Marsya masih begitu semangat menikmati semua permainan di funworld yang sejak awal menjadi tempat Rio dan Ify mengajak Marsya mengunjungi mall ini. Keduanya tadi menjemput Marsya di sebuah kedai eskrim yang letaknya tidak jauh dari sekolah Marsya. Rina tidak ikut karena dia harus menyiapkan makan malam untuk mereka semua nanti. Sedang Ify yang berniat membantu Rina langsung mendapat tatapan tajam dari suaminya. Rio seolah menegaskan bahwa suaminya itu tidak mau berpisah darinya.
Rio berdecak menghitung waktu sejak Ify pergi ke toilet hingga kini ternyata sudah dua puluh menit berlalu. Terlalu sibuk mengikuti permintaan Marsya yang berlari ke sana kemari menikmati semua permainan yang ada, Rio baru sadar jika ternyata Ify belum juga kembali. Bahkan saat ini ketika dia berusaha menghubungi istrinya itu, tapi tak mendapat jawaban.
Rio jadi curiga jika Ify bukannya ke toilet melainkan keliling mall untuk belanja. Tidak! Rio tidak benar-benar berpikir seperti itu. Dia hanya berusaha menepis perasaannya yang tiba-tiba gelisah tak karuan. Rio justru berharap jika Ify memang sedang belanja sekarang.
"Mas-"
Rio yang sedari tadi memperhatikan Acha sambil memikirkan Ify karena tak kunjung kembali kini menoleh dan mendapati istrinya tengah berjalan mendekat.
"Lama banget." Keluh Rio mengingat sudah dua puluh menit berlalu Ify pergi. Bagi Rio meski hanya dua puluh menit itu sangat lama. Mungkin efek baru baikan, Rio jadi merasa kangen terus sama istrinya itu.
"Papa Acha mau turun." Rio beralih menatap Acha yang meminta turun karena mesin permainnannya sudah berhenti.
"Maaf." Sahut Ify pelan. Melangkah dengan susah payah menghampiri Rio yang mengangkat tubuh kecil Acha lalu di turunkan. Hingga kedua kaki kecil itu berdiri dengan wajahnya tersenyum ceria menyambutnya.
Ify tersenyum lemas dengan pandangannya yang mulai mengabur.
"Dek." Wajah datar sekaligus kekesalan Rio lenyap ketika menyadari wajah Ify yang tampak pucat. Istrinya itu bahkan terlihat sedang menahan sakit yang luar biasa. Rio segera berjalan mendekat menangkap tubuh Ify yang hampir jatuh.
"Mas baik-baik aja, kan?" lirih Ify tersendat. Dia tersenyum lemah di tengah kesadarannya yang nyaris hilang. Ify bersyukur melihat Rio baik-baik saja. Rasa takutnya hilang sejak dia berusaha berjalan cepat tanpa peduli dengan sakit yang teramat sakit di perutnya. Ify takut jika saja orang tadi menemui Rio dan melukai suaminya juga. Tapi sekarang Ify lega. Dia bisa memejamkan matanya dengan tenang tanpa khawatir lagi Rio dalam bahaya.
"Dek kamu kenapa?" Rio luar biasa panik. Wajah Ify pucat sekali. Tubuhnya pun seakan tak bertenaga yang sekarang berada pelukannya.
"Mas-" Ify terbatuk hingga mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Dek!" Pekik Rio kaget. Rasa panik dan takut menjalar di seluruh tubuhnya. Mata Ify mulai terpejam, menandakan istrinya sudah tak sadarkan diri. Baru saja Rio ingin mengangkat Ify dalam gendongannya, Rio harus kuat menahan kedua kakinya yang kini limbung karena terlalu lemas. Ketakutan Rio semakin menjadi ketika melihat tangan mungil Ify yang menekan perutnya sendiri. Dan jantung Rio seakan di remas hingga rasanya ia tak bisa bernafas melihat adanya banyak darah di sana.
Rio tak bisa lagi menahan beban tubuhnya. Kakinya tak lagi bertenaga yang kini ia harus terduduk sambil memeluk tubuh istrinya.
"Papa bunda kenapa?" Marsya menangis histeris melihat Ify yang sudah tak sadarkan diri. Gadis kecil menangis melihat banyak darah di perut Ify.
Akibat suara teriakan Acha beberapa pengunjung mall yang mendengar berjala mendekat. Hampir semua orang membekap mulutnya kaget melihat Ify yang kini berada di pangkuan Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...