baru saja Ify selesai dengan kegiatan malamnya sebelum tidur, Ify langsung duduk di samping Rio dan memeluk suaminya itu.

Rio senang dan merasa tidak rugi juga. Hanya aneh saja tiba-tiba Ify jadi seperti ini setelah tadi menangis. Hormon ibu hamil mungkin, ya?

"Mas kok nggak balik peluk?" protes Ify karena merasakan Rio hanya diam saja. Ify lantas melepas pelukannya. Menggeser duduknya menjauh seraya bersedekap menghadap depan. Mode ngambek untuk kebanyakan cewek.

Sedang Rio membiarkan saja Ify mau bertingkah bagaimana. Dia menutup bukunya lalu duduk menyamping seraya menyangga kepalanya dengan tangan yang sikunya ia tekuk pada bagian belakang sofa. Manatap wajah istrinya yang cantik meski hanya terlihat dari samping.

"Nggak suka ya deket-deket sama aku. Apa jangan-jangan mas mulai nggak sayang aku lagi gara-gara minta kayak tadi."

Rio tersenyum tipis mendengar itu. Ya, hal ini menunjukkan bahwa yang di hadapnya adalah benar Ify, istrinya.

"Ya udah deh. Mas lupain aja yang aku minta tadi kalau gitu. Tapi masa kayak gitu mas jadi nggak sayang aku lag-"

"Baby-"

Ify tersentak hingga langsung diam karena Rio sekarang tengah tidur di pangkuannya. Dan suaminya itu tidur dengan posisi miring sambil menatap perutnya yang mulai sedikit membuncit. Mengajak bicara perutnya seolah calon buah hati mereka yang mulai tumbuh di dalam sana mendengar suaranya.

"Tadi ngapain aja sama Mommy di kampus?" Lanjut Rio mulai mengusap perut Ify lalu menciumnya. "Ada yang jahatin Mommy, nggak? Kalau ada sini coba lapor sama Daddy. Biar Daddy hukum orangnya."

Ify menahan senyumnya melihat tingkah Rio. Pikiran aneh dan rasa kesalnya langsung hilang dan perasaannya mulai menghangat.

"Hm, yang jahat Daddy?" Kata Rio lagi seolah ucapannya tadi mendapat tanggapan. "Nggak. Daddy nggak jahat sama Mommy. Tapi Mommy aja yang suka kesel sama Daddy."

"Karna mas nyebelin!" Reflek Ify menyahut.

"Sst pelan-pelan baby, Mommy ternyata denger."

Ify langsung mendelik namun tak lama dia mendengus geli.

"Sini Daddy bisikin. Nanti bilangin Mommy, ya?" Rio mendekatkan wajahnya pada perut Ify. Dengan tangan kanannya tak berhenti bergerak mengusap.

"Mommy, Daddy sayang Mommy. Mommy jangan sedih lagi, ya? I love you." Rio mengakhiri bisikannya lalu mencium lagi perut Ify. Dan Ify tentu saja mendengar semua yang Rio ucapkan. Dia tak bereaksi apa-apa selain tersenyum lembut menikmati sesuatu menyentuh hatinya.

"Denger kan jagoan Daddy? Jangan lupa sampein ke Mommy, oke?"

"Jagoan?"

Rio terkekeh lalu mengubah posisi tidurnya telentang. Dengan wajahnya kini menghadap Ify. Rio mengambil satu tangan Ify untuk di letakkan di dada kirinya.

"Feeling aja kalau baby-nya cowok." Jawab Rio mengerti maksud Ify. "Bisa rasain nggak dek?" tanya Rio kemudian menatap istrinya.

Ify mengangguk menikmati ritme jantung Rio yang terasa berdetak cepat di telapak tangannya. "Heem kenceng banget."

"Percaya nggak dulu waktu awal-awal kita pacaran mas selalu grogi kalau kita ketemu?"

Ify sontak menggeleng. "Nggak. Grogi darimana muka mas aja datar gitu. Mana diem mulu lagi kalau nggak di ajak ngomong duluan. Sekalinya ngomong satu kata satu kata. Cuek banget nggak pernah ngechat duluan. Apalagi kalau pergi nggak pernah bilang. Tahu-tahunya ngilang. Aku pikir mas nggak serius dan sempet anggap mas cuma mainin aku. Tapi kalau inget mas kasih aku kartu, aku jadi sayang aja buat mutusin mas."

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang