Keesokan harinya, Rio dan Ify sudah kembali ke Jakarta. Tentu dengan membawa barang belanjaan Ify yang di simpan lebih dulu di lemari pendingin kemarin. Rio langsung berangkat ke kantor sedangkan Ify tidak Rio ijinkan untuk berangkat kuliah. Ify menurut saja karena tahu jika hal itu memang untuk kebaikannya. Selain itu, Ify juga masih takut jika harus pergi tanpa ada Rio di sisinya. Rio bilang Arya berhasil kabur. Mendengar kabar itu tentu saja Ify semakin takut jika nanti bertemu dengan pemuda itu.
"Jangan kemana-mana sampe mas jemput." Peringat Rio menatap istrinya sungguh-sungguh.
Ify mengangguk dengan seulas senyum manisnya. Kedua tangannya terangkat mengusap dada Rio yang sudah berbalut kemeja dan jas kerjanya.
"Iya." Tangan Ify bergerak lembut di sana seolah sedang merapikan.
"Jangan keluar ruangan sendiri. Kalau bisa-"
"Iya mas Rio sayang. Janji beneran aku nggak akan kemana-mana dan tetap di sini sampe mas jemput." Potong Ify cepat.
Rio tersenyum lalu mencium dahi Ify dan memeluk istrinya erat. "Ya udah mas berangkat." Rio mengusap kepala Ify sebentar baru melepas pelukannya.
"Iya. Mas juga hati-hati di jalan. Karena bukan cuma aku aja yang dalam keadaan bahaya sekarang."
Rio menatap Ify lembut. "Iya doain mas selalu. Karena doa kamu itu paling kuat untuk melindungi mas dari segala macam bahaya."
"Pasti." Ify mengangguk senyum.
"Hoy! Mau sampai kapan lo berdua drama?"
Keduanya sontak menghadap sosok yang baru saja berseru protes. Ify terkekeh lalu memeluk Rio dari samping dengan lebih mesra. Sedang Rio hanya tersenyum tipis melihat tingkah istrinya.
Ya, setelah menceritakan keadaan Deva, Ify langsung minta untuk di antar menjenguk sahabatnya itu. Dan Rio mengijinkan karena merasa lebih aman jika Ify di rumah sakit bersama Deva daripada di rumah sendiri bersama para pekerja..
"Makanya nikah." Seru Ify.
Deva menatap Ify sengit dari tempatnya. Duduk di atas brankar yang sedari tadi berusaha fokus membaca dan mengabaikan percakapan Rio Ify yang sok manis.
"Nggak semua orang seberuntung kalian." Cibir Deva yang sudah mulai terbiasa melihat keromantisan sahabat dan suaminya itu.
"Iya makanya gue bersyukur banget." Sahut Ify tersenyum senang.
Bukannya merasa bersalah atau risih Ify malah semakin memeluk Rio erat. Lalu mendongak seraya berjinjit untuk mencium pipi suaminya.
"Sinting lo!" Sembur Deva hampir melempar buku di tangannya. Tapi untuk tidak Deva lakukan karena stock kesabarannya masih cukup banyak.
Ify tertawa kecil lalu menarik Rio untuk di antarnya keluar. Di ambang pintu, Rio mencium kening Ify sekali lagi sebelum pergi.
"Eh lo mau ngapain?" Panik Ify saat dia sudah berbalik begitu Rio sudah benar-benar pergi. Dia melihat Deva turun dari brankarnya seraya mendorong tiang infus dengan tangannya.
"Enakan ngobrol di situ." Kata Deva berjalan menuju single sofa yang berada di sisi kanan brankarnya.
Ify berjalan mendekat berniat ingin membantu mendorong tiang infus Deva.
"Gue bisa sendiri, Fy." Tolak Deva pelan. Ify hanya mengangguk lalu melangkah kecil mengikuti Deva. Baru setelah melihat Deva duduk dengan nyaman, Ify duduk di sofa seberang Deva. Di tengah mereka terdapat meja berukuran sedang berbentuk bulat.
"Deva."
Deva yang semua membenarkan selang infusnya langsung menatap Ify. "Hm nggak perlu minta maaf. Udah gue maafin, kok." Kata Deva seolah bisa membaca isi pikiran Ify saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...