Kata datar itu seperti sudah menyatu dengan wajah tanpa ekspresinya. Mata tajamnya yang menyorot semakin membuat aura dingin terpancar kuat bagi siapapun yang melihatnya. Rio melangkah lebar memasuki ruang kerja Marshell yang berada di kedung kejaksaan. Tadi ketika dia tengah dalam perjalanan ke kantor, Marshell menelponnya. Berkata bahwa Rio sudah di ijinkan untuk melihat rekaman CCTV yang berhasil Marshell dapatkan dari pihak kepolisian.
"Mukanya nggak kelihatan." Jelas Marshell. Sedang Rio terus memperhatikan layar dengan seksama. Dari Ify tiba-tiba menghampiri seseorang yang tengah berdiri pada pembatas besi yang tingginya sebatas perut orang itu. Orang itu memakai hodie dan kepalanya tertutup oleh tudung jaketnya. Karena itulah sampai satu minggu ini pelaku itu belum tertangkap juga.
Rio masih menatap serius ke arah layar laptop Marshell. Di sana, Ify dan pelaku terlibat dalam obrolan yang sepertinya cukup serius. Kemudian berakhir dengan orang itu berjalan melewati Ify.
Saat itulah, kedua tangan Rio terkepal kuat melihat bagaimana raut wajah istrinya tampak menahan rasa sakit yang luar biasa. Kedua mata Rio bahkan memerah.
Dari layar ini, dia melihat dengan jelas bagaimana Ify yang masih berusaha berjalan untuk menemuinya.
"Yakin nggak mau ekspos aja di media?" Suara Marshell menyeruak. Membuat perasaan Rio yang hampir kacau kini sedikit bisa teralihkan.
Sempat ada berita mengenai kejadian yang Ify alami saat itu. Banyak sekali video singkat yang menunjukkan Ify tengah dalam pangkuan Rio dengan kondisi perut berdarah beredar di internet. Tapi, semua hilang ketika Rio mengetahui hal itu. Ify tidak akan senang jika apa yang di alaminya tersebar hingga membuat dirinya di bicarakan di mana-mana. Dan Rio tidak ingin membuat istrinya sedih dalam istirahat panjangnya.
"Kali aja pelakunya bisa cepet ketangkep. Kalau gini terus susah, Yo. Nggak ada saksi atau petunjuk lain. Selama penyelidikan cuma CCTV ini yang bisa di dapet polisi. Itu juga nggak sepenuhnya bantu. Dari semua tempat dia lewati, wajahnya nggak kelihatan sama sekali."
"Orang itu pasti udah paham sama letak setiap kamera cctv di mall itu." Simpul Rio dengan otaknya yang terus berjalan.
Rio beralih menatap Marshell. Tak ada guratan emosi di sana. Namun tetap aura dingin dari wajah Rio jelas terlihat. Marshell saja sampai meneguk ludahnya sendiri. Rio ini kalau marah meski tidak dengan omongan kasar tapi tetap terlihat sangat mengerikan.
"Lo minta polisi buat interogasi semua satpam atau petugas keamanan di mall itu. Minta jadwal siapa aja yang bertugas pada hari itu. Jangan lupa, apa ada di antara mereka yang setelah kejadian ini mengundurkan diri."
"Kalau emang itu udah di rencanain, mustahil kan dia tahu lo sama Ify ke mall itu?"
Rio mengangguk kecil. Marshell benar. Rio dan Ify hanya memilih secara random untuk pergi ke mall itu. Sangat mustahil jika orang itu bisa dengan mudah menyusun rencananya. Lagi pula hanya Ify dan Rio yang tahu kemana mereka harus pergi saat itu. Jadi siapa orang ini?
"Tapi gue yakin. Untuk ukuran Mall yang terbilang cukup besar, nggak mungkin bisa seteledor itu ngebiarin pengunjung bawa senjata tajam. Pelakunya mungkin lebih dari satu orang dan kenal orang dalam, mungkin. " lanjutnya masih berusaha keras untuk berpikir.
Marshell mengangguk paham. "Iya, tapi para polisi yang nyelidikin kemarin nggak ada pikiran kalau orang itu punya koneksi dari pihak dalam. Dan hampir semua karyawan dari OB, para SPg sampai bagian keamanan di interogasi nggak ada yang tahu. Selain itu, dari semua CCTV yang ngerekam setiap pergerakan dia, nggak kelihatan dia kayak ngikutin lo sama Ify. Dan di situ Ify yang lebih dulu nyamperin orang itu. Polisi cuma ngeduga kalau mungkin Ify sama orang itu terlibat masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...